Misteri Kematian Sang Pelukis

Misteri Kematian Sang Pelukis

By:  Crearuna  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
15 ratings
22Chapters
9.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kematian Napta, membawa Diara dan Glagah ke permasalahan yang rumit. Melibatkan dendam keluarga. Akar masalahnya adalah ambisi yang membawa seseorang melangkah jauh ke dalam kegelapan.

View More
Misteri Kematian Sang Pelukis Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Seliani Okoy
Cerita yang luar biasa dan menarik. Perpaduan seni, budaya, dan siasat.
2021-11-09 12:51:50
0
user avatar
chocolyna034
suka sama ceritanya, alur dan diksinya juga bagus
2021-11-02 13:09:23
0
default avatar
Sos83573789
bnr² misteri bikin penasaran
2021-09-19 16:22:39
0
user avatar
Teresia
bagus ceritanya
2021-07-19 13:56:44
0
user avatar
Khrismaya Diyan
bagus menarik bikin nagih bacanya
2021-07-04 11:21:42
0
user avatar
Azalea Hellen
Semangat Kak! ^_^
2021-06-30 22:30:31
0
user avatar
Azalea Hellen
Aku suka cerita seperti ini. Seru abiess
2021-06-30 22:27:45
0
user avatar
Perindu Surga
mantab kak
2021-06-14 14:26:09
0
user avatar
Kim Miso
ayeyy cerita baruuu😍😍
2021-06-12 14:25:33
0
user avatar
zara
cerita yang menarik, diara sama glagah endingnya gimana, nih? haha
2021-06-11 19:12:00
0
user avatar
athena_vivian
Yok...ayok..gaskeunnnn
2021-05-25 17:07:55
0
user avatar
athena_vivian
Yok...ayok..gaskeunnnn
2021-05-25 17:07:55
0
user avatar
athena_vivian
Yok...ayok..gaskeunnnn
2021-05-25 17:07:55
0
user avatar
athena_vivian
Yok...ayok..gaskeunnnn
2021-05-25 17:07:54
0
user avatar
athena_vivian
Yok...ayok..gaskeunnnn
2021-05-25 17:07:53
0
22 Chapters
Bayangan Kematian Saat Purnama
Diara berjalan cepat, tugasnya hari ini adalah membuka kantor lebih awal. Jam enam pagi dia sudah menyusuri parkiran menuju gedung yang sudah tiga tahun ini menjadi tempatnya bekerja. Sebuah gedung yang berdiri di tengah kota, dengan gaya arsitektur kuno yang mencolok, berbeda dengan sekitarnya. Entah apa yang ada di pikiran pemilik gedung ini awalnya, hingga dia mendirikan bangunan nyentrik itu di blok tersendiri, jauh di belakang, jadi untuk menjangkaunya harus berjalan kurang lebih 10 menit dari parkiran. Diara mempercepat langkahnya, dia tak ingin mendapat omelan dari bosnya. Begitu sampai di depan gedung yang menjadi tujuannya, Diara memasukkan kunci ke pintu yang tingginya hampir 3 meter itu, dia mendorong pintu dengan sedikit kekuatan yang tersisa, dia belum memakan sarapannya.“Di!” sebuah teriakan mengagetkannya tepat setelah pintu itu terbuka sempurna.“Pak Napta.” Diara mengatakan nama bosnya dengan tak percaya, laki-laki itu sudah be
Read more
Kejutan Selanjutnya
Diara bergegas kembali ke flatnya. Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Dengan kondisi kantor yang tak lagi punya pemilik, Diara tak mungkin bekerja. Dia harus memikirkan untuk mencari pekerjaan lain. Setibanya di flat, Diara membuka laptopnya, mencari artikel tentang Bulan Sriwedari. Laman Google menunjukkan beberapa artikel tentang putri bungsu miliuner Hardjo Sriwedari yang mempunyai beberapa kartel bisnis di kota ini. Di sana banyak artikel yang mengatakan bahwa putri bungsu ini jatuh cinta terhadap seorang yang tidak sepadan dengan keluarganya. Seorang dari kalangan biasa, tapi tak bisa dibuktikan siapa orang itu. Banyak spekulasi menyebar, ada yang mengatakan bahwa orang itu hanya memanfaatkan Bulan, hanya ingin menguras hartanya. Artikel tentang menghilangnya Bulan yang sampai sekarang tidak bisa ditemukan bahkan mengatakan Bulan dibunuh oleh laki-laki yang dicintainya tersebut, tetapi lagi-lagi tidak ada bukti yang bisa membuat kasus ini masuk ke pengadilan. Bahkan siapa s
Read more
Buku Harian Bulan
Pemakaman Napta berlangsung khidmat, pusara besar yang didesain khusus dengan lukisan Napta yang berjudul Kematian terlukis di sana. Napta sudah menuliskan semua yang harus dilakukan oleh Glagah bila dia tiada, salah satunya adalah pusara itu. Di pemakaman mewah yang berada di bukit inilah jasad Napta dibaringkan. Hanya segelintir orang yang datang, karena Glagah membatasi tamu yang datang. Gita melangkah tegap dan meletakkan mawar hitam kesukaan Napta di sana, berkumpul dengan beberapa tangkai lainnya.“Aku tak menyangka kamu pergi secepat ini. Lukisanmu akan segera menjelma menjadi mural terbagus di kota ini. Aku akan selalu mengenang karya-karyamu,” Gita mengatakan kalimat perpisahannya. Mengangguk pada Diara dan Glagah lalu pergi.Prosesi yang sedikit memakan waktu tak membuat Diara dan Glagah bisa bersantai setelahnya. Mereka segera mengurus kepindahan Diara. Barang-barang Diara tak banyak, jadi sekali angkut sudah bisa membawa semuanya. Untuk sementar
Read more
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan?
Diara memasukkan kembali buku harian Bulan ke dalam nakas. Glagah memintanya untuk segera makan. Karena sejak acara pemakaman Napta Diara belum memakan apa pun. Diara mengikuti Glagah menuju dapur. Lantai dua yang terdiri dari beberapa ruangan ini sangat besar bagi Diara yang biasa tinggal di flat kecil. Ada 4 kamar besar, ruang makan, dapur, bahkan ruang untuk bersantai. Saat dulu Napta ada Diara jarang naik ke lantai dua ini. Karena kegiatan Diara berpusat di lantai satu.“Kita harus memastikan Gita mau bercerita nanti malam, tentang ketertarikannya terhadap lukisan Napta. Kalau yang ditulis Bulan itu benar,maka Gita tak tahu siapa Napta sebenarnya,” kata Glagah setelah mereka duduk di meja makan.Diara mengangguk sambil menyuap nasi dan omelet yang Glagah buat.“Makanlah, aku tidak sempat membeli bahan makanan, jadi hanya bisa memasak itu untuk hari ini,” kata Glagah.“Ini sudah lebih dari cukup, terima kasih,” kata Diara.“Tidak usah berterima kasih
Read more
Hasil Tes DNA
ꦤꦮꦁ¹ huruf Jawa yang tercetak di sampul amplop dan sampul buku yang Diara temukan. Diara tak tahu artinya, sepertinya itu adalah nama seseorang atau apa. Diara meninggalkan lukisan itu dan segera menghampiri Glagah untuk menunjukkan temuannya.“Ada apa?” tanya Glagah.Diara menunjukkan amplop coklat itu.“Kamu tahu artinya?” tanya Diara.Glagah menerima amplop itu dan membaca aksara jawa yang tertera di sana.“Na-wa-ng, Nawang,” kata Glagah setelah berpikir sekian detik.“Nawang? Kamu bisa membaca aksara Jawa?” tanya Diara penasaran.“Hm … ya, Nenekku selalu menyuruhku untuk menulis surat padanya dengan aksara Jawa. Dia tidak ingin aku melupakan warisan leluhur. Dia tidak ingin aku seperti anak muda jaman sekarang yang tidak tahu budaya leluhurnya,” kata Glagah membuat Diara terpana.“Wow, aku jadi pengen kenal Nenekmu,” kata Diara tanpa sadar.“Lupakan. Di mana kamu menemukan ini?” tanya Glagah mengalihkan pembicaraan.
Read more
Prana Jiwo
Prana Jiwoꦥꦿꦤꦗꦶꦮꦺꦴ¹Seseorang memperhatikan Diara dan Glagah dari kejauhan. Dia menghembuskan nafasnya berat, seolah ada beban yang tersemat. Lalu dia pergi sambil menelepon orang lain.[Kalian di mana, aku sudah menyuruh orang untuk mengambil lukisanku. Dan kalian ikutlah ke gudang, aku akan menunjukkan koleksiku,] pesan Gita di ponsel Diara.Glagah dan Diara bergegas kembali ke gedung. Setibanya mereka di sana, sudah menunggu beberapa orang dari ekspedisi yang bertugas untuk mengambil lukisan. Diara membuka pintu depan dan mempersilakan orang-orang itu mengambil lukisan. Setelah Glagah mengambil surat legalitas dan sertifikat jual beli, mereka mengikuti truk ekspedisi ke gudang penyimpanan Hardjo Company.Gedung yang sangat luas itu hanya berlantai satu. Glagah dan Diara mengikuti orang-orang itu. Gita sudah menunggu mereka di pintu. Sambil tersenyum bangga Gita mengajak Glagah dan Diara masuk dan melihat isi dari gudang itu. Diara harus menaha
Read more
Kenyataan
Glagah memacu mobilnya ke arah yang ditunjukkan oleh peta digital di dashboard mobil. Jl. Tawangmangu. Entah apa yang akan mereka temukan di sana, itu hanya satu-satunya petunjuk untuk mengetahui ada apa ini sebenarnya. Mobil Glagah memasuki jalan kecil, dan buntu, tapi benar jalan itu berpelang Tawangmangu. Jalan itu menuju ke sebuah gerbang rumah yang berdiri kokoh. Gerbang dari kayu yang sangat tebal dan tinggi. Mereka turun dari mobil dan melihat ke sekeliling yang rimbun dengan pepohonan.Tiba-tiba pintu terbuka, orang yang membawa pesan tadi keluar dan memberi isyarat kepada Glagah dan Diara untuk masuk, membawa mobil mereka. Begitu memasuki gerbang, sebuah rumah joglo lengkap dengan pendapa, dan beberapa bangunan kecil di samping menyamping rumah inti.“Ini rumah siapa?” tanya Diara penasaran.“Aku juga tidak tahu, tapi sepertinya dia tahu tentang semua ini,” kata Glagah.“Silakan menunggu di pendapa, Tuan Karya akan segera keluar,” kata orang yang
Read more
Kenyataan 2
Gita sedang menghubungi seseorang. Tampak raut wajahnya gelisah. Bagaimana kebetulan ini bisa terjadi. Hah, tato ini menjadi sumber masalahnya. Tapi Ibunya bahkan tidak mau Gita menghapus tato itu. Katanya tato itu akan mengukuhkan kekuatan yang selama ini tak ter bayangkan olehnya. Orang di seberang saluran telepon berusaha meyakinkan dia, bahwa Glagah bukanlah ancaman. Tapi tetap harus dihilangkan untuk kemungkinan yang tidak diketahui nantinya. Gita tahu dia bukan anak Hardjo Sriwedari dan Nawang Wulan. Dia adalah anak dari kesalahan Hardjo yang akhirnya membuat keluarga bahagia Hardjo berada dalam kehancuran. Gita yang tahu tentang kenyataan ini 10 tahun lalu semakin liar dengan kedatangan seorang yang mengaku kalau dia adalah Ibu biologis Gita. Perempuan bernama Wita itu bahkan mengatakan tato yang hanya dia dan keluarganya yang tahu. Gita yang saat itu tak peduli dengan keberadaan tato di tubuhnya mengabaikan semua kemungkinan. Lalu saat perempuan itu masuk ke rumah ini dan mu
Read more
Perjalanan
Pesawat Glagah dan Diara bertolak dari Bandara Soekarno Hatta tepat jam 7 malam. Perjalanan yang akan memakan waktu 18 jam itu membuat Diara cemas. Dia belum pernah pergi ke luar negeri sebelumnya. Glagah yang tahu kecemasan Diara mencoba menenangkan.“Kenapa kamu tidak jujur padaku tentang keluargamu?” selidik Diara mencoba untuk mengatasi kecemasannya.“Kan sudah aku bilang tadi, kami harus berada dalam anonimitas. Dan juga sekarang bukan aku yang memegang peranan penting itu. Ayah bahkan tidak memberitahuku siapa. Aku hanya boleh tahu bahwa aku bagian dari mereka. Profesiku sebagai pengacara bisa membantu mereka,” papar Glagah sambil menghela nafasnya.“Sepertinya Laut yang memegang peranan itu sekarang, kalau dilihat dari gelagat dia yang tahu semuanya,” Diara mencoba menebak. “Bisa jadi. Karena setahuku memang hanya keluarga inti yang bisa menjadi penerus. Selama ini aku berpikir Ayah yang mener
Read more
Bertemu Bintang
Glagah melajukan mobilnya ke jalan raya Sommebakken untuk mencari pintu masuk ke Tanargevegen. Pemandangan pertanian nan hijau terhampar sepanjang jalan. Membuat Diara sejenak melupakan tentang tujuan mereka berada di sini. Perjalanan darat yang menyenangkan. Diara yang baru pertama kali ke luar negeri sungguh menikmati perjalanannya. Saat mobil mereka melintasi Snode, terlihat laut yang biru di sebelah kiri mereka.“Itu laut!” teriak Diara kegirangan.“Maaf, aku baru pertama kali ke luar negeri,” kata Diara canggung menyadari kekonyolannya.“Hahahaha, tidak apa-apa. Mulai sekarang biasakanlah, mungkin dengan uang yang kamu pegang sekarang kamu akan mulai berkeliling dunia setelah masalah ini selesai,” kata Glagah membuat Diara berpikir.“Benar juga, aku kan sekarang punya uang,” batin Diara senang, dia bertekad untuk berkeliling dunia setelah masalah ini selesai.Perjalanan mereka akhirnya tiba di al
Read more
DMCA.com Protection Status