Kediaman genbu sangat indah, gaya istana kuno bangunan china sangat terlihat. Para pelayan terlihat mengenakan hanfu, baju sutra yang indah dengan lengan panjang. Mereka terlihat cantik. Sejauh yang Yui lihat tidak ada pelayan pria.
"Apa tidak ada pria disini selain Genji?" bisik Yui kepada Kyara.
"Ada, mereka para pengawal dan prajurit selain itu semua yang ada di istana adalah wanita cantik," jawab Kyara.
Yui berusaha mencerna informasi yang diberikan Kyara tapi gadis itu tidak mengerti. Dia masih melenggang mengikuti Genji, masuk ke istananya.
"Kurasa kalian perlu berganti baju terlebih dahulu biarkan para pelayanku membantu kalian," ucap Genji dan dengan kode lambaian tangan pelayan wanita menyambut Yui dan Light mengantar mereka untuk membersihkan diri dan
Terimakasih sudah membaca novel ini, bab selanjutnya ke tempat Yuan ya. Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan gems
Suara berisik sayup-sayup terdengar dari ruang bawah. Seperti ada yang sedang bertengkar. Suaranya sangat familiar di telinga Yuan. Tidurnya terganggu karena suara-suara itu."Ada apa sebenarnya, berisik sekali," gumam Yuan yang turun tempat tidurnya.Dia membuka pintu kamar, lalu menuruni tangga. Suara itu berasal dari ruang tamu."Ayah! … tidak bisa … itu ... ," Suara yang tidak jelas terdengar. Yuan mengenali itu suara Kakaknya."Apa jaminannya?" Suara keras dari Ayahnya terdengar jelas. Yuan melihat raut wajah marah dari Ayahnya, dia hanya diam saja di tempat."Yuan," ucap Rainsword saat melihat Adiknya berada di belakang Ayahnya.Raja Edward menoleh dan melihat Yuan. Dia segera mendekatinya."Apa kami mengganggu tidurmu?" Raja Edward berkata dengan lembut, tidak ada kemarahan bahkan dia tersenyum."Apa Ayahanda sedang memarahi Kakak?""Tidak, kami hanya berbeda pendapat itu saja, ini sudah malam tidurlah lagi," ucap Raja Edward mengantar Yuan kemb
Yuan merahasiakan pertemuannya dengan Rosaline dari Archilles. Dia tetap diam sambil memakan makanan yang tadi dia beli. “Tunggu di sini,” pinta Archilles meminta Yuan menunggu di ruang tunggu yang ada. Ada dua orang pengawal yang menjaga Yuan. Ia tidak peduli dengan pengawalnya, dengan santai duduk dan menikmati makanannya. Tak lama Archiles keluar kembali. “Ayo kita pulang,” ajak Archilles. Yuan mengangguk dan segera bangkit dari kursinya. Kedua pengawal mengikutinya. Banyak pria-pria bertubuh kekar yang masuk ke gedung yang baru saja dimasuki archilles. “Paman, itu tempat apa?” tanya Yuan penasaran dengan banyaknya orang-orang yang masuk ke gedung itu.“Itu tempat turnamen, akan lebih banyak orang-orang yang berpotensi mendaftar jika diadakan turnamen dengan hadiah besar dan jaminan menjadi pengawal elite istana pasti menarik minat banyak orang,” ucap Archilles menjelaskan.“Oh,” jawab singkat Yuan. Dia segera menaiki kereta kuda dan kembali ke istan
Semua peserta sudah siap. Yuan beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke 19 peserta yang akan diuji. Mereka mulai berbisik saat melihat pengujinya adalah seorang anak kecil.“Yang benar saja, apa Anda mempermainkan kami. Anak ini bisa babak belur dihajar,” ucap salah satu dari mereka.“Coba saja kalau bisa,” jawab Yuan santai.Orang yang baru saja bicara menyerang Yuan, dia merasa diremehkan oleh seorang anak kecil. “Rasakan ini, bocah!” Dia melayangkan tombaknya yang dengan mudah dihindari oleh Yuan. “Wah, meleset ya,” ejek Yuan mempermainkan pria itu. Dia terprovokasi dan menyerang membabi buta. Lalu kakinya tidak bisa bergerak. Pria itu melihat kakinya menyatu dengan lantai. Ada es yang membeku membuat kakinya tidak bisa bergerak.“Apa ini, dia penyihir,” pikir orang itu. Dia mulai panik dan tidak memperhatikan Yuan telah berada di depannya. memberikan tendangan keras dengan kakinya tepat di perut pria itu. Pria itu terlempar dan berguling beberapa kali
Riona mengunjungi Archilles saat sudah memastikan Yuan telah tidur di kamarnya. Kebiasaannya menjadi pengawal membuatnya selalu berhati-hati saat meninggalkan majikannya. “Tuan Archilles, maaf mengganggu Anda malam-malam. Ini surat dari Yang mulia Raja Yuichi.” Riona menyerahkan sepucuk surat kepada Archilles lalu dia membuka surat itu. Riona menunggu Archilles membaca sampai selesai surat dari raja Yuichi. “Jadi kau memang Rosaline, Riona Blackrose nama samaranmu,” ucap Archilles. “Benar,” jawab Riona. “Berapa tingkat barrier mu sekarang?” “Tujuh,” jawab singkat Riona. Archilles memandang Riona, “Masih semuda ini sudah ti
Pagi hari di istana pangeran dikejutkan oleh utusan dari raja yang meminta pangeran untuk segera menghadap. Pagi yang damai mulai ribut karena hal itu. "Pangeran mau langsung menemui Yang mulia?" Riona bertanya sekaligus membantu menyiapkan pakaian Yuan. "Ya, tidak baik membuat Yang mulia menunggu," jawab Yuan sambil mengenakan mantelnya yang dibantu Riona. "Apa Anda ingin mengurai rambut Anda atau diikat?" Yuan melirik Riona, dia tidak pernah mengikat rambutnya. "Apa terlihat bagus jika diikat?" "Pangeran Yuasa sering mengikat rambutnya karena dia terlihat sangat cantik jika rambutnya diurai. Dia selalu kesal disebut cantik." Senyum merekah dari bibir Riona saat membicaraka
Archilles menemui Riona di kediaman pangeran, untuk membicarakan soal tato miliknya. Riona segera meninggalkan Yuan yang sedang bermain dengan Rocky. Mereka memainkan permainan dengan papan semacam catur. "Bagaimana?" tanya Riona. "Seperti dugaanku, cara ini cukup rumit. Kau harus mendapatkan daun dari pohon kehidupan. Tentunya di Ergions. Dan mereka tidak akan memberikannya dengan cuma-cuma. Itu hal yang sulit. Lalu Pangeran Yuan harus sudah memiliki roh tanah. Jika keduanya sudah ada, maka tato di tanganmu bisa hilang." Archilles menghela napas panjang. "Tapi semuanya tidak mudah, entahlah. Apakah lebih mudah membunuh Xavier atau menggunakan cara ini," lanjut Archilles. Pembicaraan mereka berhenti saat ada pengawal yang masuk ke kediaman pangeran untuk menyampaikan
Kereta kuda melaju dengan kencang, desiran angin terdengar dan udara di sekitar terasa berbeda, mereka telah memasuki kota, ramai kegiatan penduduk kota sangat kentara. lagi-lagi, angin terasa sangat berbeda, rasa nyaman yang menghanyutkan. “Perasaan apa ini, sangat nyaman. Apa seperti ini udara di wilayah bangsa kristal, nyaman,” ucap Raja Edward. dalam hati. Kereta kuda berhenti di sebuah bangunan yang cukup besar. Raja Edward melihat bangunan itu, dominan warna putih dan pilar-pilar besar menghiasi tempat itu. “Yang mulia Raja Edward, silakan,” ucap seorang pelayan yang mempersilahkan ia untuk masuk. Pintu gerbang masuknya sangat besar, sepertinya monster ukuran raksasa muat masuk ke dalam gedung itu. Di dalam masih didominasi dengan warna putih. Pelayan men
Pintu dibuka dari luar, sosok gadis berambut ungu terlihat tersenyum. Dia membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan beberapa pelayan dengan nampan di tangan mereka. Hidangan berupa kue dan makanan kecil lainnya serta teko dan cangkir teh mulai di tata rapi di meja kedua raja tersebut. Kedua raja itu berhenti berbincang dan hanya memperhatikan saja kegiatan para pelayan. “Yang mulia, silahkan dinikmati makanan ringan untuk teman bersantai. Kalian sudah begitu lama berbincang jadi kurasa sedikit asupan akan membantu,” ucap Alma mempersilahkan keduanya menikmati hidangan yang telah tersedia. “Alma,” panggil Raja Yuichi yang tidak diperhatikan oleh si pemilik nama. “Eh, kenapa ada foto Pangeran Yuasa,” ucap Alma saat melihat pigura yang berisi foto Pangeran Yuas