Mag-log inAlesha merasa perempuan paling beruntung bisa menikah dengan anak Kyai, calon suami idaman. Padahal dia adalah santri paling barbar dan nakal, bertolak belakang dengan citra Fatih. Beruntung karena memiliki orang dalam, alias Bapaknya teman baik sang Kyai. Namun setelah menikah Alesha baru mengetahui sifat asli Fatih. Jauh berbeda bagaikan kutub utara dan samudra atlantis, tidak masuk dalam akal sama sekali. Lebih parah dari sifatnya. Lantaran terlanjur nikah dan malu harus cerai karena terlalu sombong bisa memiliki Fatih, dia berusaha untuk mengubah suaminya. Apalagi setelah disogok oleh sang ayah mertua dengan motor impiannya. "Ayo, Cha, kamu pasti bisa. Ini semua demi motor Harley Davi… ekhem, maksudnya, segitu aja dah nyerah." Apakah usaha Alesha berhasil atau harus menyerah ketika mengetahui Fatih memiliki kekasih lain.
view more"Gimana Pak Ustadz? Apa Pak Ustadz setuju kami meminang Nak Alesha untuk anak kami, Fatih?"
'Gila! Gila! Gila! Ini beneran Gila!' jerit seorang perempuan dari balik pintu rumah sambil gigit kain sarung. Perempuan itu mengerut kening ketika pulang bermain, ralat, lebih tepatnya baru selesai nyolong mangga orang dengan anak kampung sebelah. Kerudung hitam yang di atas kepala sudah kusut dan kotor. Blus selutut yang acak-acakan. Tidak lupa kain sarung yang sudah bertengger di sebelah bahu. Bawahannya hanya celana tidur. Bukan celana legging atau celana longgar. Perempuan itu lebih suka pakai celana tidur dibanding celana lain. Lebih praktis. Pulang bisa langsung tidur. Tidak perlu mandi. Mandi hanya saat tercium wangi tak enak dari tubuhnya. Baginya mandi adalah pemborosan. Boros artinya dosa. Dosa artinya masuk neraka. Kembali lagi saat ini, melihat mobil Pak Kyai pemilik Pesantren tempatnya belajar, sekaligus tempat Bapak dan Abangnya mengajar, kakinya otomatis berlari secepat kilat ke arah pintu rumah. Lalu nempel di tembok samping pintu masuk. Dia sudah hafal mobil dan plat nomor mobil tersebut di luar kepala. ‘Mobil calon ayah mertua atuh,’ kekeh gadis itu dalam hati. Kyai sangat jarang pergi ke rumah mereka. Hanya saat ada acara tertentu atau hal penting saja. Itupun hanya sendiri. Tidak beserta dengan istrinya. Oleh karena itu dia menguping pembicaraan Kyai bersama istrinya dengan kedua orang tua dan juga abang semata wayang yang tak disayang. Begitu namanya dan nama Fatih disebut, jantung gadis ini seakan ingin melompat ke balikpapan. Alias masuk ke dalam rumah, bukan ke kuburan. Dia masih ingin hidup bersama anak Kyai dan memiliki sebelas anak. Sesuai jumlah satu tim salah satu hobinya, sepak bola. Bukan tim catur, otaknya tidak jalan dalam berpikir. Macet, sekaligus mesinnya mati. Siapa orang yang tidak senang dilamar oleh Kyai untuk dijadikan menantu. Di mana anaknya Kyai yang bernama Fatih merupakan incarannya dan juga incaran seluruh santri di pesantren. Fatih sudah resmi dicap sebelah pihak oleh kaum hawa sebagai calon suami idaman sekebon. Alias idaman santri secara rame-rame. Bukan hanya oleh santri saja. Para ibu-ibu juga tidak kalah. Catat, bukan dijadikan suami, tapi menantu. Fatih merupakan hafiz muda dengan sikap bagaikan malaikat. Tidak pernah bersikap kasar dan selalu menjunjung tinggi agama. Apalagi dia sebagai seorang Gus penerus Pesantren yang memiliki ribuan santriwan dan santriwati. Ditambah wajahnya yang tampan rupawan bagaikan bakwan, maksudnya sesegar sayur, enak dan sehat. Kulit putih bersih bagaikan