POV Rani
Hari ini, tiba waktunya aku akan pergi ke acara pernikahan bersama Bang Roel. Uda tampan hitam manis dari kota minang itu, memang mampu mencuri hati dan perhatianku. Siapapun perempuan normal yang melihat wajahnya, pasti akan terkesima. Termasuk aku, dan aku … merasa menjadi manusia paling beruntung dapat menjadi sahabatnya. Syukur-syukur lebih dari itu. Tapi aku sadar diri siapa aku ini, sehingga rasa kagum itu, cukup aku saja yang rasa.
Sementara di luar, semua keluarga tengah sibuk mengurus acara pernikahan Mbak Winda dan manager Bank tempatnya bekerja. Namanya, Fahri. Aku kira jodoh Mbak Winda itu Bang Riki, ternyata atasannya sendiri. Setelah menikah, rencana, Mbak Winda dan Ayu akan dibawa pindah oleh Bang Fahri. Sebab, Bang Fahri akan dipindah tugaskan di cabang lain yang berada
Hari ini aku sedikit terkejut melihat Rani sangat cantik datang bersama bosku. Kelihatan sekali Bang Roel menyukai Rani. Seperti mimpi ketika Rani memberikan aku senyum termanisnya. Mungkinkah masih ada sedikit harap untukku?Bang Roel mampu membuatku cemburu, aneh memang ketika melihat keduanya minum dalam satu botol. Sudah sedekat inikah hubungan mereka? Terkadang Bang Roel juga mengusap bibir manis Rani dengan sebelah tangannya ketika ada bekas nasi yang menempel di sudut bibirnya."Sayang, kamu buru-buru?" tanya Bang Roel pada Rani. Aku dan Vina saling melirik. Entah kenapa, perut yang semula lapar menjadi sangat kenyang."Enggak kok. Kan tadi sudah izin sama Mama dan Papa. Yang penting kamu antarin aku pulang," jawab Rani terdengar begitu lembut. Bang Roel tersenyum manis padanya."Vin, tolong ambilin tisu basah di dalam ya!" Bang Roe
POV Anton"Santi, tadi aku tanya kamu kenal dimana sama suami Rani?" tanya Bang Roel yang tengah sibuk mengendarai mobilnya."Dan kamu Anton, tadi kamu belum lanjutkan ucapanmu. Kalian ini sangat pandai membuat orang penasaran," ucap Bang Roel."Em, anu … Bang--." Aku bingung mau jawab apa. Terlebih ketika menatap Vina wajahnya sangat menyeramkan."Kenal lah Bang! Orang mantan suami Rani itu Mas Anton!" jawab Mbak Santi ketus.Cccrriiiitttt!Bang Roel kaget sampai stir yang dikemudikan hampir oleng."Segitunya kamu kaget, Bang. Dekat sama Rani, aku kira sudah tahu!" ucap Santi lagi
POV AntonSudah hampir pukul sembilan pagi toko belum buka juga."Tumben Bang Roel belum datang," ucap Mbak Santi aku diam saja sambil menyeruput kopi."Gimana ya cara mengacaukan hubungan antara Rani dan Bang Roel? Nggak rela banget aku kayaknya," kata Mbak Santi."Iya, nasibnya bagus banget. Nggak kaya aku," keluh Vina. Aku juga belum rela lagi ikhlas melihatnya dimiliki laki-laki lain."Vin, kamu hamil ya?" Pertanyaan Mbak Santi hampir saja membuatku tersedak kopi."Nggak tahu nih, Mbak. Rasanya lapar terus sih, ada rasa mual juga beberapa hari belakangan," desisnya."Coba periksa ke dokter atau bidan
POV Vina"Maaf apa keluhannya hanya itu saja?" tanya Dokter."Iya, Dok. Kadang perut ini mual. Tapi ada rasa lapar," jawabku sedikit khawatir."Ada apa dengan saya, Dokter?" Bersyukur Mas Anton menunggu di luar karena tidak tahan masuk ruangan dokter. Bau obat katanya."Hum!" Dokter menarik nafas sambil berdesis."Kamu jangan suka menunda-nunda makan, lebih baik makan sebelum lapar. Kamu ada asam lambung, itu yang membuat kamu sering merasa mual. Mulai sekarang coba makan yang teratur kalau tidak mau penyakit lambung kamu semakin parah," ujar Dokter. Bahkan sampai hari ini aku belum makan. Habis jalan bertiga sama Mbak Santi, pasti traktir makan segala. Kalau nggak ada Mas Anton sih tidak masalah. Entah, kadang aku
