Share

DC 06

Author: Castiellaa
last update Last Updated: 2021-09-20 14:00:00

Setelah lamanya perjalanan, kini mereka tiba pada tempat tujuan. Mobil melaju membelah kota California. Lamanya perjalanan membuat ketiga orang itu memilih untuk tidur didalam mobil. 1 jam sudah mereka menempuh perjalanan menggunakan mobil. Kini mereka sampai pada tempat tinggal Albert. 

"Uh lelah sekali badanku," ujar Joe mendudukkan diri dan menyenderkan tubuhnya pada sofa. 

"Maaf, ini ada dimana?" Tanya Marsha pada Joe yang baru saja memejamkan matanya. Sedangkan Albert , pria itu sudah masuk kedalam kamarnya. 

Joe membuka matanya dan duduk dengan normal, "ini rumah tuan Albert. Ah kau pasti bingung akan tinggal dimana. Apalagi aku yakin kamu belum menukarkan uangmu menjadi dolar," ujar Joe tepat pada sasaran kegelisahan Marsha. 

Marsha menunduk, hari ini seperti hari kesialan untuknya. Belum lagi kartu teleponnya yang tidak dapat digunakan di Negara Amerika membuatnya menghela nafas lelah. Dia tidak bisa menghubungi anggota keluarganya, untuk memberi kabar jika dia telah sampai pada tempat tujuan. 

"Aku akan bicara pada tuan Albert. Mungkin dia bisa memberimu tumpangan untuk sementara, sampai kamu bisa menyewa tempat tinggal disini," ujar Joe , dan kembali lagi pria itu menyandarkan tubuhnya pada sofa. 

"A—aku tidak enak jika satu atap dengan seorang pria," ujar Marsha ragu. 

"Lalu kamu mau tinggal dimana? Aku yakin sekalipun kamu mempunyai uang sekarang pasti tidak cukup untuk menyewa tempat tinggal disini. Sewa tempat disini cukup mahal," kata Joe , pria itu sama sekali tidak memikirkan bagaimana nasibnya jika satu atap dengan Albert yang selalu menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. "Tenang saja, aku akan berbicara padanya setelah ini. Lebih baik kamu duduk dan istirahat kan tubuh kamu," ujarnya lagi. 

Albert keluar dari kamarnya, pria itu tampak lebih segar setelah mandi. Kini dia memakai pakaian santai dan berjalan menuju ruang tamu. Dia melihat asisten pribadinya itu rebahan di sofa dengan tangan yang dia tumpangkan diatas dahi. Selain itu, dia melihat gadis yang terlihat lelah menatap kearahnya. 

"Bersihkan tubuhmu Joe, dan pesankan makanan sebelum kamu mandi," suruh Albert pada Joe yang masih tiduran di atas sofa. 

Dengan berat hati Joe bangun dan duduk menatap Albert yang juga menatapnya, "tidak bisakah anda membiarkanku istirahat sebentar tuan Albert. Come on, I'm so tired," gerutu Joe kesal pada Albert.

"Kau membantah Joe?" Tanya Albert menatap tajam pria dihadapannya kini. 

"Baik akan saya pesankan. Jadi jangan menatap ku seolah aku santapan empuk untuk kau berikan pada harimaumu," ujar Joe mengalah dan segera membuka aplikasi untuk memesan makanan. 

"Marsha, kau mau makan apa?" Tanya Joe pada Marsha yang diam sedari tadi. 

"Eh, aku kan tidak punya uang dolar. Bagaimana bisa aku membeli makanan," ujar gadis itu bingung. 

Joe tertawa pelan, "lihatlah bos, gadismu ini takut tidak bisa membeli makanan untuk malam ini," ujarnya pada Albert. 

"Tenanglah, saya yang membelikan mu makanan. Pesan saja apa yang ingin kamu makan," ujar Albert menatap Marsha.  

Marsha menelan ludahnya kasar, dia sendiri tidak tau apa yang dia inginkan. Dia tidak tau makanan apa saja yang tersedia di California, " aku tidak tau makanan orang Amerika. Jadi aku menurut saja padamu tuan Joe," ujarnya. 