tepung. Hangat bagai mentari karena masih hidup bukan digoreng. Lalu lembut bagaikan sutra karena bukan adonan semen. Bagi siapapun yang bisa mendapatkannya, maka sangat beruntung. Termasuk gadis yang masih nempel di tembok ini yang sangat mendambakan Fatih meski sikapnya berlawanan. Cewek barbar yang tomboy meskipun berpenampilan santri. Tidak jarang berkelahi, terutama dengan anak cowok. Tidak kenal takut. Kecuali ulat bulu yang bikin gatal. Kandidat terakhir yang kemungkinan berjodoh dengan Fatih berdasarkan perhitungan santri. Kandidat pertama dan saingan terbesar santri masih di luar negeri. Jadi mereka mengambil kesempatan itu untuk berusaha menarik perhatian Kyai karena Fatih jarang ke Pesantren karena sambung S2. "Bagaimana Pak Ustadz? Apa Pak Ustadz setuju kami meminang Nak Alesha untuk anak kami, Fatih" ulang Kyai sekali lagi. 'Argh! Ini benar-benar gila. Apa aku nggak salah dengar. Tunggu, aku kan nggak tuli. Buktinya aku dengar Kyai melamarku,' batin Alesha bergelut dengan diri sendiri. Perempuan yang dimaksud Pak Kyai. 'He he he …. pasti para santri akan cemburu sama aku. Berani-beraninya mereka buat aku jadi kandidat terakhir. Sekarang aku yang akan menikah dengan Fatih. Fatih akan menjadi milikku.' Alesha cengengesan sambil memeluk tembok. Masih menempel erat seperti cicak. Jika ada orang yang lewat pasti dikira orang gila. 'Oh Tuhan, apakah ini balasan atas kesabaran hamba yang setipis tisu. Rasanya hamba siap mati sekarang.' jerit Alesha gemes sambil memukul tembok tanpa suara agar tidak didengar orang yang berada di dalam rumah. 'Eh, nggak dulu deh Tuhan. Kalau hamba mati sekarang, bagaimana hamba menikah dengan Abang Fatih. Abang Fatih bisa jadi duda tanpa nikah dong,' ralat Alesha setelah menyadari doanya kecepatan. Mati sebelum ini itu dengan Fatih. "Apa, Pak Ustadz tidak setuju," ulang Nyai Nur Aisyah, istri Kyai Hasyim Maulana. 'Tentu, dengan senang hati mereka akan meneri …' "Maaf Pak Kyai, saya tidak setuju." Anggukan Alesha sontak terhenti mendengar jawaban dari Muzammil, Abang kandungnya. Abang yang tau jika dia sangat menyukai Fatih. Tapi kenapa ada kata penolakan. 'What? What is your name!' Ucap Alesha yang tidak pandai bahasa inggris. Jadi asal sebut saja. Itu pun harus dipelajari selama beberapa bulan. Orang lain yang mendengar penolakan Muzammil juga tidak kalah terkejut seperti Alesha. Namun tidak berlebihan sepertinya. Penolakan yang sama sekali tidak terduga. "Muzammil, apa maksud kamu?" tanya Ustadz Ahmad Husein, ayah Alesha. "Iya, Nak Muzammil. Kenapa kamu menolak lamaran kami?" tanya Kyai penasaran. Setau mereka Muzammil cukup dengan anaknya. Mereka berteman dengan baik sejak kecil sampai Fatih kuliah di ibukota. Mereka seumuran dan teman sepermainan. Meskipun Muzammil merupakan Ustadz di pesantrennya, tapi Muzammil sudah dianggap anak sendiri oleh Kyai. Saat pertemuan seperti ini Kyai lebih nyaman memanggil dengan sebutan Nak dibandingkan dengan kata Ustadz. "Maaf, tapi saya benar-benar keberatan Kyai," sahut Muzammil meremas kain sarung yang dikenakan. "Apa Kyai boleh tau alasan lebih jelasnya? Kamu ini teman baik Fatih. Kamu pasti lebih mengenal Fatih dibandingkan dengan siapapun." Muzammil terdiam. Masih jelas dalam ingatannya ketika pergi ke ibukota beberapa bulan yang lalu karena ada urusan. Dengan mata sendiri dia melihat Fatih masuk ke dalam diskotik sambil berpelukan dengan perempuan yang berpakaian minim. Muzammil tidak pernah bercerita