Seorang pria baru saja datang bersama dengan asisten pribadinya. Di dalam kamar hotel itu, mereka melepas penat sejenak karena perjalanan cukup jauh untuk menempuh kota yang kini mereka kunjungi.
Albert Peterson bersama dengan asisten pribadinya David Joe Taslim. Mereka datang ke kota ini untuk menjalankan proyek yang akan dimulai. Mereka akan mendirikan sebuah pabrik Tas branded di kota tersebut.
Letak pabrik yang akan dibangun tidak terdapat pada tengah kota, melainkan pada salah satu desa yang berada pada kota tersebut. Karena banyaknya pabrik pada desa tersebut, itu dapat membuka peluang untuk Albert membangun sebuah pabrik.
Mengingat kondisi sekarang yang serba susah, termasuk mencari pekerjaan , ini adalah sebuah peluang untuk dirinya membangun sebuah pabrik. Karena orang akan datang sendiri tanpa dicari.
"Bagaimana dengan data mengenai pembangunan pabrik yang sudah dirancang?" Tanya Albert pada Joe.
"Semua sudah selesai, pembelian tanah sudah dilakukan dan material pembangunan pun sudah datang. Hanya menunggu satu tahun untuk pabrik itu selesai dibangun," Ujar Joe menjelaskan sembari memberikan rekap data yang dia kerjakan.
"Bagus. Lalu bagaimana dengan mesin yang digunakan dalam pabrik nanti?" Tanya Albert lagi.
"Saya dan beberapa tim sudah memesankan mesin jahit, serta mesin press dan potong dari Korea dan Jepang. Semua sudah beres dan akan segera dikirim ketika pabrik sudah selesai dibangun. Untuk penataan dan kelancaran dalam bekerja akan dilakukan sebelum pabrik dibuka untuk umum," Ujar Joe mendetail.
"Baiklah, saya tidak ingin ada kecurangan dalam proyek kita kali ini. Kita harus menguasai beberapa bisnis , entah itu properti atau yang lain!" Pinta Albert pada Joe.
"Baik tuan, saya akan menjamin tidak ada lagi kecurangan yang membuat kerugian besar nantinya," Ujar Joe dengan tersenyum meyakinkan Albert.
"Baguslah jika seperti itu. Saya butuh hiburan saat ini, Carikan aku wanita penghibur sekarang juga," Perintah Albert pada Joe . Dengan segera Joe memboking wanita penghibur untuk bosnya itu.
Joe sudah terbiasa dengan Albert yang sering bermain dengan para wanita penghibur , karena biasanya Albert tidak sungkan untuk bermain ditempat terbuka seperti kolam renang dan pantai. Tidak tahu mengapa tapi Albert memang suka sekali berganti wanita. Bahkan banyak model yang mengantri untuk menjadi pasangannya.
•••••••••••
Desahan Albert menggema ketika wanita yang berada diatasnya bergerak memutar yang membuat inti tubuhnya terasa seperti dipilin. Ya Albert tengah bercinta disiang hari dengan wanita itu penghibur yang Joe siapkan untuknya.
Wanita itu menaik turunkan tubuhnya dan menjepit inti tubuh Albert yang berada dalam pusat tubuhnya. Tidak sempit dan tidak longgar, masih pas untuk ukuran inti Albert yang terbilang besar , karena Albert sendiri lebih menyukai sensasi sempit untuk menjepit dan memuaskan pusat tubuhnya.
Albert meremas dua buah gunung yang menggantung indah dan bergoyang tersebut. Dia meremasnya kasar hingga membuat wanita itu menjerit kesakitan namun diselingi desahan.
Albert menyuruh wanita itu untuk menunduk sedikit agar dia bisa dengan mudah melumat kacang pink kecoklatan yang sudah menegang itu .
Desahan Albert dan wanita itu menggema bersahutan, Albert memejamkan matanya kala wanita itu menjepit inti tubuhnya dan mempercepat gerakannya mengocok pusat tubuhnya.
"tuan ini sangatlah enak."
Wanita itu terus meracau dan semakin cepat menaikkan tempo permainannya. Albert tidak perduli dengan desahan wanita itu, yang dia mau adalah dirinya yang terpuaskan dan mendapatkan pelepasan untuk saat ini.
Albert menampar punggung wanita itu hingga memerah, wanita itu pun hanya meringis nikmat. Sesekali juga Albert menampar dua gunung wanita itu kemudian dikulumnya dan digigitnya kacang mungil wanita tersebut.
" sakit tuan."
Wanita itu mengejang menandakan dia baru saja mencapai puncaknya. Karena Albert belum mencapai kepuasan kini ia mengubah posisi menjadi diatas. Dengan cepat dan kasar dia menghujami inti wanita itu.
Setiap hujaman yang kasar itu, Albert juga menampar dua gunung wanita itu hingga memerah. Wanita itu yang baru saja dikasari hanya bisa mendesah pasrah dengan orang yang menyewanya kini.
"Shitt jalang !"
Desah Albert ketika inti wanita itu menyedot pusat tubuhnya untuk masuk lebih dalam. Albert tidak perduli lagi jika wanita itu kuwalahan dengan permainannya. Yang ia inginkan hanyalah pelepasan.
Setelah 30 menit Albert menghujami inti wanita itu kini Albert memuntahkan cairannya. Albert mengeluarkan inti tubuhnya itu dan melepas kondom yang dia pakai.
"Tugas anda sudah selesai. Silahkan bersihkan diri anda dan segera keluar dari kamar ini. Uang mu sudah saya transfer," Ujar Albert pada wanita itu. Wanita itu mengangguk patuh dan melakukan yang disuruh oleh Albert.
••••••••••
"Kau sudah selesai dengan wanita penghibur mu tuan?" Tanya Joe yang baru saja datang dan menemui bosnya itu dengan kondisi yang masih polos tertutupi oleh selimut.
"Ya. Dan kali ini kau memilih partner yang kurang handal, karena permainan nya tidak seenak wanitaku di Jakarta," Ujar Albert membuat Joe tertawa.
"Wajar saja tuan, wanita disini tidak terlalu liar. Hanya wanita penghibur yang berani berperilaku liar. Tapi katamu mereka tidak pandai bermain. Mungkin mereka butuh pelatihan dari tuan. Benar begitu tuan?" Tanya Joe diiringi kekehan.
Albert mendengus karena ucapan Joe. Dengan segera dia mengambil handuk yang berada disisi Kanannya dan memakainya. Dia berjalan kearah kamar mandi meninggalkan Joe yang geleng-geleng kepala melihat tingkah Boss nya itu.
"Ah tuan, apa nanti kau mau melihat dimana letak lokasi pabrik yang akan kau bangun?" Tanya Joe sebelum Albert masuk kedalam kamar mandi.
"Ya setelah aku selesai mandi kita akan melihat lokasi itu," Ujar Albert kemudian segera masuk kedalam kamar mandi.
Setelah 15 menit, Albert sudah selesai dengan mandinya. Dia menggunakan kaos putih polos dengan celana jeans hitam untuk ia gunakan kali ini. Karena ini hanya untuk melihat lokasi, mungkin menggunakan pakaian sedikit santai tidak masalah.
"Kau ingin makan dulu tuan?" Tanya Joe kala melihat Albert keluar dari lift.
"Ya, pesankan aku nasi Padang. Aku akan memakannya di mobil," Ujar Albert pada Joe.
Setelah memesankan makanan Albert, kini Albert dan Joe menuju lokasi untuk pembangunan pabrik. Sangat luas, hampir sama dengan ukuran pabrik sepatu yang berada disampingnya.
