LOGINSelena terpaksa menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga karena sang suami melarangnya bekerja dengan alasan 'wanita hanya boleh di rumah'. Hidupnya terasa terkubur sampai suatu hari bos besar suaminya berkunjung ke rumah. Tanpa sengaja, Selena menerima tamu itu dengan penampilan sederhana—hanya daster tipis—dan justru membuat Haris, bos suaminya, terpesona. Dari sinilah jalan hidupnya berubah: tawaran pekerjaan sebagai sekretaris pribadi membuka kesempatan sekaligus jebakan. Yang awalnya sekadar pintu keluar dari rutinitas rumah tangga, perlahan menyeretnya ke hubungan terlarang dengan sang bos. Di sisi lain, suaminya yang semula menolak, justru memilih menutup mata demi ambisi promosi. Antara logika moral dan gairah yang tak terbendung, mereka semua terjebak dalam permainan yang mengancam runtuhnya rumah tangga.
View MoreBraaak!
"Kerja! Kerja! Setiap hari itu saja yang kau rengekkan!" kesal Anton kepada istrinya, Selena. Dia menggebrak meja makan dengan kasar, bahkan piring, mangkok dan gelas ikut bergoyang karenanya. Saking emosinya setiap pagi mendengar istrinya merengek ingin kerja. Padahal, dia tidak kekurangan memberikan nafkah. "Tapi, aku bosan di rumah, Mas," jawab Selena. Dan selalu saja, alasan yang Selena ucapkan tidak pernah berbeda, selalu karena bosan di rumah. "Kau tidak perlu bekerja! Tugas istri itu hanya dirumah, mengurus rumah tangga!" teriak Anton semakin emosi. "Tapi..." "Aku pergi!" potong Anton dengan cepat, meraih tasnya dan berlalu dengan mobilnya. Bahkan, dia tidak menyentuh sarapan yang sudah disiapkan Selena sama sekali. Selena hanya menatap debu yang ditinggalkan ban mobil suaminya. Dan beralih menatap meja makan yang tidak tersentuh. Dia hanya bisa menghela nafas berat. Ada setitik penyesalan bersarang di hatinya, seharusnya dia tidak membuka pembicaraan mengenai keinginannya untuk kembali bekerja. Dua tahun lalu, dia bekerja sebagai supervisor marketing di sebuah perusahaan. Namun, setelah menikah dia berhenti atas permintaan sang suami. Awalnya, dia menikmati hidupnya menjadi ibu rumah tangga. Namun, lama kelamaan rasa bosan mulai menghinggapi. Ditambah lagi, Anton tidak pernah memberikannya ruang untuk menjadi dirinya sendiri. Dia dilarang memanjakan dirinya, seperti ke salon ataupun hanya sekedar ngopi sendirian. Apalagi ketika tidak sengaja bertemu dengan teman-temannya, mereka selalu bangga dengan pencapaian karir. Sedangkan dia? Selena adalah seorang sarjana, dengan usia yang baru menginjak pertengahan dua puluh tahunan. Saat tamat kuliah sempat bekerja setahun dan akhirnya menikah. Semakin lama, dia merasa semakin kesepian. Apalagi pernikahan mereka yang hampir menginjak usia dua tahun, belum juga dikarunia seorang anak. Kalau ada anak, mungkin kesepian itu akan sedikit berkurang. "Ah, penyesalan itu selalu datang terlambat. Seharusnya dulu aku mengejar karir," ujar Selena yang akhirnya menghempaskan tubuhnya di sofa dan menyalakan televisi. Begitulah cara dia menghabiskan waktu. Kring! Kring! Ponsel yang terletak diatas meja berdering, menjerit dengan keras seolah meminta untuk segera dijawab. Dengan malas, Selena meraih ponselnya. Menggeserkan ikon gagang telepon warna hijau. Dia sempat melihat, suaminya yang menelpon. "Iya, Mas." Selena menjawab dengan datar ketika terdengar suara Anton diujung sana. "Kau dimana?" tanya Anton. "Di