Siska dan Maya sudah bersahabat sejak sekolah dasar, usia mereka kini menginjak 25 tahun. Siska memutuskan menikah dengan kekasihnya, namun dia melihat calon suaminya selingkuh. Meski demikian, Siska tidak berniat meninggalkan kekasihnya. Sayangnya, sebelum pernikahan itu terjadi Siska dan Maya diculik dan menghadapi kejadian nahas yang tidak bisa diterima nalar. Kejadian mengerikan ini membuat hidup Siska dan Maya yang indah benar-benar usai. Lantas siapakah pelakunya?
View More“Siska, udahlah berhenti nangis!” Maya menepuk pundak Siska, ia berusaha menenangkan sahabatnya yang sedang menangis. Siska dan Maya sudah bersahabat sejak sekolah dasar, hingga kini usia mereka 25 tahun.
“May, mana bisa gue gak nangis. Lu tau Radian dia udah selingkuh sama wanita lain. Padahal kita beberapa bulan lagi menikah.” Omelan Siska membuat Maya terdiam.
Siska baru saja memergoki calon suaminya berselingkuh dengan teman kerjanya sendiri, wanita itu bernama Wika.
Awalnya dia ingin memberikan kejutan ulang tahun untuk Radian, namun sesampainya di lobi apartemen Siska melihat Radian keluar dari lift menggandeng wanita lain.
Siska mengikuti kemana Radian dan Wika pergi. Mereka pergi ke restoran apartemen dan setelah beberapa waktu mereka masuk apartemen Radian dan tidak keluar lagi dalam waktu yang cukup lama.
Siska mengintip dari pojokan tangga lorong apartemen berharap Radian dan Wika segera keluar. Setelah menunggu lama keduanya tidak keluar, Siska menelpon Radian.
“Halo sayang, kamu kangen sama aku?” Jawab Radian.
“Kamu ada di mana?” Tanya Siska.
Samar-samar Siska mendengar suara desahan lirih. Namun, tiba-tiba hilang.
“Oh iya aku ada kerjaan di luar kota, maaf aku nggak sempat memberimu kabar.”
“Oh, oke. Take care!” Siska yakin di dalam sana Radian dan Wika sedang enak-enak.
“Nanti kalau aku dah pulang, aku jemput kamu dan kita jalan-jalan ya?”
“Oke.”
Percakapan mereka berakhir.
Mendengar kebohongan Radian, Siska meneteskan air mata dan memilih meninggalkan apartemen itu. Setibanya di pintu keluar, Siska memberikan kue yang sudah dia pesan untuk satpam yang sedang jaga.
“Pak, ini ada sedikit kue. Bapak bisa bagi-bagi dengan yang lainnya. Tolong diterima!”
“Tidak usah mbak!”
“Ini tidak ada unsur jelek apapun pak, ini murni dari saya. Ini tidak basi dan masih layak konsumsi.”
“Baiklah saya terima dan terima kasih ya mbak.”
“Sama-sama Pak.”
“Tapi maaf, mbak kenapa menangis?” Tanya satpam.
Tidak menjawab, Siska langsung pergi. Dia mengendarai mobilnya dan menuju rumah Maya. Dia curahkan semua yang terjadi kepada Maya, sahabatnya sejak SD.
“Lalu apa yang akan lu lakukan sekarang? Nggak mungkin kan lu tetap mau melanjutkan pernikahan ini?” Tanya Maya.
Siska memandang Maya.
“Jangan bilang lu masih mau melanjutkan pernikahan dengan Radian?” Maya mengerutkan alisnya.
Siska mengangguk.
“Gila! Lu udah dibohongi dan diselingkuhi masih mau menikah dengan dia?” Ucap Maya.
“Gue rasa Radian belum bosan dengan gue. Mungkin gue cuma jadi pelampiasannya, tapi gue udah terlanjur cinta sama dia. Gue juga udah menyukainya sejak SD, lu tahu sendirikan kan? Mana mungkin gue rela lepasin dia begitu aja.” Jawab Siska.
Mendengar penjelasan Siska, Maya tidak bisa menjawab sepatah katapun. Dia hanya bisa melongo keheranan.
