Demi menemukan jiwa raja mereka yang diramalkan bereinkarnasi, Yin Long dan Jin Long menembus batas antara Alam Naga Langit dan bumi. Namun, jiwa Caihong Xue ternyata terperangkap dalam tubuh An Zi yang lemah, dan demi membangkitkan kembali kekuatan mutlak sang raja naga, Yin Long menyamar sebagai seorang tabib. An Zi juga diburu oleh kelompok misterius yang dipimpin Hei Xian, pemuda beridentitas ganda dengan tujuan tersembunyi. Perang antar naga dalam wujud manusia pun tak terelakkan. Kelompok manakah yang akan keluar sebagai pemenang?
View MoreCahaya lembayung senja merambat pelan, menembus masuk ke dalam gua batu, mewarnai dindingnya yang kasar dan sedikit basah dengan semburat jingga nan samar.
Di tengah keheningan, seorang pria berambut lurus dan panjang keperakan tengah duduk bersila dengan mata terpejam. "Dia datang!" Seruan samar namun tegas terlepas dari bibirnya. "Akhirnya aku menemukan jejak keberadaan jiwanya!" Kelopak matanya terbuka perlahan, menampilkan sepasang iris abu-abu kebiruan berkilau dalam temaram, seperti pecahan es yang memantulkan cahaya bulan. Ia memiliki bentuk wajah bulat telur, berkulit halus seputih porselen, memancarkan pesona yang begitu menawan. Orang ini adalah Yin Long, seorang jenderal perang yang juga memiliki keahlian di bidang medis dari Alam Naga Langit yang sengaja turun ke bumi untuk mencari keberadaan pecahan jiwa junjungannya. "Ini benar-benar orang itu!" Sosok itu melesat terbang keluar gua, lalu hinggap dan berdiri di atas tempat tertinggi dengan sikap anggun berwibawa. Penampilan itu kian sempurna ketika jubah putih serta rambut peraknya melambai, berkibar diembus angin. "Setelah tiga ratus tahun menunggu, akhirnya aku menemukan jejak kekuatan jiwa Yang Mulia Raja!" gumam Yin Long dengan mata berbinar. "Fluktuasi energi spiritual ini sepertinya berasal dari hutan di sebelah barat daya itu." Yin Long memejamkan mata untuk berkonsentrasi, merasakan gelombang-gelombang energi yang membuatnya bergembira. Yin Long berdiri tegak bak tombak tertancap di tanah. Kedua tangannya terangkat di depan dada, jemarinya dengan cekatan melakukan serangkaian gerakan-gerakan segel tangan guna menyalurkan energi spiritual. Energi spiritualnya bergetar, merambat ke udara, menelusuri setiap denyut kekuatan yang mendekat, mencari sumber gelombang yang telah ia rasakan sejak tadi. Dalam masa ini, ia terlihat sangat gagah seperti seorang penguasa medan perang yang baru saja memenangkan peperangan. Keindahan sosoknya hampir tak berbanding, tetapi aura kekuatan di sekelilingnya justru membawa ketakutan yang luar biasa. Ruang di sekitarnya bergetar, udara seakan tertahan di bawah tekanan tak kasat mata yang terpancar dari tubuh Yin Long, seakan membekukan gerakan semua benda. BLAR! Tiba-tiba, gelombang energi yang familiar kembali meledak di udara, menembus batas penghalang yang melindungi tempat ini. Getarannya begitu kuat, meresap hingga ke tulang, beresonansi dengan keberadaan pria itu. Yin Long membuka mata dan tersenyum, untuk kemudian melesat cepat ke arah Hutan Sawo Alas di sebelah barat daya Gunung Dawu, tempat yang diyakini sebagai sumber datangnya sesuatu yang sedang ia cari selama tiga ratus tahun ini. "Yang Mulia, hamba datang!" ***** Di sisi lain, tepatnya pada wilayah barat Kerajaan Pangkuran, sebuah kerajaan besar di tanah Jawa Dwipa yang terkenal subur, makmur, tentram dan damai sentausa tanpa adanya peperangan antar kerajaan. "Ah, sakit!" Seorang pria muda berpakaian hanfu biru muda tiba-tiba saja menjerit keras sambil memegangi perut bagian bawahnya, di mana titik pusat dantiannya terasa meledak. Gerak kaki