Mata Albert terfokus pada gadis yang baru saja keluar dari pabrik sepatu itu. Albert tebak gadis itu sedang mencari pekerjaan. Albert memperhatikan gadis tersebut, beberapa kali gadis itu menunduk sedih. Mungkin dia ditolak dari beberapa kios yang dia datangi.
"Joe, kau turunlah. Dan tawarkan wanita pekerjaan," Ujar Albert menunjuk pada wanita yang sedang berdiri disamping sebuah kios.
"Baiklah tuan," Ujar Joe segera turun dari mobil dan mendekati wanita itu.
"Apa anda mencari pekerjaan nona?" Tanya Joe pada gadis itu.
"I— iya, anda siapa?" Tanya gadis itu was-was karena melihat Joe yang terlihat misterius.
"Ambil kartu namaku. Jika kau berniat mencari pekerjaan, kau bisa menghubungiku pada nomor yang tertulis pada kartu nama itu ," ujar joe kemudian meninggalkan gadis tersebut.
"Ta— tunggu!" Gadis itu tidak menyelesaikan ucapannya karena Joe sudah pergi meninggalkannya.
Setelah Joe kembali kedalam mobil, gadis itu menyetop angkot dan pergi bersama dengan angkot itu.
"Kau sudah memberinya penawaran?" Tanya Albert pada Joe.
"Sudah tuan. Jika dia butuh pekerjaan langsung maka saya yakin dia akan menghubungi tuan dalam waktu dekat," Ujar Joe pada Albert.
"Ya sudah. Ayo kembali ke hotel, badanku sudah lelah ingin tidur," Ujar Albert kemudian menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil.
"Baik tuan."
happy reading....Marsha menutup pintu kamar kosnya dengan cepat, lalu ia kunci dan berakhir ia duduk di depan pintunya dengan badan yang sedikit bergetar karena ketakutan. Ia sedikit was-was dengan orang yang mengikutinya. itu bukan perasaannya saja, tetapi memang ia diikuti sedari ia pulang dari pabrik. ia menelungkupkan kepalanya di sela kakinya, meredakan kepanikan yang ada dalam dirinya juga dan memejamkan matanya untuk sekedar memberikan rasa aman pada dirinya. Ia sudah berusaha keras untuk menghindar dari sesuatu yang membahayakannya, tetapi mengapa sekarang rasanya ia kembali pada masa dimana ia merasa hancur. "Aku takut," ujarnya, lalu mulai meneteskan air matanya. hatinya terasa sakit, otaknya bergemuruh menyusun banyaknya kejadian yang ia alami. giginya bergemelatuk merasakan ketakutan yang amat menyesakkan dirinya. Ia mohon pada Tuhannya, agar hidupnya bisa lebih tenang tanpa adanya cobaan yang dapat membunuhnya. Tetapi sekarang apakah masih bisa? Setelah pesan-pesan y
happy reading...Seorang pria menatap layar komputer yang tengah menampilkan data perusahaan yang ia kelola. Sesekali ia bersenandung untuk meramaikan ruangannya tersebut. Sepertinya perusahaan cabang miliknya di Jakarta sudah terselesaikan segala permasalahannya. Harusnya ia tidak berada di Indonesia sekarang. Namun, apalah daya. Ia harus mendapatkan gadisnya sebelum ia kembali ke Amerika. Tampaknya California sekarang merindukan kehadiran gadisnya itu. Sebenarnya ia marah semalaman, karena gadisnya tidak membalas sama sekali pesan yang ia kirimkan. Bahkan teleponnya pun tidak ia jawab juga. Andaikan gadisnya tersebut ada dihadapannya, mungkin Albert dengan keras akan memberikan gadis itu hukuman. Namun sayang sekali, gadis itu jauh dari hadapannya. Jadi, ia hanya melampiaskannya pada gelas kaca yang ia banting hingga pecah menjadi kepingan. Ia harus secepatnya menaklukkan gadisnya. Dia sudah tidak tahan untuk meremukkan badan gadis itu karena telah berani lari darinya. Ia akan m
