Obsesi

Obsesi

By:  DarkMoran1603  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
79Chapters
1.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Mulut adalah cerminan hati dan pikiran, hati adalah jiwa. Berkat cheat inilah Kaizen selamat dari game survival horor, Nightmare whisper. Tapi sebagai gantinya, dia harus membayar harga karena sudah memancing ingatan lama dari 'sesuatu' yang sudah lama terpecah. Siapa, atau lebih tepatnya Apa dia?

View More
Obsesi Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Zain losta masta
openingnya bikin gua tertarik.. cek juga novel saya ya kak, mohon pendapat dan sarannya dari kakak....
2022-12-25 08:55:32
0
79 Chapters
Satu
Kaizen bangun begitu merasa kepalanya terbentur oleh sesuatu, dia mengerjapkan mata untuk mendapatkan visi yang lebih baik tapi nihil. Dia hanya melihat kegelapan dan terdapat beberapa tumpukan aneh yang tersebar di berbagai tempat. Seperti ..."Sudah bangun?"Itu adalah suara pria paling lembut dan sensual yang pernah didengarnya. Kaizen hendak menjawab dengan balas bertanya: Siapa kau? Ini ada dimana? Kenapa aku bisa terbangun di sini?Namun kemampuannya dalam berpikir cepat membuatnya hanya menjawab"Iya, baru saja.""Bagus, apakah ada yang sakit? Apa kau lapar?" Suara itu terdengar riang.Kaizen menggeleng satu kali sekalipun tidak tau jelas apakah pria itu sedang mengawasinya atau tidak, dia menambahkan"Aku merasa haus dan agak mengantuk.""Maaf, aku lupa bahwa kau sudah mengalami perjalanan jauh. Apakah kau ingin air atau minuman tertentu? Selain mengantuk, apakah kau merasakan sesuatu yang lain?" Nadanya terdengar sangat khawatir.Kaizen menggeliat di tempatnya meringkuk dan
Read more
Dua
Dibawah tatapan kaget Lucia, Kaizen menempelkan bibir mereka. Berawal dari kecupan-kecupan kecil seolah si gadis sedang mematuk mulutnya, dilanjutkan dengan sepasang lengan kurus yang memeluk pundaknya.Lucia membeku akibat tindakan tiba-tiba ini, tapi refleksnya yang terlatih dengan cepat membuatnya balas merengkuh pihak lain yang kecil dan lemah. Dia merasakan bahwa si gadis berhenti gemetar, hanya saja kedua lengan yang memeluknya terasa dingin dan kaku.Sekali lihat juga tau bahwa ini adalah ciuman pertama Kaizen.Namun ini juga pertama kalinya bagi Lucia.Kaizen merasakan tindakan kaku pihak lain yang balas mengecupi bibirnya, tidak melakukan apa-apa. Tapi suara misterius di kepalanya barusan dengan tegas mengatakan mulut dan bukannya bibir, jadi sekalipun mereka terus mengecup satu sama lain sampai pagi, dia tidak akan bisa pergi dari sini.Lengan kurus Kaizen beralih meremas rambut di kepala Lucia, mengunci gerakan yang tidak perlu sekaligus semakin menekan tubuhnya. Dia melaku
Read more
Tiga
"Aku hanya mengatakan fakta, kalau kau tidak mau ya sudah. Matilah" mata berujar santai, seolah yakin akan isi pikiran Kaizen.Sebuah jilatan kembali dirasakan oleh tengkuknya, sepasang tangan yang tajam itu juga kini beralih memeluknya. Kaizen menghela nafas"Baiklah."Gadis itu menggenggam erat cakar tajam yang masih memeluknya, memiringkan kepala untuk mengekspos nadinya dan berujar santai"Ayo."Mata "......"Hantu wanita di belakang "....."Suara dingin mata kembali terdengar"Kalau kau mati disini, kau juga akan mati di dunia asalmu."Kaizen justru menyenderkan tubuhnya pada hantu wanita di belakang yang sudah berhenti menjilat, menjawab"Bukan masalah. Tinggal mati saja."Hantu wanita di belakang itu gemetar dan melepaskan pelukannya, tapi Kaizen menahan cakar wanita itu dan memaksa pihak lain untuk tetap memeluknya"Jangan tunda waktu milik mata, ayo."Mata "......"Hantu itu meronta-ronta dan ingin melepaskan diri, dia tidak mau memakan orang yang tidak takut mati, itu tidak
Read more
Rumah impian (1)
Kaizen membuka mata hanya untuk mendapati dirinya yang sedang duduk di halte depan rumah sakit, dia melihat jam yang masih menunjukkan waktu pada pukul dua siang. Padahal dia berada di tempat aneh tadi semalaman, dia yakin sekali akan intuisinya tentang waktu.Atau jangan-jangan itu cuma mimpi?[Mau kuputarkan video sewaktu kau berciuman dengan Lucia?] Suara mata lagi-lagi secara misterius terdengar dari dalam kepalanya.Kaizen balas bertanya, nadanya datar"Kenapa kau masih bicara melalui kepalaku? Mesum."Suara mata terdengar kesal[Tentu saja aku masih disini, kau pikir beres hanya dengan menyelesaikan satu permainan? Aku belum memberitahumu aturan dan cara komunikasi, bagaimana bisa aku meninggalkanmu yang tidak takut mati sendirian?]"Ah, kalau begitu silahkan" Kaizen berujar ramah dan memutuskan untuk berjalan kaki menuju apartemennya, menenteng ransel berisi laptop dan memeluk map bening, dengan sebelah tangan menenteng kopi.Mata tidak ambil pusing dengan penampilan normal oran
Read more
Rumah impian (2)
Saat inilah keanehan mulai terjadi, meja yang semula tampak kosong dan hanya terisi bunga dan lilin kini dipenuhi oleh makanan dan minuman. Ada steak, roti Prancis, selada, irisan daging, mentega dan keju, hidangan vegetarian seperti salad, berbagai macam saus, sekeranjang apel, jus jeruk, serta sampanye.Porsinya cukup untuk lima orang, bahkan lebih dari cukup."Itu ... Bukankah sebelumnya tidak ada apapun? Kenapa tiba-tiba?" Pendosa bertanya, skeptis."Lagipula kita akan berada disini untuk beberapa hari. Mata tidak mungkin ingin kita kelaparan 'kan?" Winter yang tidak pernah bicara sebelumnya, ikut menimpali."Aku lapar" celetuk Sugar sembari melepaskan pelukannya pada lengan Kaizen, berjalan mendekati meja makan."Aku juga lapar, bolehkah kita memakannya?" Silver bertanya entah pada siapa. Pendosa melirik jam besar dan perapian secara bergantian, lalu berkata"Tidak ada peringatan apapun, mungkinkah ini disiapkan untuk k
Read more
Rumah impian (3)
Pecahan kaca terbang secara acak ke segala arah, seolah sedang bermanuver dengan kecepatan tinggi dan melawan hukum gravitasi. Manusia yang berada dalam ruangan tersebut lantas berlari kocar-kacir seperti kawanan semut yang tersiram air. Namun kecepatan manusia, sekalipun sudah mendapatkan peningkatan dari mata sebelum memasuki game, tetap menjadi lelucon dibawah kecepatan alami dari sebuah tragedi.Beberapa pecahan kaca dengan kejam menancap di bahu, pundak, perut, kaki dan pipi beberapa dari mereka. Kaizen yang berada paling dekat dari jendela menerima dampak yang lebih mengerikan, tapi dia tidak lari dan hanya tiarap dibawah meja. Kedua tangannya mendapat luka robek disana-sini, darah merembes dari bajunya yang robek.Winter yang ditendang menjauh juga berhasil berlindung dari hujan kaca tersebut, hanya mengalami cedera kecil yang tidak terlalu berarti. Pendosa mendapatkan luka sayatan di pergelangan tangan kanan juga di dahi, Sugar kurang beruntung da
Read more
Rumah impian (4)
Pendosa menatap winter yang sedang mengasah pisau di lantai dan silver yang gugup di sebelahnya, merasa tidak enak"Bung, kau tidak tidur?"Winter menggeleng, tidak ada lagi senyum di bibirnya"Tidak bisa tidur."Silver yang tengah memaksa menghitung uang didalam kepalanya agar bisa tidur, juga memperhatikan winter yang masih asik dengan pisaunya"Pisau yang cantik, apa kau membelinya di Mal nightmare whisper?"Gerakan Winter yang sedang mengasah pisau terhenti, lalu menatap dua pria besar yang menyisakan sebuah tempat di atas ranjang untuknya"Bukan pisau, tapi karambit. Aku juga tidak membelinya, aku mendapatkannya."Pendosa dan Silver sama-sama terdiam, keduanya memiliki sebuah pemikiran yang terlintas di benak mereka. Tapi sebelum dua orang itu merasa senang, mereka teringat pada sikap Winter yang suam-suam kuku dan menelan kembali kata-kata mereka.Jika Winter benar-benar tidak membelinya dan 'mendapatkannya', maka hanya ada satu kemungkinan.Itu adalah item terkutuk.Pendosa den
Read more
Rumah impian (5)
Silver berlari menjauh tanpa mengatakan apa-apa, menyeret pendosa yang berdiri tidak jauh darinya menuju tempat Winter yang berdiri diam di dekat Kaizen. Pendosa yang tidak tau kenapa silver bersikap aneh, tidak bertanya ada apa.Karena dia tau pasti dari ekspresi Silver, bahwa akan ada sesuatu yang terjadi jika mereka tidak bicara dengan hati-hati lagi. Seperti penyerangan gadis merah untuk pertama kali.Winter yang sedang menatap lekat memar di pipi Kaizen, mengernyit tidak senang akan interupsi orang lain secara tiba-tiba. Tapi dia berhasil mengatur emosinya dan bertanya "Ada apa?"Pendosa menggeleng, pertanda bahwa dia memang tidak tau ada apa. Silver memberi gestur agar mereka diam dan menunjuk ke arah jendela, tapi begitu mereka melihat ke arah yang dimaksud Silver, mereka tidak menemukan apa-apa. Bahkan tangan diluar pun menghilang.Silver tergagap dan mulai menjelaskan"Aku bersumpah disana tadi ada-""Ssssstt!"
Read more
Rumah impian (6)
Beberapa orang baru menyadari sebuah arti saat sudah tidak memilikinya lagi. Hanya menyisakan penyesalan dan rasa sakit tak berkesudahan bagi diri sendiri.Ingin melepaskan tapi hati tidak menginginkan.Ingin mendekap erat sekali lagi, tapi terhalang oleh kasih dan takut menyakiti.Memang selalu ada yang namanya kesempatan kedua, tapi tidak semua orang layak mendapatkannya.Akan selalu ada kata maaf dari bibir mereka yang terluka, tapi mereka tidak akan pernah melupakan karena akan selalu teringat rasa sakitnya.Kisah kasih pendosa memang sangat menyedihkan, tapi tidak layak untuk terulang. Semua orang bahkan pendosa sendiri sepertinya sudah tau akan hal ini, tapi baik dia maupun para survivor hari pertama tidak mau mengucapkan pendapat apapun. Mereka juga tidak mau menjustifikasi pria yang bahkan demi cinta dan penyesalan pahitnya, rela menjual diri pada iblis.Yang bermasalah pasti tau konsekuensi dari permintaannya p
Read more
Rumah impian (7)
"Irish, ada apa?" Tanya Winter.Kaizen terus menatap keatas sembari menjawab"Tidak, ayo panjat."Winter tidak mengatakan apa-apa lagi, menuruti keinginan Kaizen yang ingin segera mencapai rumah pohon. Mungkin gadis ini tergesa-gesa karena sudah menemukan bahwa waktu dalam Nightmare berjalan beberapa kali lebih cepat dibandingkan realita, mungkin juga karena dialah yang pertama kali menyadari dan mengungkapkan bahwa hal-hal yang mereka hadapi hanyalah sebuah boneka.Keduanya tidak berbicara dan Winter hanya fokus memanjat kayu lapuk sebagai satu-satunya akses menuju rumah pohon, Silver dan Pendosa juga terus melihat mereka berdua dengan cemas. Perut mereka terasa semakin lapar dari waktu ke waktu, sungguh tidak ilmiah.Apalagi keduanya dulu sudah menikmati hidup susah serba kekurangan, mustahil jika mereka tidak bisa menahan lapar. Apakah ini alasan rekan mereka meminta agar tidak memakan apapun di Nightmare?Atau adakah sesuatu yang lebih mengerikan yang ada didalam makanan itu?Pend
Read more
DMCA.com Protection Status