pemuda itu terseok-seok, terhuyung dan terlatih. Wajahnya sudah sepucat bunga kapas, tampak begitu menyedihkan. Ia masih berusaha terus berjalan menembus keremangan senja sambil meringis menahan sakit. "Aku tak sanggup lagi! Perutku rasanya ingin meledak!" rintihnya, dalam keputusasaan. Pemuda itu berhenti berjalan dan memilih untuk duduk di bawah sebatang pohon besar, lalu bersandar dengan mata terpejam. Tangannya bahkan sampai gemetar ketika ia berusaha mencari pegangan. "Sejak aku memasuki hutan ini, aku merasa ada mata-mata yang terus mengikuti pergerakanku," bisik pria muda itu, suaranya berbaur dengan irama hujan. "Dari auranya, aku merasa mereka bukan orang-orang yang bermaksud baik." "Jika demikian, sebaiknya aku segera mencari tempat persembunyian yang aman." Pemuda itu merasa tubuhnya kian melemah hingga rasanya tak sanggup untuk bangkit lagi. Jadi dia hanya mengandalkan sisa-sisa tenaganya untuk merangkak ke arah semak-semak di samping pohon besar. "Apakah aku akan tertangkap oleh mereka, atau mati di hutan ini?" tanyanya pelan, disertai keputusasaan. Dawai irama gerimis begitu deras menyirami bumi pertiwi. Langit kelam dengan gumpalan awan hitam, sesekali dicambuk gelegar lidah petir. Suasana sungguh sangat menyeramkan bagi makhluk penghuni bumi yang saat ini terjebak dalam lebatnya curah hujan. Kilat saling berkejaran dan bertarung di angkasa senja yang mulai temaram. Surya kian menenggelamkan diri di balik mega petang dan bagai tak ingin menyisakan lagi jingga terang warna lembayung sebagai penerang. Semua pemandangan yang terpampang, hanya saksi bisu suatu peristiwa menegangkan di bawah siraman air hujan. "Tangkap pemuda itu dan segera bawa dia ke hadapanku, hidup atau mati!" perintah tegas seorang pria berhasil mengagetkan pemuda yang baru saja masuk ke dalam rimbun semak-semak. Pemuda itu menjadi ketakutan dan mencoba memberanikan diri untuk mengintip ke arah sumber suara. Matanya melihat adanya sosok manusia bertubuh tinggi semampai dengan jubah hitam yang telah basah sebagian oleh curah hujan. "Siap, Yang Mulia Penasihat Agung!" sahut para pria berjubah hitam lainnya yang segera melesat menerobos hutan dengan lebatnya rimbun semak liar. Desahan panjang hanya terdengar oleh si pemilik napas yang menengadahkan wajah bercadar hitamnya ke langit, bagai sengaja menentang hujan sambil berseru, "Akhirnya! Setelah penantian panjang, aku menemukanmu kembali!" "Kebangkitannya tidak boleh ditunda lagi. Menunggu hanya ratusan tahun bukanlah waktu yang terlalu lama. Segerakan apa yang sudah menjadi seharusnya!" "Siap, Yang Mulia Penasihat Agung!" seru para pengikut pria berjubah hitam dengan topeng naga hitam yang melekat di wajahnya. "Hahahaha!" "Hahahaha!" Derai tawa berkepanjangan terdengar bergema di sekitar tempat tersebut, bagai membelah kegelapan, mengiringi kepergian sosok berjubah hitam yang sekarang berjalan dengan diikuti oleh para pengikutnya. Bayangan-bayangan sosok-sosok menyeramkan itu kemudian menghilang di balik kegelapan, hanya menyisakan sayup- suara orang bersyair disertai irama musik aneh yang terdengar mistis di antara rinai hujan senja. "Terus bersembunyi di balik gelap namun hati menginginkan terang." "Selama hidup berdiam sebagai bayangan, tetapi tak ingin kesuraman terus datang" "Langit terang memaksa diri untuk menjadi sekelompok pengecut yang takut akan teriknya sinar matahari." "Namun, kali ini aku datang menentang kehendak langit, hanya untuk sesuatu yang harus kumiliki!" "Tak peduli gelap malam datang atau terik mentari membakar. Aku hanya menginginkan satu hal ...." "Yaitu, kematian yang akan menjadi sebuah