kepada siapapun karena dia sendiri masih tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya. Dia juga tidak mungkin masuk ke sana untuk memastikan apakah itu benar orang yang dikenal atau bukan. Jika itu bukan Fatih, maka itu akan menjadi fitnah. Firasatnya juga mengatakan jika Fatih seperti menyembunyikan sesuatu. Sejak kuliah di ibukota aura Fatih terlihat berbeda. Penampilan sama namun pancaran sinar tubuh terasa ada yang ganjal. Bagaimanapun, Muzammil sangat menyayangi adiknya. Meskipun Alesha suka buat onar dan cari masalah. Jadi, dia ingin agar sang adik menikah dengan laki-laki yang baik. Jangan sampai rumah tangganya kandas di tengah jalan. "Itu … sebenarnya …." "Bang Muzammil tidak berhak mengambil keputusan. Alesha hanya mau nikah dengan Bang Fatih! Titik nggak pakek seru!" Alesha menerobos masuk. Tanpa babibu dia langsung nimbrung. Tidak peduli jika terlihat tidak sopan di depan Kyai dan Nyai. Calon suami masa depannya hampir lepas. "Alesha!" tegur Ustadz Ahmad atas sikap tidak sopan sang anak. "Bapak! Bapak kan tau Alesha sangaaaat suka Bang Fatih. Alesha hanya mau dinikahkan dengan Bang Fatih, Bapak!" rengek Alesha mode manja ketika menginginkan sesuatu. Tidak lupa butiran-butiran asin mulai turun setelah matanya sedikit diunyel-unyel. Biar air mata keluar untuk lebih menyakinkan. Bapaknya lemah dengan air mata badaknya. "Alesha!" seru Ustadz Ahmad melemah. Hal paling menyakitkan dalam hidupnya melihat air mata Alesha meskipun palsu. "Saya tetap tidak setuju, Bapak! Bapak jangan tertipu lagi dengan air mata palsu Alesha " seru Muzammil sebelum ayahnya luluh dengan Alesha. 'Cih! Bang Muzammil sudah tidak bisa ditipu lagi. Gimana ini? Bagaimana jika Bapak setuju dengan Bang Muzammil. Bisa gagal aku memiliki tim sepak bola dengan Bang Fatih,' decak Alesha dibalik bahu Ustadz Ahmad. Bersambung ….Fatih telah selesai dengan urusannya. Saat kembali ke parkiran motor, di tengah jalan dia melihat Alesha yang sedang tertawa bebas dengan dua santri yang tidak dikenal olehnya. Di bawah pohon rindang. Dimana Alesha duduk di atas meja dan sebelah kaki di atas kursi."Itu istrinya kamu Gus Fatih? Saya masih heran kenapa Pak Kyai malah memilih dia dari ribuan santri yang ada," komentar salah satu ustadz yang menemani Fatih.Mata mereka bertiga terfokus pada Alesha yang tertawa sampai terpingkal-pingkal. Tidak ada kalem sama sekali."Kamu jangan bicara begitu. Itu pilihan Pak Kyai. Gus Fatih jangan dengar perkataan tadi ya," kata Ustadz satu lagi dengan tidak enak."Saya duluan ya, Ustadz. Assalamualaikum," pamit Fatih tanpa memberi komentar."Waalaikumsalam.""Tuh, kamu lihat ekspresi Gus Fatih. Perempuan yang kamu hina tadi sudah menjadi istri Gus Fatih." "Bukan hanya aku saja yang masih belum menerima keputusan Kyai. Para santriwan dan santriwati juga," belanya."Itu bukan urusan kita
"Abang, yakin kita pergi dengan motor ini," tunjuk Alesha ke arah motor yang berdiri gagah di depannya."Iya. Apa kamu keberatan naik motor ini. Atau kita pergi dengan mobil saja," usul Fatih."Jangan! Jangan! Jangan. Kita naik ini saja. Biar lebih romantis dan so good."Tentu Alesha dengan senang hati naik motor yang ada di depan matanya. Motor yang ada di depannya adalah salah satu jenis kesukaannya, Harley Davidson. Meskipun keluaran lama masih terlihat gagah. Motor ini adalah milik Pak Kyai yang sering digunakan oleh Fatih. Motor yang sudah digunakan sejak beliau muda. Lalu diwariskan untuk Fatih. Sudah tidak kuat lagi mengendarai motor gede. Lebih nyaman menggunakan mobil.Selain main sepak bola Alesha sangat menyukai berbagai jenis motor moge. Merek Harley Davidson adalah merek yang paling disukai. Cita-citanya ingin membeli salah satu merek motor tersebut. Namun harganya yang sangat mahal, dia mengurungkan niat. Tidak mungkin kedua orang tua dan Abangnya akan membeli motor ter
