Fiona menyerahkan tongkat bulan yang telah selesai kepada pengrajin untuk disatukan dengan kristal bulan. Tinggal dua hari lagi waktu tersisa sebelum bulan purnama. Pengrajin yang melihat tongkat bulan terpesona dengan penampilan dan kekuatannya. Aura tongkat itu terpancar kuat, indah dan menakjubkan. Fiona meninggalkan tempat itu segera setelah menyerahkannya pada tetua peri pengrajin.
Fiona masih bimbang dengan perasaannya, dia belum ingin menyerah. Dia berjalan di antara pertokoan yang padat. Ada satu toko yang mengganggu dan mengusiknya untuk mendekat tertulis 'Toko Ramuan dan Keajaiban' langkah kakinya seakan bergerak sendiri ke arah toko itu.
Fiona membuka pintu yang tertulis tulisan 'buka' melihat-lihat isi toko itu. Rapi, antik dan ada kesan memiliki kekuatan ajaib. Benda di dalamnya semua bukanlah benda biasa, barang-barang antik, sederet botol kecil warna-warni tertulis nama ramuan dengan berbagai tujuan. Dia membaca deretan ramuan itu dan berhenti pada
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak ^^v dukung penulis ya.
Ratu Esmeralda menepuk bahu Fiona. Dia kasihan melihat putri semata wayangnya bersedih. Dia memang salah, namun kesalahan karena tidak tahu bukanlah hal besar. Yang menjadi masalah adalah nyawa seseorang hampir melayang karena kesalahan itu. "Fiona, kita bicara lagi setelah ini, aku perlu memastikan Rafael tidak terancam nyawanya," ucap Ratu Esmeralda. Ia meninggalkan putrinya yang masih bersimpuh di lantai. Para pengawal mengangkat tubuh Rafael dan membawanya ke tempat pengobatan. Warna putih identik dengan warna rumah sakit. Interior dan cat tembok yang senada, semuanya putih termasuk pakaian para tenaga medis. Rafael langsung ditangani dengan cepat. Mereka berusaha menyelamatkan nyawanya. "Ratu, kami masih bisa mempertahankan nyawanya tapi …," ada keraguan dari tenaga medis yang menangani Rafael.
Setelah memastikan kondisi Rafael stabil, mereka meninggalkan ruangan itu, hanya tinggal Yui dan Fiona di dalam ruangan tersebut. “Dari mana Putri Fiona tahu tentang daun pohon kehidupan bisa menawarkan racun kelopak mawar peri?” selidik Yui memandang tajam ke arah putri berambut ungu itu. “Kau juga berbohong, kenapa mengaku sebagai kekasih Rafael?” timpal Fiona, dia kesal karena ulah Yui dirinya harus menggunakan cara bodoh untuk mendapatkan Rafael. “Paman yang memintaku, aku hanya mengikutinya saja,” jawab Yui tanpa merasa bersalah dan membuang muka dari Fiona, “setidaknya aku bukan pengecut yang menggunakan ramuan cinta,” lanjut Yui yang membakar amarah Fiona. Dia merasa direndahkan dengan ucapan Yui. “Kau bilang apa?” Fiona setengah menaikkan suaranya geram
Mereka sudah bersiap untuk berangkat. Fiona yang juga akan ikut pergi ke Ergions menyiapkan kudanya. Kereta kuda sudah diisi dengan perbekalan untuk perjalanan mereka. Yui dan Light juga sudah selesai dengan semua persiapan. Sebelum pergi Yui menyempatkan diri mengunjungi Rafael. Dia masih tertidur dalam teratai es. Kondisinya selalu dipantau oleh tenaga medis. "Paman, aku pergi dulu," pamit Yui kepada Rafael yang masih tertidur di dalam sana. Yui meninggalkan ruangan dan bergabung dengan yang lain. Dia juga memilih menaiki kuda seperti Fiona. Dia tidak mau berada di dalam kereta kuda. Hanya Leila yang tetap.di kereta kuda. Perjalanan menuju ke pelabuhan memerlukan waktu dua hingga tiga hari. Jalanan yang menurun membuat perjalanan lebih mudah. Jalanan yang mulus dan tanpa hambatan berarti. Perjalanan benar-benar membosankan, Yui dan Fiona sedang perang dingin. Mereka tidak mau berbicara satu sama lain. "Kita berkemah disini, besok kita lanjutka
Pagi hari, mereka sudah sibuk bersiap melanjutkan perjalanan. Yui memesan makanan untuk dibawa dalam perjalanan nanti, Light dan Adrian merapikan barang-barang di kereta kuda, mengecek dan memastikan tidak ada kerusakan. Leila pergi ke apotek yang ada membeli beberapa obat-obatan yang diperlukan. Semua memiliki kesibukan masing-masing kecuali Fiona yang hanya bisa melihat kesibukan orang lain. “Ada yang bisa kubantu?” tanya Fiona namun tidak ada jawaban. Mereka mengabaikan Fiona. Gadis itu murung, dia sudah bertekad tidak akan mengeluh lagi, namun tekad saja sepertinya tidak cukup. “Kalau mau membantu, bawa makanan yang sudah siap ke kereta kuda,” sahut Yui yang sudah menenteng dua bungkusan di kedua tangannya. “Baik,” jawab Fiona. Fiona membantu Yui mengangkat semua bekal makanan untuk perjalanan mereka. Persiapan sudah selesai. Adrian terlihat berbincang dengan pemilik penginapan sebelum membayar semua uang sewa kamar dan makan m
Yui mulai merasakan tubuhnya semakin masuk ke dalam laut. Bukan hanya karena gaya gravitasi tapi makhluk bersirip setengah manusia membawanya makin dalam ke dasar laut. Entah bagaimana dia bisa bernapas di dalam air, sepertinya makhluk itu tidak ingin mangsanya mati. Yui melihat ke arah makhluk lain yang juga berenang di dekatnya, dan ada satu lagi yang membawa Light. "Light!" Yui berusaha berteriak akan tetapi suaranya tidak bisa keluar. "Byakko, makhluk apa mereka ini?" tanya Yui dalam benaknya. "Siren, mereka makhluk pemangsa, Yui," jawab Byakko. Mendengar kata Siren, Yui teringat banyak mitos tentang makhluk laut yang satu ini. Ada yang menyebutnya mermaid ada juga siren. Keduanya manusia setengah ikan. Kisah romantis hingga misteri pembunuhan di laut mulai
Kediaman genbu sangat indah, gaya istana kuno bangunan china sangat terlihat. Para pelayan terlihat mengenakan hanfu, baju sutra yang indah dengan lengan panjang. Mereka terlihat cantik. Sejauh yang Yui lihat tidak ada pelayan pria. "Apa tidak ada pria disini selain Genji?" bisik Yui kepada Kyara. "Ada, mereka para pengawal dan prajurit selain itu semua yang ada di istana adalah wanita cantik," jawab Kyara. Yui berusaha mencerna informasi yang diberikan Kyara tapi gadis itu tidak mengerti. Dia masih melenggang mengikuti Genji, masuk ke istananya. "Kurasa kalian perlu berganti baju terlebih dahulu biarkan para pelayanku membantu kalian," ucap Genji dan dengan kode lambaian tangan pelayan wanita menyambut Yui dan Light mengantar mereka untuk membersihkan diri dan
Suara berisik sayup-sayup terdengar dari ruang bawah. Seperti ada yang sedang bertengkar. Suaranya sangat familiar di telinga Yuan. Tidurnya terganggu karena suara-suara itu."Ada apa sebenarnya, berisik sekali," gumam Yuan yang turun tempat tidurnya.Dia membuka pintu kamar, lalu menuruni tangga. Suara itu berasal dari ruang tamu."Ayah! … tidak bisa … itu ... ," Suara yang tidak jelas terdengar. Yuan mengenali itu suara Kakaknya."Apa jaminannya?" Suara keras dari Ayahnya terdengar jelas. Yuan melihat raut wajah marah dari Ayahnya, dia hanya diam saja di tempat."Yuan," ucap Rainsword saat melihat Adiknya berada di belakang Ayahnya.Raja Edward menoleh dan melihat Yuan. Dia segera mendekatinya."Apa kami mengganggu tidurmu?" Raja Edward berkata dengan lembut, tidak ada kemarahan bahkan dia tersenyum."Apa Ayahanda sedang memarahi Kakak?""Tidak, kami hanya berbeda pendapat itu saja, ini sudah malam tidurlah lagi," ucap Raja Edward mengantar Yuan kemb
Yuan merahasiakan pertemuannya dengan Rosaline dari Archilles. Dia tetap diam sambil memakan makanan yang tadi dia beli. “Tunggu di sini,” pinta Archilles meminta Yuan menunggu di ruang tunggu yang ada. Ada dua orang pengawal yang menjaga Yuan. Ia tidak peduli dengan pengawalnya, dengan santai duduk dan menikmati makanannya. Tak lama Archiles keluar kembali. “Ayo kita pulang,” ajak Archilles. Yuan mengangguk dan segera bangkit dari kursinya. Kedua pengawal mengikutinya. Banyak pria-pria bertubuh kekar yang masuk ke gedung yang baru saja dimasuki archilles. “Paman, itu tempat apa?” tanya Yuan penasaran dengan banyaknya orang-orang yang masuk ke gedung itu.“Itu tempat turnamen, akan lebih banyak orang-orang yang berpotensi mendaftar jika diadakan turnamen dengan hadiah besar dan jaminan menjadi pengawal elite istana pasti menarik minat banyak orang,” ucap Archilles menjelaskan.“Oh,” jawab singkat Yuan. Dia segera menaiki kereta kuda dan kembali ke istan