Mata gadis itu terbuka, ia terbangun dari tidurnya setelah suara ayam berkokok. Ia melihat jam yang berada di ponselnya, pukul 04.00. ia mencoba untuk berdiri, namun kepalanya terasa pusing hingga ia memutuskan untuk duduk sebentar. Entah berapa lama dirinya menangis kemarin, bahkan ia lupa untuk sekedar mandi. Kini, mata cantik miliknya berubah menjadi mata yang sembab dan sedikit merah. Untuk pesan kemarin, apakah Albert akan benar menemuinya? Dia berharap penuh agar pria itu tidak datang dan mengusik hidupnya. Sudah cukup hancur dirinya kala itu. Ketika kesucian direnggut paksa lalu dengan seenaknya pria itu mengklaim jika dirinya adalah milik pria itu. Ia menggelengkan kepalanya, segera mungkin dirinya harus mencari perlindungan jika nanti pria itu berhasil menemukannya. Namun ia harus tertampar oleh fakta, bahwa dirinya tidak lagi mempunyai tempat pulang untuk berlindung. Ia hanya seorang diri setelah keluar dari keluarganya. Bahkan teman masa sekolahnya dulu pun belum tentu
Albert mengepalkan tangannya erat. Ia masih duduk pada kursi kerjanya, dengan tampilan yang tampak kacau pria itu sepertinya tengah menahan amarah. Entah apa yang membuatnya tampak sangat marah.Pintu diketuk dari luar, hanya berselang satu detik Joe masuk ke dalam ruangannya. Pria itu datang dengan beberapa berkas pekerjaan, padahal hari sudah mulai gelap."Ini berkas yang harus kau baca ulang tuan," ujarnya pada Albert yang menatapnya dengan tatapan dingin."Mengapa banyak sekali," katanya sembari melihat tumpukan berkas yang baru saja tiba di depan matanya itu.Joe menatap kesal atasnya tersebut, "jika kau tidak ingin mendapatkan pekerjaan yang banyak, harusnya kau tidak perlu memperluas bisnis mu tuan." Sindirnya pada Albert.Pria yang masih duduk pada kursi kerjanya itu berdecih, memang benar apa yang dikatakan Joe. Namun, jika dirinya tidak memperluas bisnis dan membangun kerjasama, ia tidak akan menghasilkan uang. Namun, sepertinya bisnis bersih yang ia jalankan ini pun tidak a
Happy reading...Seorang pria menatap lurus pada jalanan kota yang tampak macet. Ia berdiri sembari melihat pemandangan tersebut dibalik jendela tempat ia menginap. Deon, pria itu tengah berada di Indonesia sekarang. Tepatnya, dia sedang berada di Jakarta untuk urusan bisnis. Sebenarnya, ia tidak harus terjun langsung untuk datang ke Indonesia. Tetapi, ia rasa dia membutuhkan refreshing untuk melegakan tubuh serta otaknya."Robert!" Panggilnya pada asisten pribadinya tersebut."Iya tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pria itu sembari berdiri dari duduknya."Kau tahu bukan tentang Marsha , gadis yang aku temui kala itu saat di perusahaan milik Albert?"Robert tampak berpikir, kemudian ia mengangguk. "Ya, saya tahu tuan. Memangnya kenapa?""Cari tahu, dia tinggal dimana. Aku rasa, aku menginginkan gadis itu."
Hari Sabtu adalah hari yang paling Marsha nantikan setiap harinya. Karena dirinya libur setelah 5 hari bekerja , membuatnya memiliki waktu untuk sekedar bermalas-malasan. Walaupun masih terganggu oleh penghuni kos sebelah , ia tidak menegur sama sekali. Biar saja mereka melakukan apapun yang dia lakukan. Toh dirinya juga tidak kenal dengan mereka.Sebenarnya , hari Kamis lalu ada sebuah insiden di kos tersebut. Dimana kejadian adanya labrakan antara istri sah kepada pelakor yang merusak rumah tangga istri sah tersebut. Dan lagi, pelakor tersebut termasuk pekerja pabrik yang Marsha sendiri tidak kenal dia siapa. Karena mereka bekerja pada pabrik yang berbeda.Hanya satu dibenak Marsha kala itu, mengapa para suami berselingkuh ? Apa kurangnya sang istri, hingga dengan gampangnya mereka berselingkuh dan tidak memikirkan apa kedepannya yang terjadi. Dan mengapa yang menjadi selingkuhan adalah gadis yang baru kemarin lulus dari SM
Marsha terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara gaduh dari kamar kos sebelah. Ia melirik dinding yang tertera jam disana. Masih pukul 5 pagi, tetapi orang yang berada di dalam kos sebelah sangatlah berisik. Ia menghela napas lelah, tidurnya terasa tidak cukup karena suara bising dari penghuni kamar kos lainnya.Efek dari kos bebas, para penghuni berani membawa orang asing masuk ke dalam kamar mereka. Bahkan tak jarang juga mereka melakukan party kecil yang hanya dilakukan oleh para karyawan pabrik yang tinggal di kos tersebut. Marsha cukup heran akan hal itu, bukankah gaji mereka tidak terlalu besar? Mengapa mereka dengan bebasnya menggunakan uang gaji mereka untuk mengadakan party kecil dan memanggil wanita penghibur?Ia baru tahu sejak hampir satu bulan dirinya tinggal dalam kos tersebut. Para penghuni disana tidaklah semua baik seperti apa yang ia bayangkan. Bahkan wanita yang pernah menyapanya dulu juga menjadi per
Albert keluar dari dalam mobil setelah ia sampai pada tempat yang dia tuju. Bersama dengan Joe, pria itu datang ke tempat yang ia bangun bersama dengan perusahaan Deon. Tempat proyek sudah selesai dibangun, rencana bisnis gabungan pun akan dilakukan setelah tempat selesai seluruhnya.Sejujurnya ia tidak terlalu yakin tentang bisnis ini, melihat adanya perbedaan pendapat pyang sangat bertentangan dari dua belah pihak membuat Albert sedikit tidak yakin bisnis ini akan berjalan dengan lancar. Karena, Deon dan dia memiliki karakteristik yang hampir sama. Dan mereka terlihat sama-sama misterius.Ia melihat Deon yang sudah berdiri di depan gedung, ditemani asisten pribadinya pria itu tampak tidak menunjukkan senyum sama sekali. Bahkan saat melihat Albert yang baru saja datang pun, pria itu hanya tetap berdiri tegak memperhatikan Albert tanpa menampilkan senyuman untuk menyambut rekan bisnisnya tersebut."Kau sudah
Ramainya klub malam membuat suasana malam yang penuh kemaksiatan tersebut tampak sangat panas. Penari striptis tidak hentinya meliukkan badannya untuk menarik perhatian para kaum Adam. Bahkan setiap pojok ruangan tersebut terdapat dua orang yang tengah mengadu kenikmatan dengan ditemani musik keras dari klub malam tersebut.Orang-orang menari, menikmati alunan musik DJ dan juga penari striptis yang tengah memanjakan mata mereka. Tidak lupa juga dengan satu buah botol minuman beralkohol yang membuat mereka kehilangan akal sehingga tidak sadar dengan sekitarnya.Begitu pula dengan ruang VIP yang telah di isi orang-orang penting serta melakukan transaksi haram. Di sana, terdapat Albert dan beberapa anak buahnya tengah melakukan penawaran terhadap barang yang akan mereka jual. Kepulan asap rokok memenuhi ruangan tertutup tersebut.Obrolan-obrolan mengenai barang haram tersebut pun semakin mema