rumah." "Malam ini, Pak Haris mau datang ke rumah. Siapkan makanan yang enak dan pastikan rumah dalam keadaan bersih dan rapi! Jangan malas!" Begitulah Anton, setiap kata yang keluar dari mulutnya hanya sebuah perintah. Selena seolah pembantunya. Padahal, dulu saat mereka belum menikah, Anton begitu lembut dan sabar. Tapi, sekarang dia berubah seratus delapan puluh derajat. Baginya, istri itu harus menunjukkan kehebatannya di dapur, sumur dan kasur, juga tidak suka mengeluh, barulah disebut istri yang baik. "Selena, kau dengar tidak?" tanya Anton, tatkala Selena tidak segera menjawab. "Mau ngapain Mas, bos kamu datang ke rumah kita?" Selena balik bertanya. "Sudah, kau cukup lakukan saja yang aku katakan. Jangan banyak tanya! Dan ingat, jangan membuat malu!" Tut! Sambungan telepon langsung dimatikan oleh Anton secara sepihak. Selena melirik jam di dinding. Sekarang pukul dua siang. Dia harus mulai bersih-bersih dan masak. Detik berikutnya, Selena mulai berkutat di dapur. Mengolah bahan menjadi makanan yang lezat. Karena ini bos besar, jadi cukup banyak yang dia masak. Beruntungnya bahan makanan di kulkas masih cukup banyak, sehingga tidak perlu belanja terlebih dahulu. Peluh membasahi dahi Selena, bahkan dia tidak sadar kalau sudah hampir seluruh tubuhnya berkeringat. Setelah selesai masak, masih mengenakan daster putih tipis, Selena melanjutkan membersihkan beberapa bagian rumah. "Ya ampun, kenapa sih harus dadakan ngasih taunya?" ujar Selena dengan sedikit kesal menggantikan taplak meja makan dengan yang baru. "Apa Mas Anton pikir menyiapkan makanan itu gampang? Tuh lihat, sekarang gak terasa sudah pukul lima," sambung Selena berbicara pada dirinya sendiri. Selena mengelap wajahnya yang berkeringat dengan tisu. Ting nong! Ting nong! Di saat pekerjaannya belum beres, bel berbunyi. "Sepertinya paketku datang," ujar Selena tersenyum. Dua hari lalu dia memesan paket skincare, dia yakin itu pesanannya yang baru tiba. Dia hanya merawat tubuhnya dengan skincare rutin, karena kalau ke salon, jangan harap mendapatkan izin dari sang suami. "Sebentar," ujar Selena sambil mengelap tangannya ke daster, menyampirkan lap meja ke bahunya dia meninggalkan sejenak pekerjaannya. Dengan langkah ringan, Selena berjalan menuju pintu. Inilah salah satu hiburannya di rumah yaitu unboxing paket. Kriet! Selena membuka pintu. Namun, matanya membola saat melihat siapa yang berdiri di depan pintunya. Bukan kurir seperti yang dia pikirkan, tapi seorang lelaki dewasa, penampilannya rapi dan berkharisma. Selena sempat terpaku sejenak melihat bos suaminya sudah berdiri disana, bukankah katanya malam nanti baru datang? "P-pak..." sapa Selena. Haris yang berdiri di ambang pintu menatapnya tidak berkedip.“Mas, aku perlu ngomong,” ujar Selena.Selena baru saja keluar dari kamar mandi, membersihkan tubuhnya. Rasa lapar di perutnya sudah hilang begitu saja. Tapi, ada hal yang harus Selena bahas. Dia ingin Anton jujur, mengapa dia berbohong pada keluarganya mengatakan Selena yang bermasalah untuk hamil?Tapi…ZZzzz! Zzzz!Saat Selena menoleh ke atas tempat tidur, suaminya sudah terlelap. Anton sama sekali tidak merasa bersalah. “Padahal tadi aku sudah bilang, jangan tidur dulu,” gumam Selena sembari mengeringkan rambutnya.Hilang sudah kesempatan untuk berbicara. Di hari kerja, Anton pasti akan pulang terlambat. Apalagi semenjak naik jabatan, selalu alasan kalau sekarang dia semakin sibuk.Saat weekend?Tidak akan ada waktu. Anton akan bermain ke rumah orang tua nya seharian. Bahkan mungkin itu hanya alasan saja. Mungkin dia menghabiskan waktu bersama Citra.“Kenapa rumah tanggaku jadi seperti ini?” tanya Selena pada dirinya sendiri.Tidak ada pilihan lain, selain merebahkan diri di sam
“Mas Anton yang ngizinin aku kerja, Ma,” ujar Selena mencoba membela diri.“Atau jangan-jangan kamu mandul?” tanya Susan.Deg!Selena yang mendengar itu langsung menoleh. Hatinya sakit, siapa sih yang tidak ingin punya anak. Tapi, kalau belum rezekinya, mau bagaimana lagi?“Aku sudah periksa dan sehat, Kak,” jawab Selena tegas.Mata Selena melirik kearah Anton yang sedang sibuk memberikan keponakannya beberapa lembar uang seratus ribuan. Aldi minta uang, katanya untuk membeli game playstation empat.Dan sebenarnya yang bermasalah adalah Anton, menurut dokter dari hasil tes yang mereka lakukan bahwa sperma Anton mayoritas abnormal dan sangat lemah, kemampuan pergerakannya untuk membuahi itu sangat lamban.Bahkan dokter mengatakan kalau kemungkinan Selena bisa hamil itu dibawah dua persen. Tapi, bukan hal yang mustahil.Dan kehamilan bukanlah sesuatu yang bisa diburu-buru.“Alasan saja. Kamu mau bilang Anton yang mandul?” tanya Susan sinis.“Aku tidak bilang begitu, kak.”“Anton sudah c
“Mas, aku…”“Apa? Katakan sekarang apa maumu, hah?” tanya Anton dengan mata menatap tajam kearah Selena.“Tidak ada, Mas.”Anton berdecak kesal, dia menepis wajah Selena dengan kasar. “Tidak ada perayaan apapun, aku sibuk!”“Iya, Mas.”Mobil Anton berlalu dengan meninggalkan suara decitan ban. Selena menghapus air matanya dan merapikan kembali make upnya.“Pagi, Bu Selena.” Beberapa karyawan yang datang bersamaan dengannya menyapa ketika Selena tiba di kantor.Masih setia dengan ojek online, Selena selalu menyunggingkan senyuman ramahnya pada setiap karyawan yang dijumpainya.“Bu Selena itu ramah ya,” bisik beberapa karyawan.“Cantik lagi.”“Cocok kalau jadian sama Pak Bos.”Selena yang mendengar itu hanya menghela nafas berat. Seandainya mereka tahu kalau Selena adalah istri Anton, entah apa tanggapan mereka.Suasana di dalam lift cukup ramai, maklumlah sebentar lagi jam kerja akan dimulai. Semua orang terburu-buru masuk. Termasuk Selena yang ikut di dalam lift itu.Dan seperti hal u
“Pak…”Selena ingin protes, tapi Haris sudah lebih dulu membungkam mulut Selena dengan ciumannya.Selena mengeratkan tangannya di leher Haris, karena ciuman Haris benar-benar membuatnya melayang.Kamar tidur Haris, bernuansa lebih lembut, dengan tempat tidur king size berlapis sprei putih rapi.Haris menurunkan Selena cukup hati-hati, begitu lembut seolah takut retak seperti kaca. Tapi, dia tidak pernah melepaskan ciumannya.“Aku menginginkanmu, Selena,” ujar Haris saat melepaskan ciumannya sebentar untuk meraup oksigen.Perlahan tapi pasti Haris sudah berhasil melucuti kaos yang dikenakan Selena. Kini, dia bisa melihat kedua gunung kembar milik Selena yang dilapisi bra hitam.Haris menciumi leher Selena, dan terus menurun hingga ke dada. Klik!Satu gerakan tangan Haris sudah berhasil membuka pengait di belakang punggung Selena. Kini di depannya kedua dada Selena tanpa tertutup apapun. Titik kecil di tengahnya sudah mengeras.Haris tidak mampu menahan dirinya lagi, dia meraup salah






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews