DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 22Tujuh hari kemudian kuhabiskan untuk mengunjungi psikolog yang juga seorang ustadzah. Karena bagaimanapun tegarnya aku, menyaksikan Mama ditabrak mobil, terpental lalu terbanting dengan kepala lebih dulu membentur aspal adalah pemandangan paling membekas di benakku. Bermalam malam setelahnya, aku kerap terbangun sambil menjerit histeris dan menangis. Aku seperti tak rela, bahwa Mama yang beberapa menit sebelumnya masih memelukku di atas boncengan motor, Tiba-tiba pergi dengan cara yang tragis."Apakah Adik Nadya mau menggugat ketetapan Allah?" Tanya Ustadzah dengan suara yang lembut.Aku terdiam. Bayangan Mama terus saja mengganggu benak."Istighfar sayang. Bahkan sehelai daun yang jatuh saja tak akan terjadi tanpa seizin Allah."Hari itu, aku menghabiskan air mata seharian, tak peduli Aryan dan Intan yang setia mengantarku melihat mataku yang bengkak. Setelahnya aku berjanji dalam hati bahwa tak akan menangis lagi. Mama telah bahagia disana, perg
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 23"Intan beneran nggak masuk Tiur? Apa katanya?"Aku terkejut karena mendapati Intan benar-benar tidak masuk kantor keesokan harinya. Ponselnya bahkan tak aktif sejak tadi malam.Tiur mengangguk. Dia mengalihkan tatapannya dari layar komputer di hadapannya."Bukan cuma izin. Dia cuti satu minggu. Katanya ada keperluan keluarga, mau pulang kampung." Jawab Tiur. "Dia izin pakai apa? Hapenya nggak aktif kok.""Kan pakai surat pengajuan cuti Mbak. Dia mengajukan kemarin sore. Malah semua pekerjaannya sudah beres semua."Aku termangu. Kenapa aku bisa lupa? Kupikir Intan kemari hanya bercanda. Dan bukankah hari ini ada meeting? Biasanya Intan sebagai admin yang paling sibuk. Tapi pengajuan cutinya di acc karena pekerjaannya sudah rampung semua. Aku mencoba menghubunginya lagi, tapi nomornya tak aktif, pesan WA-ku juga hanya ceklis satu. Intan tak pernah seperti ini. "Mbak Nadya, kita mulai meeting jam sembilan ya. Direksi sudah di jalan." Mbak Sari mema
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 24Aku menatap layar televisi dengan nanar. Adegan para polisi yang tengah memasukkan kantong mayat berwarna hitam, lalu garis polisi berwarna kuning yang membuat dadaku berdebar keras.Seharusnya semua itu tak memberi pengaruh berarti bagiku. Seharusnya, jika saja aku tak mengenal si korban.JN. Jenny Natalie. Aku sangat yakin itu. Apalagi kemudian pembaca berita mengatakan bahwa korban adalah seorang dosen di sebuah universitas ternama. Seorang dosen yang beberapa waktu lalu terkena kasus dan akhirnya dipecat dari kampus dengan tidak hormat. Sosoknya menghilang setelah pemecatan itu dan tiba-tiba saja ditemukan dalam keadaan meninggal dunia di apartemen pribadinya. Jenny. Kenapa justru Jenny? Siapa yang membunuhnya? Dan bagaimana reaksi Mas Haris jika tahu wanita yang sangat dia puja itu pergi dengan cara yang mengenaskan."Nadya! Nadya!"Seseorang menggoyang goyangkan bahuku dengan keras. Aku tersadar ketika sepasang tangan mengangkat tubuhku dan
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 25PoV HARIS (21+)Sudah lama sekali aku menyimpan rasa ini hingga rasanya hampir mati. Setiap kali aku melihatmu dan Jenny tengah bermesraan, aku gemetar, lalu menggigil, membayangkan seandainya saja itu aku. Namun aku tahu cinta tak bisa dipaksakan. Karenanya aku hanya bisa ikut bahagia melihatmu berbahagia dengan dia. Sampai Nadya datang dan merusak segalanya. Haris, aku turut berduka atas kematian Jenny. Jika kau butuh teman bicara, kau tahu harus kemana menghubungiku.Salma.Salma. Gila! Ini benar-benar gila! Jadi selama ini Salma mencintaiku? Bahkan meski dia tahu bahwa aku rela menjadi budak Jenny seumur hidupnya.Seumur hidup. Dan kini Jenny tidak hidup lagi. Dia sudah mati.Kutekan dadaku yang terasa nyeri. Mengapa Jenny harus mati sebelum sempat bertemu denganku lagi? Bahkan pertemuan terakhir kami hanya berisi pertengkaran karena dia menolak mengundurkan diri dari kampus. Lalu wanitaku marah besar dan tak mau kutemui berhari-hari lamanya. H
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 26Aku memasang kuda-kuda yang kokoh di kedua kakiku. Sekedar menendang perut atau selangkangan, atau menyarangkan tinju ke dada, sepertinya bukan hal yang sulit, pikirku sambil membayangkan diriku ada di lapangan, sedang berlatih taekwondo bersama Sabeum dulu. Pengalaman mengajarkan agar aku selalu berhati hati. Apalagi kini aku punya musuh. Seseorang didalam sana, bisa jadi bukan Intan. Mungkin saja ada seseorang yang bersembunyi dari kejahatan yang dia lakukan pada sahabatku.Ketika aku bersiap menggedor pintu untuk kesekian kalinya, terdengar suara kunci diputar dari dalam. Lalu, pintu terbuka perlahan.Jika ada pemandangan yang membuatku sedih selain saat menatap kepergian Ibu adalah saat ini. Ketika pintu dibuka, sepasang mata yang selama ini membuatku cemas, menatapku dalam. Matanya basah dan penuh gelisah. Aku tertegun sejenak, lalu merangsek masuk, menutup dan mengunci pintu. Kutangkap tangannya yang terasa lemah."Intan, jadi selama ini kau
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 27Pagi pagi sekali, aku menelepon Aryan, memberi kabar bahwa aku sudah menemukan Intan. Tiga puluh menit kemudian, Aryan tiba menggunakan motorku. Tanpa ragu, dipeluknya sepupunya itu. Bagi Aryan, meski Intan bukan sepupu kandung dan mereka tidak bertalian darah, Intan adalah adik yang harus dia jaga. Mereka tumbuh bersama setelah Tante Rosa membawa gadis kecil berwajah murung yang dulu sangat pendiam.Dalam pelukan Aryan, Intan menangis lagi. Sedih sekali melihatnya ketakutan dan tertekan seperti itu."Setelah memberi kesaksian, aku akan menelepon Tante Rosa. Sebaiknya kau ikut ke Amerika."Intan menggeleng. "Aku tak henti merepotkan Mama.""Tidak In. Kau adalah anaknya juga. Bukankah Tante Rosa sudah mengajakmu ikut? Kau hanya tak rela meninggalkan pekerjaanmu."Intan diam saja, dia menarik tubuhnya dari pelukan Aryan, dan duduk di sofa."Apakah jika aku mengakui bahwa aku pernah berniat membunuh Jenny, aku juga akan dipenjara?" Tanyanya lirih."Ka
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 28Selepas isya, Intan bersikeras pulang ke kost-an nya. Dia juga menolak toyota camry yang hingga kini masih parkir di depan rumah. Bahkan dia tak mau sekedar menoleh sedikit saja. Untunglah aku tak lupa meminta nomor ponsel Ayah Intan. Kuminta dia mengambil lagi mobilnya sambil menerangkan kalau Intan memaksa pulang ke kost naik taksi online. Menjelang tengah malam, Ridwan Sanjaya tiba di rumahku dengan wajah gundah. Ditemani Papa, aku menemuinya di teras rumah."Dia sangat marah padaku." Ujar lelaki setengah baya itu dengan pandangan menerawang. "Aku memang lelaki bajingan, dan pecundang. Aku tak pantas dimaafkan."Aku tahu dia terjerat rasa sesal yang dalam. Jenis rasa sesal yang membuatmu merasa ingin mati saja. Pernikahannya dengan Jenny tak membuahkan seorang anak pun, sementara satu-satunya anak yang dia punya menderita karena ulahnya."Tolong beri tahu dimana kost anakku. Aku harus memastikan Intan baik baik saja. Aku akan mengirim pengawal u
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 29Aku berdiri diam, menunggu hingga isak tangis di dalam toilet mereda dan kucuran air berhenti. Lalu, pintu terbuka dan sepasang netra yang basah menatapku dengan raut terkejut."Kenapa kau menungguku?"Aku tersenyum getir. "Bukankah kita biasa seperti ini? Kenapa harus berubah?""Harus. Nadya, bukankah sudah ku suruh kau agar melupakan aku? Anggap saja kita tidak saling kenal."Suara Intan bergetar. Aku mendekat, menyisakan jarak sekian centi dari wajahnya."Apakah menurutmu semudah itu? Aku tidak tahu apa salahku Intan. Katakan! Katakan apa salahku!"Intan diam saja. Dia berusaha memalingkan wajah dariku. Namun kupaksa dia agar tetap menatap mataku."Apa kau marah karena aku memberi nomor ponselmu pada Ayah kandungmu?"Ada sedikit sentakan dalam ekspresi wajahnya. Lalu datar."Intan, aku minta maaf untuk itu, tapi aku tak bisa membiarkan seorang Ayah yang menyesali kesalahannya dimasa lalu, cemas pada keadaan putrinya."Mungkin aku salah karena te