Share

BAB 32 : SAKIT JIWA

Tabitha menaiki tangga menuju lantai dua rumah kosnya dengan langkah lemas. Hampir seolah tidak bertenaga. Bahkan, di ujung tangga tadi, awal dia baru melangkah menaikinya, dia hampir saja jatuh terpeleset. Untung saja tidak. Tangan kanannya yang bebas tanpa direpoti tas bahu sewarna putih gading dengan sigap mencengkeram besi selusur tangga di sebelah kanan badannya. Dan sekarang, bunyi sepatu pantofel hitam yang dia pakai akhirnya menggema di sepanjang lorong lantai dua. Enam kamar kos yang lainnya, yang berada di lantai dua itu, semua masih gelap gulita. Pertanda bahwa para penghuninya belum ada yang kembali dari aktivitas mereka masing-masing. Baik di kantor, di kampus, atau di mana pun. Diam-diam Tabitha bersyukur, karena itu berarti dia tidak perlu siap-siap tersenyum seandainya tiba-tiba dia harus berpapasan dengan salah satu dari mereka. Tersenyum. Satu hal yang sangat tidak ingin dia lakukan saat ini.

Senyum apa? Senyum manis? Bagaimana mungkin? Hatinya sendiri saja sedang asa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status