Joe terkekeh geli dengan jawaban Marsha, namun dia mengangguk dengan permintaan gadis itu,"kau sendiri ingin makan apa bos?" Tanya Joe melirik Albert yang sibuk dengan ponselnya. 

"Pizza dan cola," ujar Albert singkat. 

"Jika seperti itu, aku akan membeli pizza saja. Kamu mau kan Marsha?" Tanya Joe menatap Marsha yang tampak tidak bersemangat. 

"Terserah padamu Joe," ujar Marsha pasrah. 

••••••••••

Ketiga orang itu sibuk menikmati makanannya, mereka semua tampak lebih segar setelah mandi dengan air hangat. Marsha yang awalnya tidak semangat sama sekali , kini tampak jika gadis itu lebih segar daripada tadi yang terlihat kucel dan lesu. 

Sesekali Albert menatap gadis yang sedang memakan pizza keju itu, dia tidak mengalihkan pandangannya sejak gadis itu selesai membersihkan diri. Dengan pakaian sederhana, membuat seorang Albert semakin tertarik. 

"Ah, bos. Sepertinya kau harus memberikan tumpangan sementara untukku dan juga Marsha ," ujar Joe memecah keheningan. Marsha menatap Albert takut, dia takut jika Albert tidak memberikannya tumpangan. 

"Kamu memiliki apartemen sendiri, untuk apa kamu menumpang di rumahku," ujar Albert tidak setuju. 

"Aku terlalu lelah untuk berkendara ke apartemen ku, lebih baik aku menumpang disini sampai besok," kata Joe santai dan kembali melahap pizza yang ada ditangannya. 

"Baiklah, tapi kau tidur di sofa." 

Joe melotot, "kenapa begitu. Di rumah ini banyak kamar , mengapa aku harus tidur di sofa," ujarnya tidak terima. 

"Jika tidak mau ya sudah, silahkan kamu pulang ke apartemen mu." 

"Ini tidak adil," kesal Joe pada Albert. 

"Aku tidak perduli," ujar Albert santai pada joe, "dan kamu Marsha, kamarmu di sebelah kamarku.  Kamu bisa beristirahat setelah makan," ujarnya pada Marsha. 

Marsha menelan pizza yang ada dalam mulutnya, ucapan Albert membuat Marsha tidak enak. Bersebelahan dengan kamar pria itu bukan hal yang baik, dia takut. Tetapi dia hanya menumpang, jadi dia hanya menurut ucapan Albert. " Baik tuan," ujarnya pada Albert. 

••••••••••

Marsha mengamati kamar yang dia tempati saat ini, sangat besar dan mewah menurutnya. Ranjang Queen size serta beberapa perabotan yang dia pikir sangat mahal membuatnya terkagum. Dalam sudut kamar itu terdapat pintu, tetapi pintu itu tidak dapat dibuka. Marsha pikir itu adalah pintu kamar mandi, ternyata. Bukan. Tetapi gadis itu tidak mau berpikir panjang. Dia memilih untuk merebahkan diri dan menarik selimut. 

Sedangkan Albert, dia tersenyum menatap layar monitor yang menampilkan rekaman CCTV.  Dalam kamar yang digunakan Marsha, pria itu sudah memasang CCTV. Dan pintu yang gadis itu coba buka adalah pintu penghubung. Albert sengaja melakukan itu untuk memantau apa yang dilakukan gadis itu. Bahkan dia juga memasang Sadap suara untuk mengetahui apa yang gadis itu bicarakan. 

"Manis sekali kau gadis kecil," ujar Albert menatap layar monitor yang menampilkan wajah tenang Marsha dalam keadaan tidur. 

Albert tidak bergerak sama sekali, dia tetap fokus pada layar yang memperlihatkan seorang gadis yang sedang tidur. Dia berfikir liar dengan gadis itu, jika saja gadis itu tertidur disampingnya mungkin pria ini tidak akan membiarkan gadis itu tidur dengan nyenyak. 

Dengan langkah perlahan Albert membuka pintu penghubung untuk memasuki kamar Marsha, dia mengeluarkan smirk ketika dia mendekat kearah gadis yang sedang tertidur itu. Dia jongkok dan menyamakan tingginya dengan ranjang tempat gadis itu tidur. Dia memandang lembut wajah gadis itu dan mengelus pipi chubby gadis itu. 

"Akan aku pastikan kamu akan segera menjadi milikku. Tidak akan ada orang lain yang bisa memilikimu , " ujar Albert kemudian mencium kening gadis itu. 

Marsha merasakan ada seseorang yang mengelus rambutnya dan juga pipinya, namun dia menolak untuk membuka mata. Dia hanya berfikir jika itu hanya perasaanya saja. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DANGEROUS CEO   DC.40

    happy reading....Marsha menutup pintu kamar kosnya dengan cepat, lalu ia kunci dan berakhir ia duduk di depan pintunya dengan badan yang sedikit bergetar karena ketakutan. Ia sedikit was-was dengan orang yang mengikutinya. itu bukan perasaannya saja, tetapi memang ia diikuti sedari ia pulang dari pabrik. ia menelungkupkan kepalanya di sela kakinya, meredakan kepanikan yang ada dalam dirinya juga dan memejamkan matanya untuk sekedar memberikan rasa aman pada dirinya. Ia sudah berusaha keras untuk menghindar dari sesuatu yang membahayakannya, tetapi mengapa sekarang rasanya ia kembali pada masa dimana ia merasa hancur. "Aku takut," ujarnya, lalu mulai meneteskan air matanya. hatinya terasa sakit, otaknya bergemuruh menyusun banyaknya kejadian yang ia alami. giginya bergemelatuk merasakan ketakutan yang amat menyesakkan dirinya. Ia mohon pada Tuhannya, agar hidupnya bisa lebih tenang tanpa adanya cobaan yang dapat membunuhnya. Tetapi sekarang apakah masih bisa? Setelah pesan-pesan y

  • DANGEROUS CEO   DC 39

    happy reading...Seorang pria menatap layar komputer yang tengah menampilkan data perusahaan yang ia kelola. Sesekali ia bersenandung untuk meramaikan ruangannya tersebut. Sepertinya perusahaan cabang miliknya di Jakarta sudah terselesaikan segala permasalahannya. Harusnya ia tidak berada di Indonesia sekarang. Namun, apalah daya. Ia harus mendapatkan gadisnya sebelum ia kembali ke Amerika. Tampaknya California sekarang merindukan kehadiran gadisnya itu. Sebenarnya ia marah semalaman, karena gadisnya tidak membalas sama sekali pesan yang ia kirimkan. Bahkan teleponnya pun tidak ia jawab juga. Andaikan gadisnya tersebut ada dihadapannya, mungkin Albert dengan keras akan memberikan gadis itu hukuman. Namun sayang sekali, gadis itu jauh dari hadapannya. Jadi, ia hanya melampiaskannya pada gelas kaca yang ia banting hingga pecah menjadi kepingan. Ia harus secepatnya menaklukkan gadisnya. Dia sudah tidak tahan untuk meremukkan badan gadis itu karena telah berani lari darinya. Ia akan m

  • DANGEROUS CEO   DC 38

    Mata gadis itu terbuka, ia terbangun dari tidurnya setelah suara ayam berkokok. Ia melihat jam yang berada di ponselnya, pukul 04.00. ia mencoba untuk berdiri, namun kepalanya terasa pusing hingga ia memutuskan untuk duduk sebentar. Entah berapa lama dirinya menangis kemarin, bahkan ia lupa untuk sekedar mandi. Kini, mata cantik miliknya berubah menjadi mata yang sembab dan sedikit merah. Untuk pesan kemarin, apakah Albert akan benar menemuinya? Dia berharap penuh agar pria itu tidak datang dan mengusik hidupnya. Sudah cukup hancur dirinya kala itu. Ketika kesucian direnggut paksa lalu dengan seenaknya pria itu mengklaim jika dirinya adalah milik pria itu. Ia menggelengkan kepalanya, segera mungkin dirinya harus mencari perlindungan jika nanti pria itu berhasil menemukannya. Namun ia harus tertampar oleh fakta, bahwa dirinya tidak lagi mempunyai tempat pulang untuk berlindung. Ia hanya seorang diri setelah keluar dari keluarganya. Bahkan teman masa sekolahnya dulu pun belum tentu

  • DANGEROUS CEO   DC 37

    Albert mengepalkan tangannya erat. Ia masih duduk pada kursi kerjanya, dengan tampilan yang tampak kacau pria itu sepertinya tengah menahan amarah. Entah apa yang membuatnya tampak sangat marah.Pintu diketuk dari luar, hanya berselang satu detik Joe masuk ke dalam ruangannya. Pria itu datang dengan beberapa berkas pekerjaan, padahal hari sudah mulai gelap."Ini berkas yang harus kau baca ulang tuan," ujarnya pada Albert yang menatapnya dengan tatapan dingin."Mengapa banyak sekali," katanya sembari melihat tumpukan berkas yang baru saja tiba di depan matanya itu.Joe menatap kesal atasnya tersebut, "jika kau tidak ingin mendapatkan pekerjaan yang banyak, harusnya kau tidak perlu memperluas bisnis mu tuan." Sindirnya pada Albert.Pria yang masih duduk pada kursi kerjanya itu berdecih, memang benar apa yang dikatakan Joe. Namun, jika dirinya tidak memperluas bisnis dan membangun kerjasama, ia tidak akan menghasilkan uang. Namun, sepertinya bisnis bersih yang ia jalankan ini pun tidak a

  • DANGEROUS CEO   DC 36

    Happy reading...Seorang pria menatap lurus pada jalanan kota yang tampak macet. Ia berdiri sembari melihat pemandangan tersebut dibalik jendela tempat ia menginap. Deon, pria itu tengah berada di Indonesia sekarang. Tepatnya, dia sedang berada di Jakarta untuk urusan bisnis. Sebenarnya, ia tidak harus terjun langsung untuk datang ke Indonesia. Tetapi, ia rasa dia membutuhkan refreshing untuk melegakan tubuh serta otaknya."Robert!" Panggilnya pada asisten pribadinya tersebut."Iya tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pria itu sembari berdiri dari duduknya."Kau tahu bukan tentang Marsha , gadis yang aku temui kala itu saat di perusahaan milik Albert?"Robert tampak berpikir, kemudian ia mengangguk. "Ya, saya tahu tuan. Memangnya kenapa?""Cari tahu, dia tinggal dimana. Aku rasa, aku menginginkan gadis itu."

  • DANGEROUS CEO   DC 35

    Hari Sabtu adalah hari yang paling Marsha nantikan setiap harinya. Karena dirinya libur setelah 5 hari bekerja , membuatnya memiliki waktu untuk sekedar bermalas-malasan. Walaupun masih terganggu oleh penghuni kos sebelah , ia tidak menegur sama sekali. Biar saja mereka melakukan apapun yang dia lakukan. Toh dirinya juga tidak kenal dengan mereka.Sebenarnya , hari Kamis lalu ada sebuah insiden di kos tersebut. Dimana kejadian adanya labrakan antara istri sah kepada pelakor yang merusak rumah tangga istri sah tersebut. Dan lagi, pelakor tersebut termasuk pekerja pabrik yang Marsha sendiri tidak kenal dia siapa. Karena mereka bekerja pada pabrik yang berbeda.Hanya satu dibenak Marsha kala itu, mengapa para suami berselingkuh ? Apa kurangnya sang istri, hingga dengan gampangnya mereka berselingkuh dan tidak memikirkan apa kedepannya yang terjadi. Dan mengapa yang menjadi selingkuhan adalah gadis yang baru kemarin lulus dari SM

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status