"Aku masih nggak habis pikir. Kok bisa-bisanyaPak Kyai bisa menikahkan kamu dengan Fatih," ujar Arafah masih tidak rela seorang Gus Fatih incaran santri Nikah mendadak."Apa? Nggak rela?" ejek Alesha."Iya dong. Aku gini-gini juga suka sama Gus Fatih. Siapa sih yang nggak mau nikah sama Gus Fatih.""Betul, aku juga mau. Lumayan bisa terjamin makan seumur hidup," nimbrung Zainab membuat kedua sejoli yang sedang berdebat diam. Kenapa topiknya jadi berubah."Apa?""Kamu kira keluarga Pak Kyai warung makanan?" ujar Arafah menjitak jidat Zainab dengan pelan."Kan Pak Kyai memang orang kaya. Banyak duit. Artinya bisa beli banyak makanan kan?" sahutnya mengelus bekas jitakan Arafah."Dah lah Alesha, abaikan saja dia. Sekarang jawab pertanyaan aku dengan serius. Kenapa Pak Kyai milih kamu. Kamu kan banyak kekurangan," ujar Arafah serius sambil memegang kedua bahu Alesha."Nah itulah kelebihanku, banyak kekurangan."Arafah menepuk jidat. Percuma tanya ke Alesha. Alesha pasti akan menyembunyik
"Kalau Alesha nggak nikah dengan Bang Fatih, mending Alesha menjadi perempuan tua saja. Alesha mau melajang seumur hidup dan tinggal sendiri di dalam hutan," ancam Alesha. Muka dibuat-buat segalak mungkin. Mata di micingkan tajam sampai berdenyut. Rasanya sedikit perih. Namun masih ditahan demi anak sebelas."Alesha, sana kamu masuk dulu Nak. Apa kamu gak malu sama Pak Kyai dan Nyai," tegur Yasmin, ibu kandung Alesha. Pasrah dengan sikap anak gadis yang tak lebih seperti anak TK.Yasmin menghela nafas kecil dengan sikap kekanakan sang anak. Meskipun Alesha tomboy dan barbar, pikirannya masih kekanakan. Bertolak belakang dengan Fatih yang sangat dewasa."Bang Fatih nya, Bu?" tanya Alesha sendu. Ibunya orang yang paling tidak bisa dilawan. Senakal-nakalnya dia takut dikutuk jadi kutu. Sudah tidak jaman jadi batu."Kamu masuk dulu ya Nak. Kamu patuh sama Bapak dan Ibu," bujuk Yasmin dengan suara lembut. Suara lembut yang bisa mencairkan keras kepala Alesha."Iya deh," jawab Alesha pasrah
"Gimana Pak Ustadz? Apa Pak Ustadz setuju kami meminang Nak Alesha untuk anak kami, Fatih?"'Gila! Gila! Gila! Ini beneran Gila!' jerit seorang perempuan dari balik pintu rumah sambil gigit kain sarung.Perempuan itu mengerut kening ketika pulang bermain, ralat, lebih tepatnya baru selesai nyolong mangga orang dengan anak kampung sebelah. Kerudung hitam yang di atas kepala sudah kusut dan kotor. Blus selutut yang acak-acakan. Tidak lupa kain sarung yang sudah bertengger di sebelah bahu. Bawahannya hanya celana tidur. Bukan celana legging atau celana longgar.Perempuan itu lebih suka pakai celana tidur dibanding celana lain. Lebih praktis. Pulang bisa langsung tidur. Tidak perlu mandi. Mandi hanya saat tercium wangi tak enak dari tubuhnya. Baginya mandi adalah pemborosan. Boros artinya dosa. Dosa artinya masuk neraka.Kembali lagi saat ini, melihat mobil Pak Kyai pemilik Pesantren tempatnya belajar, sekaligus tempat Bapak dan Abangnya mengajar, kakinya otomatis berlari secepat kilat k






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments