Share

S3: "I Miss You!"

Author: Wiselovehope
last update Last Updated: 2021-09-08 08:31:15

Selama berada di sini, Emily sesekali memang mendengar erangan atau jeritan kedua gadis kembar keturunan bangsawan Forrester yang hingga kini masih asing baginya itu. Ia hampir terbiasa, namun tentu tak menyukainya dan selalu merasa terganggu. Entah salah satu atau keduanya, ia tak terlalu yakin yang mana! Ia tak ingin berkenalan atau berdekatan dengan mereka! Bertegur sapa saja, ia nyaris tak pernah melakukannya!

Kedua gadis itu tentu saja masih ada di pulau terpencil di tengah lautan ini, karena mereka memang  khusus didatangkan dari Everopa untuk dijodohkan dengan pemuda-pemuda Vagano. Terpacak tanpa kejelasan status untuk selama-lamanya, sama seperti Hannah dahulu kala! Jadi, memang secara harfiah, betul-betul 'tak ada jalan untuk kembali!'

Nasib Kate dan Katy Forrester sungguh tak secantik paras mereka, sama-sama mengalami kemalangan setiba di puri tua ini! Kate yang mengaku sempat 'bersama dengan Ocean Stallion Vagano selama satu malam' sebelum pemuda itu menghilang hingga kini, sepertinya mengalami 'shock' berat. Belum lagi setelah percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh adiknya sendiri! Ia menjadi tambah tak percaya kepada siapapun serta kehilangan rasa aman. Bahkan ia selalu menjauh dari semua orang dan tak mau ditemui oleh adiknya Katy, meskipun Katy jauh-jauh hari sebelumnya sudah berulangkali meminta maaf!

Katy sendiri telah menjadi tersangka pembunuhan atas Lilian, wanita setengah baya yang baik hati sekaligus dokter keluarga Vagano, yang terpaksa kehilangan nyawanya di ujung pedang terkutuk Dangerous Attraction. Karena di pulau ini tentu saja tak ada hukum apalagi pihak berwajib, Sky Vagano terpaksa mengurungnya di sebuah kamar tamu mewah di puri, jauh dari siapa-siapa! Sudah seringkali ia berteriak dalam keputusasaan, "Bebaskan aku! Aku tak bersalah! Semua itu kulakukan di luar kesadaranku! Tidakkah kalian lihat aku pada malam terkutuk itu betul-betul bertindak seperti orang kerasukan? Bagaimana mungkin aku bisa pergi ke museum melalui pintu yang terkunci dan memecahkan kaca pelindung itu seorang diri? Bagaimana bisa aku mengangkat pedang yang begitu berat? Dan juga, aku takkan pernah bisa mengejar dan membunuh kakak kandungku sendiri, sebenci apapun diriku terhadapnya!" begitulah berkali-kali Katy berteriak-teriak seperti orang gila, saat merasa kesepian dan putus asa.

Intinya, kedua gadis itu tetap ada bersama mereka, diberi makanan lezat, minuman serta semua kebutuhan, namun hidup dalam sangkar emas tanpa kejelasan dan kebebasan!

Emily sudah berkali-kali berusaha untuk memecahkan masalah ini. Didesaknya Sky untuk bertindak, karena kedua gadis itu sedikit banyak meresahkannya!

"Kembalikan saja kedua gadis itu ke negeri mereka!" Demikian ia pintakan. Bukan hanya sekali, namun telah berulangkali!

Namun Sky bergeming. Ia belum tahu apa yang harus ia lakukan. Untuk sementara ia masih memantau pencarian terhadap kakaknya Ocean yang masih terus dilakukan. Dari Evermerika ia membawa sebuah telepon satelit, yang bisa digunakannya sewaktu-waktu untuk menghubungi dunia luar. Menunggu kabar baik maupun buruk yang bisa datang sewaktu-waktu.

"Aaaargh!"

Emily sungguh muak, ia sudah tak tahan lagi dengan semua erangan-erangan wanita itu! Masih dalam gaun tidur, ia bangkit berdiri dan pergi ke pintu. Dibukanya lebar-lebar dengan satu dorongan, namun seketika, ia segera melangkah mundur kembali dengan penuh keterkejutan dan wajah pucat.

"Ups, E-e-earth?" 

"Emily!"

Kehadiran pemuda itu sebetulnya tak terlalu mengagetkan Emily. Ia memang selalu hadir seperti hantu. Tak ada yang bisa menentukan kapan dan bagaimana.

Gadis itu jauh lebih khawatir bila Sky, 'tuan rumah' saat ini, akan marah besar bila sampai tahu mereka 'bertemu' kembali.

"Selamat pagi Emily, maafkan aku! Tapi bila tak pagi-pagi begini, kita takkan bisa bertemu berdua saja seperti ini! Aku begitu merindukanmu!" Earth mendesak masuk. Dadanya nyaris beradu dengan dada Emily. Wajah tampannya semakin lama semakin mirip saja dengan Ocean, kecuali kekerasan hatinya yang takkan pernah bisa berubah!

"Earth, aku, aku..." Emily tak tahu harus menjawab apa. Ia masih begitu terpesona sekaligus begitu takut kepada Earth. Mereka memang sudah pernah 'bersama', namun itu bukan berarti Emily sudah menaruh hati!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cursed: Kutukan Kembar Tampan Season 3   S3: Akhir (Tamat)

    Bulan dini hari perlahan muncul dari balik awan-awan mendung di angkasa, memberi penerangan dalam udara pantai Pulau Vagano yang masih sangat dingin menusuk tulang."Ternyata kau juga hadir di tempat ini, Alexander!""Lara? Huh, sudah kuduga kau akan berhasil tiba di sini. Pastinya kau senang sudah bertemu kembali dengan saudara-saudara tiri yang selama ini kau cari dan rindukan!" Xander tersenyum kecut, "I see. Satu orang Vagano diam-diam sudah jadi tawanan kecilmu! Sungguh hebat!""Huh, kejutan hebat! Mengapa kau bisa ada di sini? Aku benci padamu, Guru Muda Pengecut! sejak di Evertown aku seharusnya sudah menghabisimu, andai aku tahu sedari awal Emily berhasil kau miliki!" geram Sky yang masih ada di bawah todongan dua senjata di tangan Lara."Oh, jadi itu kau, Eagle Eyes Sang Penyanyi? Menarik sekali kau juga ingin gadis yang sama dengan kakak dan adikmu. Kalian bertiga sama-sama jatuh cinta pada kekasihku selama bertahun-tahun lamanya tanpa ada yang mau mengalah! Akan tetapi, tak

  • Cursed: Kutukan Kembar Tampan Season 3   S3: Akhir (3)

    "Ada apa sebenarnya di tempat ini?" Xander menemukan dirinya berada di sebuah lokasi yang masih asing baginya.Langit dini hari terselubung awan tebal kelabu hitam diselingi petir sambar-menyambar yang enggan berhenti. Di kejauhan, debur ombak menggempur pantai terjal tiada henti. Gelombang-gelombang air tinggi seolah menggapai-gapai naik turun hendak menenggelamkan Pulau Vagano, menyeret turun semua yang ada di atas permukaan tanah. Samar-samar, Xander hanya bisa melihat hamparan batu-batu nisan dan salib penanda makam, lama dan baru di sekitarnya. Beberapa tampak baru dan rapi, beberapa sudah dalam keadaan rusak menyedihkan."Apa yang dapat kulakukan di sini?" Tiba-tiba petir menyambar, hanya beberapa meter saja dari lokasi Xander berada. Pedang Terkutuk dalam genggaman tangannya bersinar dan teracung ke tempat yang 'ditunjukkan' petir itu."Tunggu mereka di sana!" Terdengar suara misterius yang menuntun Xander hingga tiba di titik ini. "Mereka akan segera datang!"********** Sem

  • Cursed: Kutukan Kembar Tampan Season 3   S3: Akhir (2)

    "Aku, aku, sesungguhnya aku bukan..." kembali ke masa kini, Sky yang diarahkan Lara dalam rencananya itu begitu ingin membantah jika ia bukanlah Ocean. Ia merasa kesal, mengapa si gadis gila Katy Forrester tiba-tiba datang dan mengancamnya seperti itu. Merasa terjepit dan diprovokasi oleh dua wanita yang ia tidak sukai, Sky begitu ingin berteriak, kesal pada nasibnya. "Kau mau bilang jika kau bukan Ocean? Huh, jangan membantah! Kau kemari ingin memindahkan jenazah kakakku Kate dan berusaha menghilangkan barang bukti pembunuhan? Takkan kubiarkan! Kemarikan kakakku, lalu serahkan nyawamu kepadaku, Ocean Vagano!" Terpancing dan terbakar amarah, Sky tadinya ingin melawan, ingin dihempaskannya saja jenazah Kate ke tanah. Namun dua todongan moncong senjata di punggungnya serta bisikan Lara menghalangi niat pemuda itu, "Jangan berani kau lakukan apa-apa, Saudara tiriku! Awas jika kau berani kacaukan semua yang kita sepakati hingga bertemu keluargamu lagi! Hei, Katy!" Lara beralih mengajak K

  • Cursed: Kutukan Kembar Tampan Season 3   S3: Akhir (1)

    Keputusan sudah diambil, mereka harus pergi. Ocean, satu-satunya yang belum sadarkan diri dari 'Kelompok Lounge', menjadi masalah terakhir mereka sebelum bisa keluar dari dalam puri. Aina bersikeras tak ingin meninggalkan pemuda itu bersama penjaga, padahal membawanya dalam keadaan seperti ini tentu sangat menyulitkan. Earth menawarkan diri sebagai pembawa tubuh kakak sulungnya hingga Ocean terjaga. Emily dan Carl akhirnya setuju jika Ocean digendong oleh Earth. Karena tugasnya, pemuda itu tak bisa memimpin dan memegang sepucuk senjata.Mereka bersiap-siap sekadarnya sebelum pergi dari puri. Seorang penjaga senior membagikan masing-masing sepucuk senjata api dari lemari rahasia kepada semua anggota Kelompok Lounge. Semula Carl menolak karena tak ingin ada lagi kekerasan. Namun Aina memberinya saran, "Tuan, aku tahu kita bukan orang jahat, namun kita masih butuh perlindungan dan senjata pembela diri. Meskipun aku yakin Ocean dilindungi sebentuk kekuatan, kita semua tentu tak ingin cela

  • Cursed: Kutukan Kembar Tampan Season 3   S3: Panggilan Suci Xander, Keputusan Carl

    Sementara itu, ke mana gerangan Alexander pergi? Pemuda itu masih membawa Dangerous Attraction dalam genggamannya. Ia tak begitu mengenal lorong-lorong Puri Vagano ini, namun suatu kekuatan tak kasat mata seolah menuntunnya. Pedang terkutuk bagaikan lentera panjang bercahaya menerangi jalan.Beberapa kali ia bertemu dengan sosok-sosok korban penusukan Katy di lantai, setengah mati maupun sudah tak bernyawa. Mereka yang masih hidup menggapai-gapai dengan segenap sisa tenaga. Beberapa orang muncul dari balik lemari atau tembok kemudian mendekat, walau bergidik ngeri setelah melihat senjata yang pria itu genggam."Tu-tu-tuan! Siapapun Anda, tolonglah kami! Kami tak ingin berada di sini!""Wanita itu membunuh! Tolong, lindungi kami!"Namun Xander mengabaikan semua permohonan mereka itu. Dilangkahinya saja mayat-mayat maupun jejak darah di karpet. Sesekali ia berhenti dan menatap dingin tanpa arti. Barangkali merenung, merasa kasihan, atau berpikir keras berusaha mencari jawaban. Akan teta

  • Cursed: Kutukan Kembar Tampan Season 3   S3: Erato Miles Semakin Dekat!

    "Nama saya Sofia." tanpa diminta, gadis remaja misterius yang dipertanyakan Emily segera memperkenalkan diri, "Nona Emily, maafkan keberadaanku di sini, saya berada di sini untuk meminta perlindungan. Saya..." gadis itu menggigit bibir, berusaha menahan tangis."Astaga... kau bisa tahu aku, apakah kau juga tinggal di pulau ini? Orang tuamu bekerja di sini?" Emily segera mendekati gadis itu."Ya. Tadinya... Sebelum Nona Katy Forrester mengamuk di pesta dan membunuh mereka semua! Aku sudah yatim piatu saat ini!" Sofia tak bisa lagi berdiam diri. Didekapnya Emily. Air matanya tumpah. "Anda semua ke mana? Mengapa kami kalian tinggalkan? Di mana lagi ada lokasi aman di pulau mengerikan ini? Apakah kita akan bertahan hingga pagi nanti?""Sudah, sudah, tenangkan dirimu, Sofia." Emily berusaha menghiburnya dan balas mendekapnya, "Katy Forrester ada di luar sana, kau aman di sini bersama kami. Aku turut berduka. Aku tahu apa yang sudah kau alami. Kita di sini bersama-sama bertahan sambil berus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status