“Maya, lu harus bantuin gue mengurus pernikahan. Ini sudah tinggal 2 bulan lagi, gue mau acara pernikahan gue berlangsung sangat mewah.” Ucap Siska.
Maya lagi-lagi tidak menyahut, dia masih keheranan dengan niat Siska.
“Maya, hari ini lu harus datang ke butik Mawar Merah. Suruh pemilik butik menyediakan gaun pernikahan mahal dan indah. Harganya puluhan juta tidak masalah.” Ucap Siska.
“Kenapa harus gue, seharusnya lu sendirilah.” Maya menolak.
“Lu nggak lihat gue sedang berduka kayak gini? Apa sih susahnya pergi ke butik dan memesankan apa yang aku suruh padamu?” Suara Siska mulai tinggi.
“Berduka apanya? Wong lu ya tetap mau menikah dengan dia meski sudah menyelingkuhi lu. Terus duka lu bagian mana?”
Mendengar jawaban Maya, Siska langsung berdiri dan membentak Maya cukup keras.
“Jangan ikut campur urusan gue lebih dalam, sekarang lakukan apa yang gue suruh!” Ucap Siska.
“Sudah gue tebak, ujung-ujungnya lu mau nyusahin gue.” Gerutu Maya dalam hati.
“Gue nggak bisa hari ini. Gue bisanya besok.” Jawab Maya, Siska tidak merespon.
*
Keesokan harinya, Maya pergi menuju butik. Dia menyampaikan pesan Siska kemarin.
Tidak berapa lama, Siska datang ke butik.
“Loh, lu juga kesini? Kalau gitu kenapa nggak lu aja yang nyampein kenapa harus gue?” Maya kaget, dia agak kesal melihat Siska yang datang ke butik padahal dia nyuruh Maya sebelumnya.
“Kenapa? Terserah guelah.” Jawab Siska tanpa merasa bersalah.
Maya tidak bisa menahan kesal, dia keluar butik meninggalkan Siska. Siska juga tidak merasa bersalah.
“Maya, tunggu gue ngapa? Lu kan sahabat gue.”
Maya menghentikan langkahnya.
Maya tipe gadis tidak enakan, apalagi ini dengan sahabatnya sendiri. Meski faktanya Siska sering semena-mena kepada Maya, dalam pertemanan mereka Maya merasa dirinya diperlakukan sebagai asisten oleh Siska bukan diperlakukan layaknya sahabat. Tapi, Maya berusaha menahan semuanya dan dia memutuskan tidak meninggalkan Siska sampai sekarang.
Setelah menunggu hampir dua jam, Siska sudah menyelesaikan urusannya di butik itu. “Maya, yuk kita ke cafe dulu! Gue yang bakal traktir lu.” Sebelum Maya menjawab, Siska sudah menarik tangan Maya masuk ke mobilnya.
“Gue udah nggak sabar pengen segera nikah sama Radian. Nggak apa-apa dia selingkuh, lihat saja nanti gue akan membuat dia membayar semuanya.” Ucap Siska sambil memasang seat belt mobil dan menghidupkan mobilnya.
Maya masih kesal dengan Siska, dia tidak menggubrisnya.
Tiba-tiba.
Bruak
Mobil belakang Siska di tabrak mobil lain.
“Kurang ajar, mereka nggak lihat ada mobil di sini?” Siska membuka pintu mobil.
Maya ingin mengikuti Siska, dia juga membuka pintu mobil di sampingnya.
Nahasnya setelah pintu mobil Siska dibuka, ada laki-laki nyelonong masuk sambil menodongkan pistol kepada Siska.
“Apa-apaan ini?” Siska terkejut.
Belum reda rasa terkejutnya, Siska mendapati Maya sudah tidak ada di sampingnya.
“Maya? Lu kemana May?” Siska menoleh.
“Diam! Jangan bergerak! Atau lu mati saat ini juga.” Gertak laki-laki yang terlihat usianya masih muda sambil menodongkan pistol ke kepala Siska.
Siska langsung terdiam. Hanya bola matanya yang melirik kesana-kemari mencari keberadaan Maya.