POV Vina…Dua bulan berlalu, usaha untuk mempengaruhi orang tua Bang Roel untuk tidak menikahkan putranya dengan Rani faktanya sia-sia. Mereka sama sekali tidak terpengaruh. Bahkan menasihati Rani, selama masa idah perempuan yang baru saja cerai tidak boleh keluar rumah sampai batas waktu yang telah ditentukan. Bahkan mengetahui Rani hanya seorang janda tidak ada pengaruh apapun. Sebab, mereka menyerahkan semuanya pada Bang Roel. Sejak saat mendapat nasihat dari orang tua Bang Roel, Rani pun menurutinya. Ia bahkan minta maaf karena ketidaktahuannya.Orang tua Bang Roel dan Adiknya juga hampir setiap hari datang ke toko. Menemani aku yang jaga sendirian. Sebab, Mas Anton tengah terbaring sakit sudah hampir tiga minggu. Sedang
POV VINA"Duduklah dulu Uni," ujar Bang Roel."Vina layani, Uni Rika. Dia selalu borong," titah Bang Roel."Kemarin juga Uni habis belanja di sini. Sama adek ini juga yang ngelayani. Tapi kok mahal, Roel? Naik bahannya? Susah Uni jual kalau dari Roel mahal-mahal," keluhnya. Mati aku mati …."Patang Roel indak ado, Ni," ucap Bang Roel menggunakan bahasa minang."Kama Roel pai?" tanya Uni lagi."Ado urusan saketek, sabanta lai baralek, tibo yoo, Ni?" Entahlah aku tidak mengerti apa yang mereka katakan."Samo sia babini? Bauntuang sangaik urang tu dapek kau, Roel."
POV VINA"Mbak, kamu nggak ada masalah 'kan?" tanyaku yang melihat mata Mbak Santi terlihat berkaca-kaca. Matanya terlihat nanar saat melihat mantan suaminya tengah bersama perempuan lain."Sakit banget sebenarnya Mbak melihat pemandangan ini," lirihnya. Baru beberapa bulan Mas Galang bercerai dari Mbak Santi, sudah terlihat sangat rapi dan tampan. Dapat perempuan cantik yang jauh dari Mbak Santi pula. Dan ya, wanita cantik itu juga berhijab. Sedangkan Mbak Santi, cerai dari Mas Galang malah sama saja dan tidak ada perubahan. Malah tampak lebih buruk dari segi penampilan. Badan bengkak tidak beraturan, wajah juga jadi dipenuhi banyak jerawat meski sudah banyak memakai skincare. Dietnya juga gagal dan tidak berhasil. Seluruh badannya kendor. Kasihan juga melihatnya seperti ini. Tapi tidak bisa kupungkiri, Mbak Santi memang kelewatan pada suami. Judes, galak, suka berkata kasar. Padahal Mas Galang mau bekerj
POV Rani"Bang, tidak menyangka rumah tangga kita sekarang sudah berjalan hampir tiga bulan lamanya," lirihku masih dalam posisi bermanja sambil menonton film bersama Bang Roel. Semenjak menikah, kami jarang sekali pergi ke toko. Mas Anton pada akhirnya yang menjadi karyawan tetap Bang Roel. Setiap sore dia akan mentransfer omset toko pada rekening Bang Roel. Begitupun dengan Edy dan Kohar. Mereka akan rutin mentransfer omset toko ke rekening-ku. Paling sesekali aku dan Bang Roel pergi ke tokonya. Intinya semenjak menikah kami lebih banyak pergi liburan ke luar negeri maupun luar kota. Benar-benar travelling keliling dunia. Bersamanya, duniaku benar-benar penuh warna. Tapi ada ketakutan tersendiri dalam diriku. Sampai saat ini, aku masih belum juga hamil. Meskipun Bang Roel tidak pernah menyinggung tentang kehamilan. Jelas saja aku kepikiran ucapan Mas Anton yang mengataiku mandul dulu.Dert