Share

Bab. 6

last update Last Updated: 2023-01-11 09:40:31

“Arin, sudah pulang?” suara Alan mengagetkan Arina tertunduk menunggu angkutan umum sore itu.

“Mas Alan, koq disini?” Arina heran dengan keberadaan Alan di kota ini.

dari pakaiannya nampaknya Alan baru saja menghadiri pertemuan. Kemeja putih bergaris biru yang dilipat hingga siku dengan bawahan celana kain warna hitam dan sepatu pantovel membuat pria tiga puluh tahunan ini nampak begitu menarik di mata kaum hawa. Beberepa pekerja wanita yang juga akan pulang sore itu nampak memandang kagum pada lelaki itu. Namun tidak dengan Arina, tak sedikitpun rasa yang lain terselip di hatinya untuk pria ini, meski Alan jelas sedang berusaha mendekatinya dan memberi perhatian pada Davian, namun Arina sungguh tak merespon, baginya Alan hanya sekedar kawan bermain di kampung dulu.

“Ada kegiatan dari Dinas Sosial yang membahas bantuan untuk masyarakat kampung yang memiliki usaha kecil ataupun kebun Rin.”

“Itu kaya gimana mas?”

“Jadi masyarakat desa yang memiliki kebun atau sawah  satu atau dua petak nanti akan mendapatkan pelatihan tentang tanaman yang layak ditanam sesuai jenis tanahnya, untuk bibit dan pupuknya, nanti akan diberikan bantuan dari pemerintah, melalui aparatur desa Rin, makanya saya dan pak Bahri diundang menghadiri kegiatan ini.”

“Wah bagus dong, berarti Bapak juga bisa dapat bantuan ini.” Harap Arina.

“Insya Allah, Bapak kan ada sawah juga, sebenarnya Bapak kalau kesulitan dengan tenaga saat menanam padi boleh mengganti dengan menanam sayur juga Rin, panennya cepat, tiga minggu saja sudah bisa panen.”

“Tapi pasarannya susah mas, bapak kan sendiri, belum ngangkutnya ke pasar. Mas Safri nggak bisa diharepin terus, beliau juga ada kerjaan sendiri.”

“Itu gampang Rin, untuk pasaran nanti ada dari kantor desa yang bakalan mengurus, bila sudah siap panen, maka pengepul sayuran yang akan datang dan memanen sendiri selesai itu langsung dibayar sayuran para petani Rin. Bagus sebenarnya petani nggak tunggun lama sudah bisa pegang uang, mungkin nggak sebanyak dengan kalau hasil padi atau jagung tapi putaran uangnya cepat kalau bertanam sayur.” Panjang lebar Alan menjelaskan tentang bantuan untuk petani nanti di desa mereka.

Tentu menjadi harapan besar bagi petani seperti orang tua Arina, yang hanya mengandalkan hasil sawah dan kiriman dari Arina.

“Bagus juga mas kalau kaya gitu jadi petani nggak lama menderita.”

“Iya, mungkin lusa atau senin kami mengumpulkan masyarakat di balai desa Rin untuk menyampaikan tentang bantuan ini.”

Arina ikut senang mendengar penjelasan Alan tentang bantuan untuk desa mereka.

Tentu besar harapan bagi para petani disana.

“Kamu capek nggak?,” Alan menyadarkan Arina yang terlihat melamun.

“Dikit mas, akhir bulan soalnya.”

“Boleh temani saya carikan Davi ole-ole?, sekalian jalan – jalan Rin.” Terdengar penuh harap suara Alan mengucapkan itu.

“Jangan repot-repot mas kalau untuk Davi,” Arina merasa tak enak hati.

“Enggak apa-apa Rin, sekalian jalan – jalan mumpung lagi di kota.”

“Tapi yang dekat – dekat aja Mas ya, aku juga nggak tahu jalan sepenuhnya disini, jarang keluar Mas, kecuali untuk kerja dan balik ke kostan. Biasanya kalau jalan Wiwid yang ajak.”

Arina memang tak begitu hafal jalan di kota ini, sekali jalan paling ke mall yang tak jauh dari kantor. Untuk kebutuhan sehari-hari, Arina belanja di pasar tradsisional yang tak jauh dari kost-kostannya. Palingan ke minimarket sejuta umat yang tak jauh dari gang kostanya atau tidak di depan kantornya ini. Kalaupun ada libur Arina lebih memilih pulang ke desa menemui orang tua dan anaknya.

“Iya nggak apa – apa, kita ke mall yang jalan Perintis aja, sekalian ke Ramayana cari kemeja kerja.”

“Boleh deh,”

Arina naik duduk di boncengan motor merah itu, Alan senang bukan main, bisa jalan dan membonceng wanita idamannya ini. Nampak Arina berusaha menjaga jarak di atas motor ini.

Sementara dilantai tiga gedung kantor diatas sana, tampak Damar menahan geram melihat mamanya Davi dibonceng oleh pria asing.

--

Damar seperti orang gila saja mengikuti kemana Arina dan laki – laki itu berjalan. Dia harus sembunyi-sembunyi menjaga jarak namun tetap menjaga wibawa agar tak nampak sedang memata-matai seseorang.

Sempat Arina dengar tadi memanggi nama pria itu. Mas Alan, ini pria yang tempo hari membelikan anaknya robot, waktu berkunjung yang lalu Davi memberitahu papanya ini.

“Robot ini dari om Alan pa.” Suara cadel Davi yang mengatakannya, namun saat itu ada mantan mertuanya jadi tak sempat ditanyai putranya itu.

Damar ingat juga, pernah Arina menyebut namanya saat meminta Arina membuatkan teh, saat itu Arina berbicara di telepon dengan Davian.

“Oh mau merebut jodohku rupanya”, geram Damar dalam hati.

Namun Damar pun sedikit lega, sebab tak nampak sekalipun pria itu berusaha menyentuh atau berbicara dengan Arina terlalu dekat. Pria ini cukup sopan. Bahkan tadi sempat dilihatnya Alan masuk ke mushollah mall yang terletak di lantai atas, Damar juga tadi masuk sholat maghrib. Arina yang tak sholat, terlihat hanya duduk di bangku pengunjung yang tak jauh dari letak musholla. Mungkin sedang datang bulan.

Sekarang mereka sedang berada di Ramayana, terlihat Alan mengambil kemeja dua helai dan sepatu anak kecil juga sepasang sweter berwarna biru tua ukuran Davian. Damar yakin itu pasti untuk putranya. Namun Arina terlihat menolak saat Alan menawari blouse warna putih lengan panjang untuk dirinya. Damar lega.

“Buat Davi aja mas, ini udah cukup.” Arina tetap menolak saat ditawari sepatu warna hitam oleh Alan.

“Kamu tolak semua Rin.” Alan tersenyum masam.

“Jangan mas, ini juga sudah cukup buat Davi.” Arina sungkan.

Alan semakin kagum pada mama muda ini. Hidup seadaanya nyaris kekurangan namun tak silau ketika ditawari barang-barang oleh seseorang, tak seperti wanita pada umumnya. Langsung berbinar mata bila ada pria yang mendekati, entah dengan tulus atau modus.

“Kalau gitu kita makan ya, baru pulang.” Tawar Alan lagi.

“Boleh.” Arina juga memang sudah merasa lapar.

Lalu mereka berdua menuju food court di lantai tiga yang berhadapan dengan bioskop 21.

Alan dan Arina mengambil tempat didepan gerai nasi campur komplit, berbagai pilihan menu sudah tersedia disana. Rasa lapar sejak sore tadi dan lelah berjalan di mall, membuat Arina ingin makan menu yang berat.

Dipilihnya nasi campur cap cay dan ayam goreng, sementara Alan ikut saja dengan menu yang dipesan Arina.

“Minumnya mau apa mas,” Arina menanyai Alan yang tak memegang buku menu.

“ Apa yang ada Rin?”

“Pesan minumnya yang nggak ada di desa mas, kalau es teh nggak usah, di rumah juga bisa buat sendiri.” Arina berguyon.

Lalu mereka berdua tertawa, tak menyadari ada seorang pria yang duduk tak jauh dari belakang Arina yang sedang menahan geram mendengar tawa mereka. Papanya Davian ketar ketir sendiri.

Jadilah milo dingin dan air putih kemasan pilihan mereka.

lalu mereka makan dalam diam agar bisa cepat pulang mengingat waktu sudah hampir pukul delapan malam.

“Makasih Rin, untuk hari ini.” Alan berkata sambil menyeruput milo dingin yang terasa segar di tenggorokan.

“Sama – sama mas, makasih juga sudah beli ini itu buat Davi, jangan sering-sering mas, bisa bangkrut nanti.” Arina tertawa pelan.

“Enggak apa- apa Rin, buat nyenengin Davi, siapa tahu mamanya memberi respon yang baik sama bujang seperti saya.” Alan berkata sambil mencuri pandang pada Arina.

“Jangan Mas. Mas Alan ini bujang, jangan mengharap perhatian sama janda miskin seperti saya mas, banyak perawan diluar sana yang pantas buat mas Alan.” Arina tetap merendah.

“Mengapa tak mau membuka hati untuk saya Rin?” Alan berharap.

“Karna saya tak pantas mas.” Arina mengaduk -aduk milo yang sisa setengah gelas.

“Selalu merendah kamu Rin, apa kamu trauma?”

Arina diam saja. Diam yang menandakan bahwa wanita ini memang sedikit trauma bila berhubungan dengan perasaan pada lawan jenis.

“Kita pulang mas, udah larut.” Pinta Arina sambil melihat jam di pergelangan tangan kanannya.

“Iya, mari kuantar.” Alan meraih jaket dan kunci motor.

Arina membantu membawa tas belanjaan tadi.

Damar tak menyadari bila Arina dan Alan telah beranjak dari tempat duduknya. Justrus suara Yasmin yang menyadarkannya.

“Mas Damar!” seru Yasmin yang tampak girang bertemu mantan yang namanya masih tersimpan di hatinya itu.

Damar kaget bukan main, saat melihat Yasmin  sudah berdiri dihadapannya dengan menggunakan rok jeans mini diatas lutut dan baju kaos warna kuning bergambar hati, saat kepalanya berputar hendak mengecek Arina, tepat Arina juga berjalan ke arah melewati mereka. Tatapan mata mereka sempat bersirobok. Arina tersenyum sinis tipis, Damar salah tingkah. Yasmin tak sempat melihat Arina karna sibuk menarik kursi di depan Damar padahal tak dipersilahkan oleh pria itu. Alan yang tak tahu apa-apa, merasa bahagia saat Arina tak sengaja menyentuh lengannya.

“Ayo mas kita pulang.” Ajak Arina sekali lagi yang diangguki oleh Alan.

Lalu berjalan beriringan keluar menuju parkiran.

Tinggallah Damar terduduk antara malu, kaget dan bingung.

Ini seperti ke gep dengan mantan kekasih oleh mantan istri.

Gimana rasanya ke gep pak bos?

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIKEJAR CINTA MANTAN SUAMI   Bab. 99

    “Nakal, nggak anak ayah hari ini, hum?” Danu dekati dan mencium bertubi perut membola Abel yang tampak semakin membuatnya seksi. “Nakal, Mas, aku dibikin muntah sampai tiga kali.” Keluh Abel sambil bersandar di sofa ruang tamu rumah pribadinya. Hari ini cuti Danu akan berakhir, besok sudah harus balik lagi ke Papua. Untuk bekerja dan mengajukan surat mutasi, agar kiranya bisa dipindahkan ke kantor pusat di Jakarta saja. agar tak jauh jika harus bolak balik melihat istri dan ibunya. Danu baru saja kembali, dia tadi habis mengecek pembangunan rumah kost-kostan yang didirikan di lahan yang dulu rumahnya berdiri. Mereka memutuskan tinggal di rumah peninggalan orang tua Abel. Gajinya yang lebih dari cukup di pertambangan juga penghasilan Abel dari membantu mertuan di toko baju, mereka gunakan untuk merenovasi rumah kecil Abel dulu, sekarang menajfi dua lantai dengan empat kamar. Dua kamar di atas, dan dua kamar di bawah. Abel merasa nyaman sudah kembali tinggal di kotanya, dekat dengan me

  • DIKEJAR CINTA MANTAN SUAMI   Bab. 98

    Hera terkejut bukan main, melihat laporan keuangan perusahaan yang ia rebut dari pak Subroto. Sudah lima bulan ini penghasilan mereka minus terus. Namun bulan ini yang paling parah, bahkan Hera sudah merumahkan sebagian karyawannya, karna tak adanya proyek yang didapat. Padahal suaminya, Arham sering dinas keluar kota demi melobi proyek di daerah.Hera mulai curiga pada ayah dari putranya itu. Benarkah selama ini Arham jalan dinas, atau jalan yang lainnya. Lalu diam-diam ia mulai menyelidiki tingkah laku suaminya di luar sana.Ia coba menelpon nomor suaminya namun lagi-lagi tidak aktif. Alasan Arham jika dinas luar, sinyal di daerah tersebut kurang bagus, harus ganti kartu lagi dengan provider yang berbeda, kilah Arham, saat Hera bertanya mengapa ponselnya tak aktif.Selain alasan sinyal kurang, tentu hantaman seks di kemaluan Hera, juga jadi senjata ampuh Arham untuk mengambalikan mood istrinya itu lagi. Istri yang ia bodohi setahun ini. Hera rela meninggalkan pak Subroto yang ulet b

  • DIKEJAR CINTA MANTAN SUAMI   Bab. 97

    Hari ini ada pengajian kompleks menyambut tahun baru hijriah. Pengajian dan ceramah di laksanakan di gedung serbaguna yang ta jauh dari kompleks itu, sengaja di lakukan di gedung sebab panitia mengundang banyak majelis taklim dan masyarakat sekitar.Ramai hari itu ibu-ibu yang hadir, semuanya nampak cantik dalam balutan busana muslimah. Tak terkecuali dengan Helena, ia ikut dengan saran ibu-ibu di kompleksnya agar mereka semua menggunakan gamis seragam pengajian mereka. Gamis panjang warna putih dengan jilbab lebar warna ungu muda. Helena nampak manis. Tadi sempat pak Subroto memberinya kecupan sayang di dahi dan bibirnya sebelum mereka turun dari mobil dan masuk ke gedung, sementara did alam gedung sana mereka harus berpisah. Pak Subroto dengan rombongan bapak-bapak dan Helena bersama ibu-ibu rombongan pengajian.Tak hanya ibu-ibu pengajiandi kompleks itu saja yang diundang, namun ada juga dari kompleks lain. Pokoknya ibu-ibu berdandan secetar mungkin. Ada yang sengaja datang memang

  • DIKEJAR CINTA MANTAN SUAMI   Bab. 96

    Sudah tiga bulan ini Bara terbaring di rumah sakit, akibat kecelakaan yang menimpanya. Kedua kakinya mengalami kelumpuhan, tangan sebelah kirinya mengalami patah tulang, alat vitalnya bahkan harus di potong karna tertancap beling tajam dari pecahan kaca depan, bahkan tulang lehernya harus dioperasi tiga kali agar bisa lurus kembali, jangan ditanya dengan giginya, hampir semua giginya hancur karna benturan yang sangat kuat tepat di bagian wajahnya. Wajah tampannya yang dulu memikat Helena dan perempuan lainnya kini hancur tak terbentuk, organ tubuhnya yang gagah dengan ukuran yang cukup panjang dan besar yang dulu ia gunakan untuk memuaskan perempuan lain dan bahkan buat Helena yang ingin setia pada pak subroto jadi selingkuh kiri kanan karna tergila-gila itu, kini sudah tak dapat ia fungsikan. Bahkan untuk buang air kecil dan besar saja Bara harus di bantu.Rasanya lebih baik mati saja daripada hidup namun menderita luar biasa seperti ini.Bara menangis tanpa bisa mengeluarkan suara,

  • DIKEJAR CINTA MANTAN SUAMI   Bab. 95

    Penolakan Firda pada Bara buat lelaki itu, tak lagi mengantar jemput Firda bila ingin pulang melihat anaknya. Bukan apa-apa, masa lalu Bara yang buruk dalam rumah tangganya jadi pertimbangan Firda untuk menerima pria yang agak mirip dengan almarhum suaminya itu.“Saya janda, Pak. Nggak enak kalau Bapak sering antarin saya, dan saya mohon, jangan ajarin Gavin lagi untuk manggil papa sama Bapak,” ucapan Firda tempo hari terngiang kembali di telinganya. Bara tak ingin memaksa, meski ada rasa tertarik pada Firda yang berwajah ayu itu. namun bayangan Gavin yang memanggilnya papa, buat hatinya menghangat dan tiba-tiba malam ini dia teringat dengan kandungan Helena. Bila ditarik waktunya, Helena sudah melahirkan tiga bulan lalu, begitu pikir Bara, namun mengapa wanita itu tak juga menghubunginya, padahal Bara yakin anaknya yang Helena kandung adalah benihnya, bukan benih bandot tua itu.Bara tiba-tiba tergelitik, ingin menghubungi nomor Helena, ingin menanyakan kabar bayi mereka.___________

  • DIKEJAR CINTA MANTAN SUAMI   Bab. 94

    Abel berdebar dengan hebatnya, saat ia menunggu suaminya di dalam kamar. Ini pernikahannya yang kedua, namun ini adalah pertama kalinya akan melewati malam pertama. Malam pertama dengan suami kedua ceritanya.Jam sepuluh pagi tadi Danu sudah menghalalkan Abel dalam akad nikah yang sakral dan begitu syahdu, status Abel yang sudah yatim piatu membuat banyak orang menitikkan air mata. Andai orang tuanya masih hidup, tentu mereka bahagia luar biasa, sebab yang meminang putrinya adalah pria baik-baik yang selama ini menjadi tetangga mereka sendiri, laki-laki yang begitu terjaga adabnya, meski godaan sebagai pekerja tambang juga luar biasa. Bukan hanya anak gadis, bahkan ada istri orang yang pernah terang-terangan mengungkapkan perasaannya pada Danu, namun laki-laki ini juga punya prinsip sendiri.Danu juga bukan laki-laki yang terjaga sholat lima waktunya, namun sebisa mungkin ia tetap menunaikan sholat yang bisa ia dapat. Sebab pekerjaannya sebagai mekanik alat berat di perusahaan tembaga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status