Siska mengamati siang itu sekitar butik sedang sepi dan artinya kecil kesempatan Siska untuk minta tolong dan selamat.
Belum sempat menemukan keberadaan Maya, masuk dua laki-laki asing lain dalam mobil Siska, satu masuk dari pintu belakang dan satu masuk dari pintu depan.
Siska tambah syok, kini dia di dalam mobil bersama tiga laki-laki asing yang berperawakan sangar dan kejam.
“Pindah lu ke belakang!” Suruh laki-laki yang mengacungkan pistol.
Tanpa menunggu persetujuan Siska, laki-laki yang duduk di bangku belakang langsung menarik tubuh Siska. Setelah itu, mereka langsung melajukan mobil dan membawa Siska pergi tanpa mengizinkan Siska bertanya sepatah kata pun.
“Selamat datang bapak Farel sekeluarga, mari saya antar ke dalam!” Keluarga papa Farel termasuk salah satu tamu penting, jadi penerima tamu menyambut dan mengantarkan mereka ke tempat duduk yang sudah dipersiapkan. Papa Farel dan yang lainnya mengikuti penerima tamu tersebut. Terlihat dalam gedung sudah cukup banyak tamu undangan yang datang. Namun, keluarga Siska belum ada yang terlihat sama sekali. “Mungkin mereka masih di ruang make up kali ya.” Ucap mama Lia. “Mungkin Ma.” Jawab Ratih. “Mama nggak menemui mereka?” Tanya papa Farel. “Enggak Pa, kita nunggu di sini saja.” Jawab Mama. Mereka paham, kondisi mama sedang sedih mengingat Maya belum ditemukan. Terlebih lagi, Mama masih merasa terpaksa melakukan selamatan untuk Maya setelah acara Siska nanti. Setelah menunggu setengah jam, Kai dan keluarganya datang. Kai sangat tampan dengan berpakaian serba putih, jalannya gagah dan dia tersenyum bahagia. Tidak berapa lama penghulu datang dan ijab qabul siap dilaksanakan. Tidak b
Tiba hari lamaran Siska dan Kai, keluarga Siska mempersiapkan lamaran dengan mewah dan meriah. Keluarga Kai juga sudah menyediakan hantaran barang branded dan mahal. Hari itu semuanya bahagia, terutama keluarga Siska dan Kai. Keluarga Maya berusaha tersenyum dan ikut merayakan kebahagiaan keluarga Siska. Namun, tidak bisa dibohongi keluarga Maya sangat sedih karena Maya tidak bisa melihat sahabatnya bahagia dan Maya juga tidak ada saat acara bahagia tersebut. Setelah acara lamaran berlangsung, Siska menyadari mama Lia dan kaka Ratih menangis. Siska merasa bersalah dan menghampiri mereka. “Tante Lia, Kak Ratih. Maafkan Siska, seharusnya Siska menunggu Maya untuk pulang dahulu.” Siska menggenggam tangan mama Lia. “Tidak apa-apa Nak, kamu berhak bahagia. Kami cuma ingat dengan Maya saja. Pasti Maya akan bahagia melihat kamu bahagia.” Ucap mama Lia sambil menepuk pundak Siska. “Ini hari bahagiamu, kamu berhak bahagia.” Sahut kak Ratih. Orang tua Siska mendekati keluarga Maya, “Maaf
“Kai, sejak penculikanku dengan Maya, Radian tidak pernah muncul. Dia seperti hilang ditelan bumi, sampai sekarang juga belum ada bukti yang bisa menjebloskan dia ke penjara.” Kata Siska. “Dia yang melakukan kesalahan pasti dia takut untuk menampakkan diri, tapi cepat atau lambat pasti si bajingan itu akan segera masuk penjara dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.” Jawab Kai. “Nak Kai, Siska, ayo makan dulu! Makanan sudah siap.” Mama Sintya mendatangi mereka di taman belakang rumah dan menyuruh mereka makan terlebih dahulu. Pada kesempatan ini, Kai berusaha mengungkapkan keinginannya untuk menikahi Siska. Sejak awal kenal Siska, Kai sudah menyimpan rasa cinta mendalam. Meski masa lalu Siska sangat buruk, tapi Kai tidak mempermasalahkan hal itu. Setelah selesai makan, Kai memulai pembicaraan. “Papa Deon dan Mama Sintya, Kai ingin membicara hal serius dengan kalian” Ucap Kai. Di sini Siska sudah tahu maksud Kai, namun Siska masih belum yakin mengingat masa lalunya yang buruk.
Pada malam yang sunyi, terdengar suara tangisan pelan. Papa Farel terbangun dan melihat istrinya menangis tersendu-sendu dalam tidurnya. “Mama, mama, mama, bangun!” Papa Farel menggoyang-goyangkan tubuh mama Lia. “Pa.” Mama langsung memeluk papa. “Mama kenapa?” “Pa, Mama bermimpi Maya berlarian di sebuah taman yang indah.” “Ya Allah, itu hanya mimpi Ma. Pasti Maya bakal ketemu cepat atau lambat.” “Tapi, saat Maya mama ajak pulang, dia nggak mau pulang Pa. Dia malah tersenyum dan terus lari-larian dan nggak menggubris mama.” “Udah Ma, itu hanya mimpi.” Papa berusaha menenangkan istrinya, meskipun tidak bisa dibohongi papa Farel juga takut dan kepikiran dengan mimpi istrinya. “Maya, Maya, Mayaaa!” Ratih teriak sangat keras sampai membangunkan Luthfi. Sedangkan papa dan mama yang sedari tadi sudah bangun, langsung kaget dan berlari menuju kamar Ratih. “Ratih, Ratih, bangun!” Luthfi menggoyang-goyangkan badan adiknya itu. “Luthfi, kenapa adikmu?” Tanya papa dan mama. Ratih te
Di lorong gang sempit yang jauh dari jalan besar, banyak rumah-rumah kecil yang tidak berpenghuni. Tapi pada bagian paling pojok, ada satu rumah yang masih berpenghuni. Beberapa laki-laki keluar masuk dalam rumah tersebut. Ternyata dalam ruangan itu, Siska tergeletak tanpa busana di atas kasur busa kumuh. Siska berusaha merangkak keluar, tapi lagi-lagi ada laki-laki asing yang menyeretnya masuk dan memperkosanya. Ternyata Siska sudah mengalami penyiksaan itu selama tiga hari, dia disiksa tanpa diberi makan dan minum. Kegiatannya sehari-hari hanya melayani laki-laki asing yang entah datangnya dari mana. “Kapan gue bisa keluar dari sini?” Ucap Siska dalam hati saat laki-laki asing sedang memperlakukannya dengan keji. Suaranya sudah bisu dan tenaganya juga sudah menjadi batu, dia hanya pasrah saat diperlakukan seperti binatang oleh banyak laki-laki. Setiap detik kehidupannya bagaikan neraka yang entah kapan akan berakhir. Siska ingin segera mati dan tidak mau melewati lagi hal-hal
Tin, tin, tin Suara klakson bersaut-sautan membuat Maya terbangun. Maya samar-samar melihat dunianya gelap dan ada dua suara laki-laki di sekelilingnya. Maya mencoba membuka matanya lebih lebar dan ternyata matanya ditutup kain yang membuatnya tidak bisa melihat dunia luar. Dia juga sadar saat ini mulutnya dilakban dan kedua tangannya diikat. “Apa yang terjadi sama gue?” Tanya Maya dalam hati. Ingatannya kembali ke kejadian tadi siang, di mana dia keluar dari mobil dan langsung dibius oleh orang tidak dikenal. Setelah itu, Maya lupa dengan kejadian selanjutnya. “Kita apakan dia?” Tanya satu laki-laki ke laki-laki lainnya. “Bos suruh kita menghabisinya atau kita perkosa saja, kita bunuh, dan kita buang mayatnya di hutan.” Jawab laki-laki satunya. Mendengar obrolan laki-laki itu, Maya deg-degan, pikirannya meracau kemana-mana. Dia tidak berani menggerakkan badannya dan terus pura-pura pingsan. Tiba-tiba terdengar bunyi telepon. “Iya bos. Gadis ini sudah ada di mobil kami. S
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments