Marsha menggeliatkan tubuhnya, sayup-sayup dia membuka matanya. Saat tertidur tadi , dia merasakan ada seseorang yang mengelus kepalanya. Dia memang mengabaikannya tetapi elusan itu berubah menjadi kecupan yang membuatnya sedikit risih dan berakhir dia mencoba untuk membuka matanya.
Dia mengedarkan matanya. Tidak ada orang lain dikamar ini selain dirinya, lalu siapa yang menciumi wajahnya ? Pikirnya. Dia merinding, tidak mungkin kan jika kamar yang dia tempati ada hantunya? Pikirnya lagi. Karena tidak mau berfikir dan dia sendiri takut akhirnya dia menaikkan selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Sedangkan dibalik pintu penghubung, pria itu tersenyum misterius. Dia gemas dengan tingkah polos gadis yang terpampang pada layar monitor. Entah apa yang dipikirkan gadis itu , sampai menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Ah sepertinya aku tidak bisa menidurimu jika Joe masih ada disini," ujar pria itu menatap layar.
&
Mereka telah sampai di perusahaan milik Albert. Kini Marsha mengikuti langkah Albert dan juga Joe yang sepertinya akan menuju ruangan Albert. Para karyawan lainnya memperhatikan Marsha yang berjalan di belakang Albert, mungkin mereka ingin tahu siapa gadis itu.Hari ini tidak briefing, hal itu membuat mereka yang bekerja pada perusahaan Albert tidak mengetahui siapa gadis itu. Kalaupun gadis itu adalah karyawan biasa, mengapa dia tidak berada pada lantai bawah. Mengapa dia ikut dengan Albert dan Joe memasuki lift khusus untuk CEO.Semua kembali fokus pada pekerjaannya, kini Marsha pun ikut duduk di meja yang ada dalam sebelah ruangan kerja Albert. Ruangan itu sepertinya adalah ruangan Joe bekerja. Namun kini akan menjadi ruangan gadis itu juga.Joe menerangkan apa saja yang harus dilakukan gadis itu saat bekerja, tiap 2 jam sebelum bekerja. Dia akan dilatih terlebih dahulu , termasuk berlatih speaking bahasa Inggris agar gadis itu
Marsha terbangun dengan mata sembab, sedangkan Albert laki-laki itu tampak biasa saja setelah kejadian semalam. Setelah membersihkan dirinya dan menaruh semua pakaiannya didalam koper , Marsha pergi keruang makan. Disana sudah ada Albert yang menatapnya tajam dan intens.Dia tidak membawa kopernya, karena dia harus meminta bantuan Joe terlebih dahulu untuk mendapatkan tempat tinggal. Setelahnya dia akan kembali dan mengambil koper untuk pindah. Gadis itu terlihat takut, apalagi dari gerak tubuh pria itu menyuruhnya untuk duduk.Tidak ada pembicaraan pada ruang makan itu, hanya dentingan sendok yang terdengar. Suasana hening membuat perasaan gadis itu tidak enak, bukan karena apa. Tetapi dia hanya takut dengan sosok Albert yang sedang makan tetapi matanya fokus menatapnya.Kakinya gemetar, dia teringat ucapan Albert semalam. Bagaimana bisa pria itu mengancamnya, lalu apa maksud dari yang dia inginkan. Me
Posisi Marsha kini terpojok, Albert mengunci tubuhnya hingga dia tidak bisa bergerak sama sekali. Ciuman pria itu sangat kasar. Bibirnya terasa perih karena pria itu terus menggigitnya dan memaksa lidahnya untuk masuk.Marsha kembali berontak, mencoba mendorong agar pria itu mau melepaskan dirinya. Walaupun Kungkungan tubuh pria itu sulit untuk ia goyah kan, dia tetap mencoba mendorong serta memukul dada pria tersebut agar mau memberikan celah untuk dirinya bisa melepaskan diri.Pertahanan gadis itu runtuh, Albert berhasil memasukkan lidahnya dan membelit daging tak bertulang gadis tersebut. Tangan gadis itu dia cekal keatas , sehingga tidak dapat melawan kekuatan pria itu. Tangan pria itu tidak tinggal diam, dia membuka kancing blouse yang dikenakan gadis itu, kini terlihat lah dua gundukan indah yang menggantung dibalik pakaian dalam gadis itu.Dia melepas ciumannya dan fokus menatap keindahan tubuh gadis y
Albert kembali bekerja. Sedangkan gadis itu, ah salah dirinya sudah tidak gadis lagi. Wanita itu masih tertidur karena pingsan. Pria itu tersenyum puas, keinginannya sudah terpenuhi. Untung saja Joe tidak ada di kantor, jadi dia tidak perlu takut menarik wanita itu dan menidurinya.Jangan salahkan dirinya, karena wanita itu sendiri yang memancing dirinya untuk melakukan hal itu. Ya walaupun dari awal memang tujuan pria itu adalah mengambil kesucian gadis itu. Tetapi dirinya memang tidak suka jika apa yang sudah dia klaim menjadi miliknya disentuh orang lain.Wanita itu terbangun, dia merasakan tubuhnya sangat sakit. Bahkan ikatan Pada tangannya belum juga dilepas. Dia kembali menangis, ingatan Albert menyetubuhinya membuatnya sakit. Isakan tangis wanita itu terekam jelas oleh sadap suara yang Albert pasang dan terhubung ke ponsel pria itu. Albert yang semula meneliti berkas mengalihkan pandangannya dan melihat CCTV yang
Joe telah kembali dari tugasnya, kini saatnya dia beristirahat sejenak dengan mendudukkan dirinya pada kursi kerja kesayangannya. Pria itu meminum Americano yang dia beli saat kembali ke kantor. Dia memperhatikan sekitar, sepertinya ada yang kurang."Dimana gadis itu?" Pikirnya. Seseorang datang membuat pria yang duduk santai diatas kursi kesayangannya itu menoleh kearah objek yang sedang berjalan kearah kursi disampingnya. Dia adalah Marsha, gadis itu datang dengan membawa tas yang pria itu rasa adalah tas dari brand yang cukup terkenal.Bukankah gadis itu tadi memakai setelan berwarna biru Dongker? Mengapa sekarang berubah menjadi dress mahal yang dia kenakan. Ah soal gadis itu, Joe belum tahu jika Marsha sudah tidak gadis lagi. Dan dia akan menganggap seperti itu selama dia tidak mengetahuinya.Pria itu masih memperhatikan gadis yang kini tengah meringis saat mendudukkan dirinya,
Marsha merebahkan tubuhnya pada ranjang empuk yang berada di kamarnya. Dia memejamkan matanya dan menghirup udara bebas. Wanita itu tersenyum, akhirnya dirinya bebas dari jeratan Albert. Pikirnya.Setelah dibantu Joe mengeluarkan barang yang dia bawa, dia juga diantar pria itu untuk membeli stok bahan makanan. Dia sangat berterima kasih pada pria tersebut. Setidaknya masih ada orang baik yang mau membantunya dan tidak bersikap kurang ajar pada dirinya.Dia merasakan lelah pada tubuhnya, bagaimana pun juga hari ini adalah hari naas dimana dia dilecehkan oleh bos nya sendiri. Ingin dia merutuki dirinya yang tak bisa melawan Albert. Tetapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Dan yang sudah terenggut tidak bisa kembali lagi. Dia hanya berharap semoga laki-laki yang akan menjadi masa depannya mau menerima dirinya apa adanya.Matanya mulai berat. Tanpa rasa takut akhirnya dia bisa tertidur dengan damai.
Suara tembakan menggema di kehening malam. Seorang pria dengan stelan serba hitam serta topi dan juga masker yang menutupi wajahnya tengah melesakkan tembakan pada pria tua yang tak lain adalah musuhnya. Darah terciprat memenuhi jalanan kumuh yang kerap ditinggali para pengemis. Bau amis menyeruak bercampur dengan bau busuk dari sampah yang menumpuk diujung jalan buntu.Pria itu tersenyum dibalik maskernya, dengan gagah dia menghampiri mayat yang terbujur kaku dan menginjak kepala mayat pria tua tersebut. Tangan kekar yang tertutup sarung tangan itu menyeret tubuh pria tua yang sudah tidak bernyawa.Beruntung sekali pria itu, kawasan yang dia jadikan tempat membunuh ini sedang tidak ada pengemis yang biasanya tidur disana. Satu orang lagi datang, dia juga tersenyum miring dibalik masker yang dia pakai. Pria yang baru saja datang adalah orang kepercayaannya. Dirinya datang setelah mendapat sinyal dari pria yang kini meny
Tubuh mungil wanita itu bergetar, tamparan yang pria itu layangkan meninggalkan luka pada bibirnya. Tidak tahu bagaimana , tetapi pria dengan tubuh kekar itu berhasil menguasai tubuhnya. Air mata mengalir dari mata indah wanita yang terkurung di bawah pria tersebut.ia memalingkan wajahnya saat pria itu mencoba untuk menciumnya. Marsha tidak mampu lagi melawan kekuatan Albert. Dirinya hanya pasrah ketika pria itu mengikat tali yang entah dari mana pria itu dapatkan pada tangannya yang sudah memerah.Ah, tidak lupa juga Albert membuka seluruh pakaian wanita itu hingga tak ada lagi kain yang menempel pada tubuhnya. Rintihan memohon untuk di lepaskan tidak di hiraukan sama sekali olehnya. Sungguh, Marsha sangat membenci Albert yang mengancamnya dan bertindak kasar padanya.Tubuhnya menggelinjang ketika jemari pria itu meraba setiap jengkal tubuhnya. Dengan tatapan mesum pria itu menghirup aroma tubuhnya, serta b