awal kehidupan lainnya!" Untaian kalimat yang cukup membingungkan dan bernada ancaman dari pria berjubah hitam itu lalu disusul oleh seruan dari para pengikutnya. "Hidup, Yang Mulia Penasihat Agung!" "Hidup!" "Hidup, Raja Naga Kegelapan!" "Hidup!" "Bangkitkan Yang Mulia Raja Naga!" "Bangkitkan!" "Tegakkan kembali bendera kejayaan Klan Naga Hitam kita! "Tegakkan!" Suara tawa panjang mengerikan membelah derasnya hujan, bersaing dengan kilat petir yang saling bersahutan, kian menambah ketegangan dalam dada seseorang yang tengah mengintai aktifitas di sana dengan jantung berdebar kencang. Seseorang berseru lantang, "Cepat tangkap dia!"Yin Long sampai mengerutkan kening karena orang yang memanggilnya tidak kunjung muncul juga. Ia mulai merasa ada yang tidak beres dengan pendengarannya. "Senior Zi," bisik Yin Long, suaranya terdengar sedikit parau, gemetar menahan kegelisahan yang merayap di dadanya. "Apakah Senior mendengar seseorang memanggilku?" Yin Long mengedarkan pandangan, bola matanya bergerak ke segenap arah, seperti tengah memindai alam sekitarnya. Ia berharap suara misterius itu datang lagi. Zi Wu menggeleng sambil menyeruput arak hangat dari cawan. "Tidak. Tidak ada suara lain selain hanya ada suara kita berdua." "Jadi, Anda benar-benar tidak mendengarnya?" Yin Long merasa heran. "Bagaimana Mungkin suara sekeras itu Senior Zi tidak mendengarnya?" "Ataukah mungkin anak itu sudah sadar dan dia memanggilmu?" tanya Zi Wu sambil melihat ke arah pintu. Yin Long mengikuti arah pandangan Zi Wu, lalu ia menggeleng. "Kurasa bukan dia. Ah Xian tidak pernah menyebutku dengan sebutan namaku. Tapi kali ini y
Kedua kekuatan itu saling berbenturan dengan dahsyat. Tornado perak beradu dengan naga-naga ungu dalam pertarungan yang membuat seluruh halaman bergetar. Tanah di bawah kaki mereka retak-retak, pohon-pohon di sekitar melengkung karena tertiup angin kencang. Untunglah tempat itu sudah dilapisi pagar pelindung gaib yang mampu meredam suara-suara dari dalam dan tak akan didengar oleh orang lain, terlebih lagi manusia biasa. Pagar pelindung itu sesekali berkilat dengan cahaya ungu dan perak yang saling bertabrakan, menyerap sebagian besar energi yang terlepas dari pertarungan mereka. "Apakah Senior di pihak mereka dan terus akan menghalangiku?" tanya Yin Long dengan nada marah sambil menyerang Zi Wu dengan jurus lain. "Jika iya, maka Anda juga adalah musuhku!" Kipas Phoenix-nya berubah menjadi pedang cahaya perak yang panjang. Pedang itu berkilat dengan intensitas yang menyilaukan, setiap ayunannya meninggalkan jejak cahaya di udara. "Jurus Pedang Phoenix, Seribu Tebasan Kilat!"
Tiba-tiba saja, sekelebat cahaya putih muncul dari sabuk ruang penyimpanan milik Yin Long dan langsung berpindah ke tangannya, dia sudah menggenggam kipas Phoenix erat-erat dengan emosi yang mengguncang dadanya.Dada pemuda itu naik turun akibat menahan kemarahan, kilat cahaya dingin ada di matanya begitu tajam siap menghancurkan siapa pun yang ingin ia hancurkan."Ah Yin, sekarang ini kita sedang menikmati Arak Kaisar Muda, tolong janganlah kamu merusak suasana malam yang indah ini hanya karena anak itu!" teriak Zi Wu, mengingatkan."Pestanya memang sudah rusak!" Saat ini, Yin Long lebih seperti sosok pembunuh berdarah dingin. Ekspresi Wajah Yin Long yang selembut puding pun telah berubah menjadi tegas dengan suara tegas menggelegar. Aura kejam seorang jenderal memancar keluar, menguasai tubuh pemuda itu hingga sosoknya saat ini terlihat begitu mengerikan."Jika benar dia adalah orang-orang dari Klan Naga Hitam, maka aku akan membunuhnya sekarang juga!" seru Yin Long dengan geram.
Yin Long menghentikan tiupan serulingnya dan berkata, "Baiklah, Senior. Meski mungkin puisiku tidak seindah seperti karya para penyair terkenal." "Tidak masalah," ucap Zi Wu, santai. Yin Long lantas berseru, "Arak mengalir seperti waktu di lembah seribu kabut. Dingin menyentuh meridian jiwa, hangat membelai takdir. Di dunia yang dimandikan cahaya lilin, setiap teguk adalah dupa yang dipersembahkan untuk bumi yang sabar!" "Bagus! Bagus!" Zi Wu bertepuk tangan dengan wajah senang. "Lanjutkan!" "Terima kasih, Senior." Yin Long tersenyum dan melanjutkan syairnya. "Terima kasih, wahai angin dari empat penjuru mata angin dan alam yang menyimpan kebijaksanaan. Kepada hujan yang membawa berkah dari istana awan yang menawarkan cinta meski iblis mengintai bulan purnama!" "Jika hidup adalah arak dalam guci seribu tahun, maka derita pun harus dituang seperti air terjun di gunung suci, agar manisnya terasa seperti madu yang pekat, seperti malam yang merangkul semua makhluk dengan damai." "D
Yin Long menjawab, "Tak masalah. Tetapi senior jangan kecewa dengan rasanya yang mungkin sedikit berbeda. Aku membuatnya hanya dari beras ketan yang ada di daerah ini. Itupun tidak banyak." Yin Long berjalan tenang ke arah pohon mangga yang ada di samping rumah, dan dengan sebilah potongan kayu ia lalu menggali tanah di bawahnya untuk mengambil dua guci arak yang baru saja dia tanam beberapa hari yang lalu. Setelah membersihkan guci tanah liat dari kotoran-kotoran yang menempel, Yin Long membuka segel penutup guna memeriksa isinya. Dengan gerakan lembut ia mendekatkan lubang guci ke dekat hidungnya, mencium aroma arak beras yang tergolong masih terlalu dini untuk dinikmati. "Cukup harum," gumamnya. "Sebenarnya ini masih tidak bisa disebut arak. Tapi demi sahabatku, maka aku merelakan beberapa guci untuk sajian malam ini," gumam Yin Long sendiri sembari menutup kembali segel guci arak yang berupa selembar kain merah. "Senior, sudah dapat!" teriak Yin Long sambil mengangkat guci dar
Mata batin Zi Wu seketika tertutup paksa, bagaikan diterjang badai spiritual yang tak terduga. Kekuatan jiwa yang telah ia keluarkan dengan susah payah terpaksa menarik diri kembali ke dalam tubuhnya, menimbulkan rasa sakit yang membakar di seluruh urat nadinya. Napasnya tersengal-sengal, keringat dingin mengalir deras dari pelipis hingga ke dagu, menetes ke lantai kayu yang berderit pelan."Dahsyat sekali aura anak muda ini!" gumam Zi Wu dalam hati, sambil merasakan getaran kekuatan yang masih bergema di sekitar tubuhnya. "Kekuatan milik Klan Naga Hitam memang tidak bisa diremehkan sedikit pun!"Seperti ada tembok tak terlihat yang menjaga rahasia pemuda itu, suatu kekuatan gaib yang begitu kuat hingga mampu mengusir mata batin seorang kultivator tingkat tinggi seperti dirinya. Zi Wu mengusap keringat di dahinya yang terasa panas."Sepertinya memang belum saatnya mengetahui jati diri anak muda ini," pikirnya sembari memegangi matanya yang masih berdenyut sakit. "Ada kekuatan yang mel
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments