Share

Toko Bunga, tempat bekerja Aminah

Menata bunga-bunga sedemikian rupa, juga merawat bunga-bunga itu adalah keseharian Aminah, sudah lebih dari enam tahun ia bekerja di toko bunga milik Bu  Marta.

Dari uang yang ia dapatkan itu membuatnya mampu lulus dari bangku kuliah, selain memang otaknya yang pintar sehingga Ia mendapatkan beasiswa, sungguh nasib baik berpihak pada Aminah.

Mendapatkan perlakuan kasar dari sang ayah tiri tak menyurutkan semangat gadis polos itu. 

Di toko bunga itu Aminah biasa dipanggil teteh, oleh sang owner yaitu Bu Martha.

Begitu juga dengan rekan kerjanya ada Stefani juga Delon, ketiganya terlihat akrab.

Sementara Delon bertugas untuk mengantar pesanan bunga ke area yang jauh.

Sedangkan Stefani jelas bertugas menata bunga sedemikian rupa agar terlihat lebih menarik, sedangkan Aminah bertugas untuk mengantar beberapa bunga dalam jarak yang dekat, Aminah terbiasa panas-panasan menggunakan sepedanya, dari itu kakinya terlihat berotot juga tenaganya tak kalah dengan lelaki.

Bagaimana tidak, sehari dia bisa menempuh jarak berkilo-kilo meter, sedangkan Delon menggunakan sepeda motor.

"Teteh bukankah hasil kerjamu selama ini sudah lebih dari cukup, untuk mengambil cicilan motor," tanya ibu Martha dengan simpati pada Aminah.

Gadis itu hanya tersenyum ramah, "Iya Bu Marta, gaji dari ibu sudah lebih dari cukup, untuk kebutuhan sehari-hari juga bulsnan, tapi sebaiknya uang itu aku simpan terlebih dahulu untuk membelikan ayah motor baru," ucapnya tersenyum hangat.

Bukan Aminah jika tidak memikirkan orang lain terlebih dahulu, Bu Marta sangat paham akan sifat karyawan nya, apalagi Aminah seorang yang sangat baik hati dan juga mengalah, dia juga adalah karyawan pertama Bu Martha merintis usahanya, tapi tak sekalipun Aminah meminta kenaikan gaji.

Juga tak ada hasrat Aminah untuk minta dinaikkan jabatannya di toko bunga milik Bu Marta.

"Selamat pagi," suara ramai itu menyapa toko bunga, itu adalah suara Romeo anak tunggal bu Martha, Ia sekarang adalah kepala di toko bunga itu semua keputusan ada di tangan Romeo,

Jika suara Romeo sudah menyapa semua karyawan berbaris dengan rapi membentuk sebuah lingkaran, "Hari ini adalah hari spesial di mana mama bisa ke toko sepagi ini, Ya kan," lirik Romeo dengan hangat pada sang mama, Romeo juga menyematkan pelukan hangat di bahu sang mama, menciumnya halus di kening itu.

Riuh tepuk tangan dari semua karyawan membuat ruangan itu terasa hidup dan juga bergembira, semua wajah karyawan pagi ini terlihat cerah terutama karyawan kesayangan Bu Marta yaitu Aminah.

Dilanjutkan doa bersama yang dipimpin oleh Romeo, seketika ruangan itu hening dengan penuh khidmat, dan diakhiri oleh tos yang memberi semangat dan membakar hari-hari mereka. 

Romeo tampak begitu serius memimpin meeting pagi ini ia memberitahu semua karyawan bahwa akan ada orderan besar untuk dua atau tiga hari kedepan di mana ada beberapa wedding organizer yang harus dipersiapkan, dan semua bunga hidup harus benar-benar segar, "Tolong persiapkan kesehatan kalian saya tidak ingin customer kita kecewa jaga nama baik toko bunga ini dan jaga kekompakan kita," tutup Romeo pada meeting pagi ini.

Semua karyawan bersemangat mengangkat tangannya tinggi-tinggi seolah menyatukan tekad, 

"Teteh," suara Bu Marta terdengar memanggil,

Aminah segera mempercepat langkahnya menghampiri Bu Marta, "Iya Bu ada yang bisa teteh bantu?" sahut Aminah dengan suara lembut nya.

"Apa kau tidak capek mengenakan sepeda tua seperti itu mengantar bunga-bunga," tanya Bu Marta dengan melirik sepeda yang sudah terlihat lusuh.

Gadis polos itu hanya tersenyum sampai matanya sedikit hilang, "tidak Bu, aku sudah sangat terbiasa sehingga badanku semakin sehat," sahut Aminah dengan suara riang,

Bu Marta meraih bahu Aminah dan menguatkannya memberi senyuman hangat dan bahkan sentuhan itu penuh dengan kasih sayang, 

"Aminah," panggil Romeo dengan sedikit berteriak.

Belum juga sampai langkah Aminah pada hadap Romeo tapi kertas-kertas itu sudah terlempar di wajahnya, "Ada beberapa alamat customer yang harus diantar sekarang dan kau tak boleh terlambat semenitpun! Satu lagi jangan karena kau  karyawan kesayangan mamaku kau bisa semena-mena," ancam Romeo dengan wajah tegas.

Aminah mengangguk cepat meraih kertas-kertas yang berjatuhan di lantai, ia mengangguk dan segera mempersiapkan rangkaian bunga yang akan diantar kepada customer nya.

Ada empat alamat yang harus ia lalui pagi ini dan keempatnya itu memiliki jalur yang jauh, 

"Dia benar-benar gila, apa dia tidak tahu kau menggunakan sepeda tua seperti itu! di mana hatinya," teriak Stephanie tak terima.

Aminah terlihat menghela nafasnya berat, "sudahlah aku sudah terbiasa melalui ini semua," ucapnya dengan senyum tipis.

Sebagai seorang sahabat tentu Stefani mengkhawatirkan kesehatan Aminah, belum lagi cuaca begitu terik, dan 4 alamat yang berjauhan harus diantar sebelum jam makan siang itu sih gila, 

"Sebentar," pinta Stephanie pada Aminah untuk berdiam diri.

Terlihat Stephanie menghampiri Delon kekasihnya, "Sayang coba kau lihat Aminah! kasihan sekali dia dia harus mengantar empat buket bunga pagi ini, dan keempat alamat itu sangat jauh, itu tidak masuk akal," Stephanie dengan keluhannya.

Delon tampak mengedarkan matanya menatap wajah Aminah yang terlihat biasa saja, sehingga Delon tak merasa harus mengasihani gadis itu, "Lalu aku bisa apa sayang? Aku sendiri memiliki banyak tugas," tunjuknya pada beberapa lembar kertas tugas yang tak kalah penuh di tangan kanannya.

Lagi-lagi kekasihnya itu enggan membantu sahabatnya, "Mengapa sih kau tak sama sekali mengasihani Aminah," pungkas Stefani dengan raut wajah kesal.

Delon enggan menjawab tanya sang kekasih yang berwajah masam itu, ya terlihat sibuk mempersiapkan buket bunga yang telah dipesan, memasukkannya dengan hati-hati dan menata di sepeda motor, 

"Sudahlah sayang aku harus berangkat jika tidak pak Mario pasti akan memarahiku!" pegangnya pada dahi sang kekasih dengan halus.

Benar juga jika terlambat sedetik saja pak Romeo pasti akan ngomel-ngomel, mulutnya itu berbahaya sekali melebihi seorang emak-emak berdaster.

Untung saja selama ini Delon pandai menyembunyikan perasaannya di depan Stefani, perasaan yang lama dipendam nya, ya sangat mengagumi Aminah baik dari pribadi juga dari fisiknya tetapi rasa itu hanya mampu ia pendam sejak di bangku kuliah, Delon sadar betul jika seorang yang ditaksir itu telah memiliki tambatan hati. 

Yah Aminah telah memantapkan hatinya pada Anthony, 

Pernah seorang Delon patah hati, sampai-sampai ia harus menjadikan Stefani sebagai pelampiasannya walau hubungan mereka masih baik-baik saja selama dua tahun belakangan, 

Bukan berarti seorang Stephanie tak menarik hanya saja untuk move on butuh waktu bagi seorang Delon.

"Hati-hati sayang." lambaian tangan Stephanie mengiringi langkah Delon.

Romeo seakan mendengar panggilan yang tak akrab dengan kupingnya itu,

"Ehmm.." ia menelan ludah dengan kasar,

Menelisik dengan wajah tak senang akan lambaian tangan seorang Stefani.

"Bekerjalah dengan benar, jika tidak.. aku"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status