INICIAR SESIÓNAdam Lloris, pemuda berusia 22 tahun yang hidup sebatang kara. Dia anak dari konglomerat, orang tuanya tewas saat dia berusia 5 tahun tanpa meninggalkan apa-apa. Harta dan warisannya dirampas oleh orang lain, dan dia dibesarkan di panti asuhan. Dia tidak pernah tahu siapa orang tuanya karena pengasuh yang menemukannya juga tewas setahun setelahnya. Saat remaja, dia akhirnya tahu siapa dan penyebab kematian orang tuanya serta harta warisan atas namanya. Namun, dia dikhianati oleh gadis yang dicintainya dan masuk perangkap sebuah organisasi yang ternyata adalah pembunuh keluarganya. Dia ditembak dan jatuh ke dalam jurang. Dia diselamatkan oleh seorang kakek yang mendiami jurang tersebut dan diberi kekuatan. Setelah 3 tahun dia kembali untuk membalas dendam terhadap orang yang bertanggung jawab atas kematian orang tuanya yang ternyata adalah pamannya sendiri.
Ver más“Siapa kalian? Apa yang kalian inginkan?” suara Adam Lloris terdengar tegas meski ada getar di ujungnya. Pemuda 22 tahun itu berdiri kaku, matanya menyapu lingkaran pria-pria bersenjata yang tiba-tiba mengepung mereka.
Tangan Adam refleks menggenggam pergelangan Rachel dan menariknya ke belakang tubuhnya. Gadis itu—teman kuliah sekaligus kekasih yang telah bersamanya dua tahun—hanya bisa menahan napas, wajahnya pucat diterpa cahaya senja di ufuk barat. Adam menyelipkan beberapa lembar kertas ke genggaman Rachel. “Simpan ini baik-baik,” bisiknya cepat. Dia tahu, apa yang ada di tangannya bisa menentukan segalanya. Rachel, putri tunggal seorang kurator museum internasional di Irlandia, menatapnya bingung tapi tetap mengangguk. Di depan mereka, para pria bertopeng hitam berdiri diam, kecuali satu orang yang berani menampakkan wajahnya—pemimpin mereka, tampaknya. "Serahkan benda itu, Rachel." Pria maskulin itu mengulurkan tangannya untuk meminta kertas tersebut, tangan satunya lagi menodongkan pistol ke arah Rachel. Dari penampilannya bisa dipastikan mereka ini adalah sekelompok mafia. "Kau mengenalnya? Kenapa dia bisa tahu namamu, katakan ada apa ini, Rachel?" tanya Adam tanpa melepaskan pandangan ke arah pria di depannya. Gadis itu nampak ragu-ragu. Namun setelah pria asing itu mengeluarkan sebuah foto orang tua Rachel, gadis itu perlahan berjalan menuju pria yang mengenakan setelan hitam itu. "Maafkan aku, Adam. Aku terpaksa melakukannya." Adam tak percaya bahwa dia dikhianati oleh Rachel yang bersamanya sejak dua tahun belakangan ini. Ternyata ketulusan yang dia berikan tidak menjamin seseorang akan berkhianat. "Tapi kenapa, Rachel? Hanya tinggal beberapa langkah lagi, kenapa?" "Hahahaha. Itu pertanyaan bodoh, Adam Lloris. Benar itu namamu, kan, atau aku salah dalam penyebutannya," potong pria tersebut. Kini perhatian Adam tertuju pada pria yang saat ini menggenggam kertas yang berisi data-data penyelidikan yang mengungkap pelaku pembunuhan orang tuanya dahulu, serta file kuno yang banyak dicari orang. "Oh, iya, benar. Maaf aku belum memperkenalkan diri. Supaya kau tidak mati penasaran, ingat baik-baik, namaku August, pemimpin organisasi The Myth." The Myth merupakan organisasi hitam yang bekerja di balik bayangan. Mereka sering disewa oleh kelompok tertentu yang berambisi untuk memuluskan jalan tanpa ada gangguan. Organisasi ini kadang bekerja sendiri mengumpulkan kekuatan dari benda-benda kuno yang berhubungan dengan sihir. Disinyalir, benda kuno itu digunakan untuk tujuan tertentu yang menyangkut reputasi The Myth. "Lalu apa hubungannya denganku. Bukankah data-data itu tidak ada hubungannya dengan kalian?" August tersenyum mengejek menanggapi pertanyaan Adam barusan. Dia beranggapan dengan memberi sedikit petunjuk akan membuka kembali ingatan Adam di masa lalu. "Tentu saja ada, Adam Lloris. Kau ingat ini?" ujar August sembari menunjukkan tato lingkaran hitam di pergelangan tangannya. Adam terdiam sejenak. Dia ingat pernah melihat tato itu sebelumnya, tapi lupa kapan waktu pastinya karena sudah sangat lama sekali. Dia tahu itu lambang gerhana bulan dari buku kuno yang dia baca di perpustakaan, tapi dia pernah melihat juga di tempat lain. "Kau, kau yang membunuh orang tuaku!" Ingatannya kembali pulih, itu adalah tato milik pembunuh yang membantai kedua orang tuanya dulu. Saat itu Adam yang berusia 5 tahun menyaksikan di depan matanya sendiri ayah dan ibunya bersimbah darah. Adam berhasil kabur dan diselamatkan oleh seorang suster yang bekerja di panti asuhan. Di sana dia dirawat, tumbuh besar dan disekolahkan. "Akhirnya kau ingat juga. Sampaikan salamku untuk ayah dan ibumu jika kalian bertemu di neraka," ujar August tanpa ekspresi. Melihat August bersiap menembak Adam, Rachel lalu bangkit berusaha merebut pistol dari tangannya tapi gagal. "Jangan, aku mohon hentikan. Bukan begini perjanjiannya," kata Rachel penuh harap. "Minggir !" Sebuah tamparan dari tangan kiri sudah cukup membuat Rachel terhuyung dan jatuh tersungkur. Pipinya terasa pedih akibat tamparan itu, nampak wajah sebelah kanannya memerah di kulitnya yang putih. "Rachel!" Adam hendak mendekat tapi gerakannya dihentikan dengan moncong pistol dan memaksanya untuk mundur. "Diam di tempat. Untuk apa kau mengkhawatirkan seorang pengkhianat seperti dia," ucap August yang setelahnya melihat tangan Rachel merangkul kakinya dengan harapan agar August tidak melukai Adam. Tanpa sepengetahuan August yang perhatiannya tertuju pada Rachel, diam-diam Adam meraih ponsel dan menekan tombol panggilan atas nama Gregor. Dia adalah teman Adam di panti asuhan dan teman kuliahnya. Dia ingin meminta bantuan Gregor untuk membantunya keluar dari situasi ini. Tak lama kemudian, dia mendengar nada dering yang familiar dari salah satu pria yang memakai penutup kepala. Memang nada dering itu bisa siapa saja yang menggunakan, tapi entah kenapa dia merasa tidak asing. Pria tersebut lantas mengambil ponselnya dan menatap layar. Lalu, dia menunjukkan tampilan layar tersebut dan nama Adam tertera di sana. "Tidak mungkin. Katakan aku salah. Kau bukan Gregor, kan. Dari mana kau mendapatkan ponsel miliknya, apa kau sudah membunuhnya?" tanya Adam dengan nada tinggi. Pria itu tidak menjawab, tapi segera dia membuka penutup kepalanya sendiri. Adam seketika terduduk bertumpu pada kedua lutut yang terasa lemas. Sahabat semasa kecil yang berbagi penderitaan, kini di depan mata atas dasar ideologi yang berseberangan. "Gregor. Kenapa?"Kedatangan August yang muncul tiba-tiba seperti hantu, membuat raksasa penjaga kembali bangkit. Rupanya roh tersebut merasakan kekuatan gelap dan besar hadir, kekuatan yang bisa saja mengundang bencana di kemudian hari.Sihir Geovani hanya membuat raksasa itu jatuh untuk sementara. Sekarang roh itu kembali berdiri dengan mata merah menyala. Hanya bagian dada yang terlihat di permukaan air, sedangkan sisanya berada di dalam."Dia bangkit lagi." Geovani menatap makhluk itu dengan kecewa, lantaran sihirnya ternyata tidak berpengaruh.Krul lantas mengeluarkan bayangan rantai. Kedua tangannya dijulurkan ke depan, lalu sekitar sembilan buah rantai hitam meluncur deras mengikat kaki, tangan, dan leher raksasa itu hingga tidak bisa bergerak.Tak berhenti sampai di situ, rantai itu melilit kencang. Rantai sihir yang dilengkapi duri itu menancap kuat hingga tubuh raksasa itu terkoyak dan mengeluarkan cahaya merah.Dengan tetap menapakkan kedua tangan di permukaan tanah, Krul tersenyum miring. "
“Triskele ini bukan hanya kunci. Ia juga penentu siapa yang layak mengakses altar Cumhail. Jika kita bisa mengaktifkan sisi pelindungnya, mungkin kita bisa mengunci kembali segel itu bahkan sebelum August sampai di sana.”Sam bersandar ke kursinya. “Dan untuk itu, kita butuh waktu. Sementara mereka menggali Calais, kita harus mendahului mereka dengan memahami cara kerja artefak itu sepenuhnya.”Rachel berdiri, menatap peta besar di dinding yang menandai lokasi-lokasi Celtic kuno. “Kalau lokasi altar Cumhail benar-benar ditemukan di Calais, itu berarti jalur energi ley line dari Irlandia melewati titik itu. Artinya, semua energi spiritual akan berpusat di sana saat ritual dilakukan.”Adam berjalan ke sisinya, mengangguk. “Dan jika Triskele ditempatkan di titik pusat ley line, mungkin bisa memutus arus itu.”Sam menatap mereka berdua. “Lalu siapa yang akan pergi ke Calais?”Keheningan memenuhi ruangan sejenak.Akhirnya, Adam menjawab tanpa ragu, “Aku dan Rachel. Kau tetap di Dublin, Pam
Rachel menatap Adam. “Artinya… August tidak akan bisa membangkitkan segel itu meski ketiga syarat sudah dipenuhi?”Adam diam beberapa saat sebelum menjawab, “Tidak semudah itu. Triskele hanya mencegah kekuatan segel bangkit dengan sempurna. Tapi jika seseorang menemukan cara untuk memutar spiralnya ke arah sebaliknya… keseimbangan itu bisa hancur.”Rachel terdiam. Dalam hatinya muncul rasa takut yang tak bisa dijelaskan. “Dan kau yakin August akan mencoba?”Adam mengangguk mantap. “Dia tidak akan berhenti sampai segel itu terbuka. Karena di balik segel Cumhail bukan hanya kekuatan sihir kuno—tapi sesuatu yang jauh lebih besar. Sebuah entitas yang bahkan Oishin sendiri takutkan. Tapi aku tidak tahu siapa entitas tersebut yang sanggup mencegah segel Cumhail terbebas."Suara jam berdetak pelan. Di luar, hujan turun semakin deras.Rachel menatap Triskele dengan wajah tegang. “Kalau begitu… apa yang harus kita lakukan sekarang?”Sebelum Adam menjawab, pintu kamar mereka diketuk tiga kali.
Kabut tipis menyelimuti jalanan Calais di pagi hari. Angin laut yang asin bertiup dari arah pelabuhan, membawa aroma besi karat dan air laut yang menguap. Di kejauhan, deru ombak menghantam dinding beton dermaga tua yang sudah berlumut. Di antara suara camar dan kapal kargo yang merapat, sebuah mobil hitam berhenti di depan reruntuhan gereja tua, tak jauh dari tebing batu cadas abu-abu yang menjulang menghadap Selat Inggris.Dari dalam mobil itu keluar tiga orang: Geovani, Elber, dan Krul, tiga petinggi The Myth yang dipercaya langsung oleh August. Wajah mereka menyimpan keheningan yang berat, seolah menyadari bahwa langkah mereka kali ini bukan sekadar misi biasa.Geovani menatap reruntuhan di depan mereka, berupa tebing batuan cadas abu-abu menjulang tinggi.“Di sinilah,” katanya lirih. “Tempat sumpah gencatan senjata pernah diucapkan.”Elber membuka catatan tua di tangannya. Di antara lembaran kertas rapuh itu, tertera aksara kuno dengan tinta yang hampir pudar. “Menurut catatan da
Asap tipis masih mengepul dari kap mobil sedan hitam yang ringsek di tepi jalan Prague. Sopirnya meringis, mencoba keluar dengan tubuh penuh luka. Namun Krul tetap duduk tenang di kursi belakang. Tatapannya tajam menembus gelap, menatap jauh ke arah jalan yang telah ditinggalkan Adam.Tangan Krul meremas kursi kulit hingga robek. Ia tahu ini bukan kecelakaan biasa. Ada trik yang dimainkan. Namun tanpa bukti, ia tidak bisa langsung memastikan.Krul menarik napas panjang, lalu mengambil ponsel hitam berukiran lambang The Myth. Jemarinya menekan nomor cepat.Sambungan tersambung hanya dalam dua dering. Suara berat, penuh wibawa, terdengar dari seberang.“Krul.”Krul menundukkan kepala, seolah August bisa melihatnya melalui ponsel.“Bos… aku gagal membawa artefak dari Prague. Lelang itu dimenangkan oleh seorang investor muda dari Paris. Namanya Adrien Gilbert Lloris.”Suara di seberang hening sejenak. Lalu August berkata datar, “Artefak itu tidak sepenting yang kau kira. Jangan risau.”Kr
Sopir menoleh sebentar, lalu mengangguk. “Baik, Tuan.”Mobil melaju lebih kencang. Roda melibas genangan air, menyipratkan air kotor ke trotoar kosong. Kota Prague setelah hujan seperti labirin basah, dengan jalan sempit yang mudah menjerat siapa saja yang tidak tahu jalur.Di belakang, sedan hitam itu tetap mengikuti, menjaga jarak."Adam menghela napas. Aku tidak bisa melawan dia di sini. Jika aku menggunakan sihirku secara terang-terangan, Krul pasti akan mengenalinya," kata Adam seorang diri.Tiba-tiba, sebuah kilasan ide muncul di benaknya. Orion—entitas yang bisa ia bentuk sesuai kebutuhan. Dia tidak perlu menyerang langsung. Hanya butuh trik kecil, samar, tapi efektif.Adam menutup matanya sejenak, menyatukan pikirannya dengan Orion. Suara deras tetesan air dari atap gedung dan sisa rintik hujan menambah fokusnya. Orion muncul dalam imajinasinya, berwujud cahaya putih kebiruan yang berdenyut.Itu pilihannya. Jalanan Prague yang basah bisa menjadi senjata alami tanpa meninggalka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comentarios