Anggi menikah dengan Irfan, Anggi adalah sosok wanita yang selalu dinilai buruk oleh mertuanya, namanya Mama Gita. Apa jadinya jika ternyata Mama Gita adalah Mama kandungnya Anggi? Padahal ia telah mengetahui perselingkuhan Irfan dengan seorang wanita yang tidak lain adalah sekretarisnya. Gara-gara notifikasi SMS banking semua terbongkar, dari perselingkuhan, jati diri, dan musuh dalam selimut yang tidak diketahui oleh keluarga Pratama.
View MoreGARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU
Tling ....
Bunyi pesan masuk dari ponsel suamiku.
[Sobat BR*! Dana Rp 2.500.000,00 keluar dari rekening 1235***4567 pada 24/11/21 19:22:20. Ket.: 666666669999000000555555.]
Notifikasi SMS banking tarik tunai kulihat dari layar depan suamiku. Kuraih ponselnya mumpung ia sedang mandi selepas pulang kerja.
Nomor rekening Mas Irfan kenapa bisa ditarik tunai saat ia sedang mandi? Apa ada yang pakai ATM Mas Irfan? Aku segera intip dompet Mas Irfan, mumpung ia belum selesai mandinya. Namun, kucari di dompet tak ada ATM yang biasa ia pegang untuk belanja bulanan, di dompet hanya ada ATM dari bank payroll gaji Mas Irfan.
Aku duduk di atas kasur sambil menunggu notifikasi pesan masuk lainnya. Siapa tahu si pemakai mengucapkan terima kasih pada Mas Irfan. Meskipun darah ini sudah sangat naik, aku berusaha tenang untuk menghadapi ini.
Tidak lama kemudian, pesan masuk dari aplikasi berwarna hijau. Aku lihat hanya dari layar depan. Pesan dari Karin, sekretaris, kontak yang Mas Irfan simpan di ponselnya.
[Aku belanja perlengkapan bayi, Mas, sama Mama Gita di toko Baby Shop Michael. Tadi ambil uang 2,5 juta.]
Aku menghela napas, dan mengurutkan dada menahan amarah. 'Mama Gita mertuaku ada di pesan itu. Berati sekretaris itu adalah ....' gumamku dalam hati menebak-nebak.
Apa jangan-jangan mereka tengah membohongiku? Ini jelas sekali, pasti ada apa-apanya. Sekretaris itu, kenapa harus dia yang ikut membohongiku? Kami kenal dekat, ia sering mengajakku makan-makan di waktu senggang.
Sebaiknya aku pura-pura tidak tahu saja, dan menyingkir dari kamar ini dulu. Pasti setelah ini Mas Irfan menghubungi wanita itu.
Kemudian, sebelum aku keluar dari kamar. Kunyalakan rekaman suara yang ada di handphone. Lalu aku sembunyikan di balik vas bunga yang berada di atas nakas. Aku tunggu di luar untuk membuktikan apa yang akan dibicarakan mereka.
Aku mondar mandir di depan, mencari ide setelah ini, enak saja mereka mempermainkan aku. Mentang-mentang sudah dua tahun menikah belum memberikan keturunan, mereka bermain di belakangku.
Setelah sepuluh menit aku keluar dari kamar, akhirnya Mas Irfan keluar juga sambil menggosok rambutnya yang basah.
"Ayo, Sayang, kita makan!" ajaknya.
"Makan di mana? Aku nggak masak," jawabku singkat. Rasanya sudah muak bicara dengan Mas Irfan.
"Di luar, yuk!" ajaknya.
"Sebentar, aku ganti baju dulu," sahutku sambil berlalu dan masuk ke kamar.
Aku segera menghentikan proses rekaman suara. Lalu memutar pembicaraan mereka, ya pasti ada pembicaraan melalui sambungan telepon.
Setelah kudengarkan, di menit ke dua setelah aku mengaktifkan rekaman suara, terdengar jelas Mas Irfan menghubungi wanita yang tidak lain adalah sekretarisnya.
"Sudah di rumah apa masih di toko?" tanya Mas Irfan kedengaran jelas.
Kemudian, diam sejenak karena wanita itu menjawab pertanyaannya.
"Ya sudah hati-hati, bilang Mama, aku nggak bisa ke sana dulu, besok malam baru pulang ke sana," ucapnya kemudian telepon pun sepertinya terputus.
Aku segera menutup layar ponsel sambil berusaha menenangkan diri sendiri agar dapat berpikir cerdas untuk membalas sakit hati ini.
"Anggi! Kok lama?" teriak Mas Irfan memanggil namaku.
Segera kuganti baju tanpa pilih-pilih. Setelah itu bergegas ke luar untuk makan malam.
"Ayo, Mas," ucapku sambil terus melangkah.
"Kenapa jalan duluan, Dek? Gandengan dong," cetusnya tak kuhiraukan.
Kemudian, di dalam mobil, tiba-tiba aku memiliki ide. Toko Baby Shop Michael kan dekat dari sini, lebih baik aku minta antarkan ke sana saja.
"Mas, aku mau beli kado untuk teman kantorku dulu, tadi dapet info sudah lahiran, bisa anter aku ke toko perlengkapan bayi?" tanyaku dengan melontarkan senyuman.
"Ya, setelah makan ya," jawabnya.
"Mas, kita lewatin loh, aku sebentar kok langsung bungkus," pintaku. Akhirnya ia mengangguk tapi melipir ke toko Baby Shop yang tak kuinginkan. "Mas, bukan di sini, ini mah tokonya nggak komplit, itu loh Baby Shop Michael, di sana komplit," usulku tiba-tiba membuat mata Mas Irfan membulat.
Bersambung
Bab 72Tidak lama kemudian, berselang beberapa jam kemudian, Sherina dan Satrio datang. Mereka langsung bertemu dengan Anggi dan Irfan di kantor yang nyaris hancur.Sherina mengejutkan sesuatu, ia memberikan informasi yang membuat Satrio terbelalak."Pak, saya tahu pelaku pembakaran kantor Irgi Pratama," jelas Sherina.Anggi dan Irfan tertegun, ia nyaris tak berkedip menatap wajah wanita yang sempat dituduh sebagai penerornya. Kaki Anggi melangkah ke arah Sherina, meskipun berat Sherina hanya menghela napas di hadapan Anggi."Saya tahu, pasti kamu mau menuduh saya lagi, iya kan?" sindir Sherina. Sebelum ditanya ia sudah menebak apa yang akan Anggi lakukan.Kemudian, Irfan menggandeng erat tangan istrinya. Ia tidak ingin Anggi melakukan kesalahan yang kedua kalinya.&nbs
Bab 71Angga langsung menghubungi Rendi. Namun, ia ragu-ragu sebab orang kepercayaannya itu sedang berada di rumah sakit menemani Arya.Tangan Angga dihentak-hentakkan, seraya kebingungan harus menghubungi siapa untuk menugaskan ke Jogja. Sebab, ia sudah amat kelelahan mengurusi urusan di sini.Angga menghela napas panjang. Sedangkan Anggi dan Irfan saling beradu pandangan, mereka berdua tiba-tiba mengangguk."Pah, kami berdua yang ke Jogja, besok pagi berangkat," ucap Irfan membuat mata Angga seketika berair."Apa kalian tidak lelah? Aku khawatir dengan kesehatan kalian," tutur Angga belum mengizinkan mereka berdua."Pah, kami berdua masih muda, sedangkan Papa usianya sudah tidak memungkinkan lagi untuk kecapean, jadi biarkan saja ya, kami belajar mengurus hal yang ekstrim seperti ini," rayu Anggi.Kemudian, Gita merangkul pundak lelaki yang sangat setia padanya, dilingkarkan tangan di leher Angga.
Bab 70"Baiklah, kami bebaskan Sherina dan Satrio berdasarkan bukti yang Bapak berikan, tentunya kami juga akan segera mencari keberadaan saudara Dodi," ucap komandan membuat seketika suasana mencair. Semuanya mengelus dadanya masing-masing seraya lega dengan keputusan yang diambil oleh komandan.Kemudian, komandan memerintahkan petugas untuk membebaskan Sherina dan Satrio tanpa syarat apapun. Mereka berdua dibebaskan karena terbukti tidak bersalah.Semuanya bangkit menyambut kedatangan Sherina dan Satrio. Kemudian, seketika itu juga Alex menyergap tubuh Satrio."Pah," sapa Satrio pada Alex. Meskipun ayah sambung, tapi Alex memperlakukan Satrio seperti anak kandungnya. Mereka berdua melepaskan rasa haru, air matanya pun tak terasa meleleh membasahi pipinya."Kamu sudah bebas, janji Papa sudah ditepati," timpal Alex kepada anaknya.Seisi ruangan berjabat tangan, namun senyum Sherina terlihat sangat terpaksa
Bab 69Setelah dibuka rekaman yang tersimpan. Terdengar suara di antara mereka yang berada di satu meja restoran berdebat."Kenapa kamu lakukan ini sampai terlalu jauh? Bukankah Pak Irgi telah memberikan pesangon cukup besar?" tanya istrinya Dodi. "Kamu tega melihat anak istrimu kini luntang-lantung tidak jelas?" tambahnya lagi dengan nada menekan."Sudahlah, tahu apa kamu urusan lelaki? Sekarang habiskan makanan, kita akan terbang ke Jawa Timur!" Dodi terdengar tambah marah.Kemudian, hening seketika. Setelah itu Dodi terdengar menghubungi seseorang."Candra, tolong kamu habiskan laki-laki yang bernama Arya, dia telah terlalu jauh ikut campur," suruh Dodi melalui sambungan telepon."Gila kamu, Mas! Sudah bersalah malah nyelakain orang! Bukankah janji kamu hanya menakut-nakuti keluarga Pratama? Kenapa sejauh ini?" sentak istrinya."Kamu mau ikut pergi atau di sini?" Pertanyaan terakhir y
Bab 68"Ada apa dengan Arya, Ren?" tanya Anggara. Posisinya yang tadi duduk setelah menyuruh Anggi dan Irfan masuk kini berdiri."Pah, tenang ya, duduk bicaranya biar tenang," pesan Irfan sambil mengelus-elus punggung mertuanya."Arya kecelakaan, Pak," terang Rendi memberikan informasi yang membuat keluarga Pratama kehilangan harapan."Astaga, lalu bagaimana kondisinya?" tanya Angga terkejut sekaligus panik. Lalu mulutnya komat-kamit memberikan informasi pada anak mantu dan sahabatnya yang berada di sebelah Angga."Kondisinya belum sadarkan diri, Pak. Sekarang ada di Rumah Sakit Sentosa," ucapnya membuat Angga tanpa pikir panjang mematikan sambungan teleponnya. Ia menghela napas berat seraya tidak mempercayai takdir."Yuk kita ke Rumah Sakit Sentosa!" ajaknya sambil meraih tas kecil yang ia bawa.Mereka berempat bersiap ke rumah sakit. Kali ini sepasang suami istri itu yang menenangkan p
Bab 67"Saya minta maaf atas tuduhan yang kemarin," ucap Anggi dengan kerendahan hati."Tidak salah dengar? Anggi yang bersikeras menahanku kini minta maaf?" sindir telak Sherina. Sepertinya ada dendam kesumat di dalam hati Sherina.Kemudian, Irfan membuka percakapan dengan memotong pembicaraan Sherina. Ini supaya tidak berlarut-larut dalam dendam."Ya, ini kesalahpahaman, mohon dimaklumi, Sherina. Maaf kami benar-benar baru mengetahui yang sebenarnya," tutur Irfan coba membela istrinya.Hening, seketika suasana hening, Satrio pun menatap lekat ke arah Anggi."Saya tahu, kamu seperti itu karena tuduhan anak buah peneror itu, saya paham betul," timpal Satrio."Saya janji akan membersihkan nama baik kalian nantinya," ucap Anggi.Sedangkan Sherina masih duduk terpaku bersandar dengan santai. Ia merasa menang atas ucapan maaf yang telah dilontarkan Anggi dan Irfan."Saya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments