LOGINKarena keadaan, Sasa terpaksa menyamar sebagai kembarannya, Gumi: seorang gitaris dari band rock The Blues. Sasa mungkin tidak akan gentar kalau hanya bermain gitar, tapi masalah mulai datang saat dia pun harus berhadapan dengan sang vokalis, Bas Sangkara. Pria ini bukan hanya sinis dan culas, tapi juga terang-terangan membenci Gumi. Lantas bagaimana Sasa bisa bertahan? Akankah penyamarannya sebagai Gumi menimbulkan kecurigaan? Dan sebenarnya ada apa antara Bas dan Gumi sehingga pria itu memperlakukannya dengan keji?
View MoreAku tidak tahu berapa lama tidur, karena sejujurnya aku menolak untuk tidur.Namun suara hujan yang melambat perlahan terasa candu, membuai hingga mataku otomatis memberat. Atau karena malam sebelumnya aku insomnia, jadi kali ini badanku terasa lebih lelah.Anehnya begitu bangun, alih-alih Ghozali aku justru menemukan Bas di sampingku, masih dengan pakaian yang sama seperti kemarin. Wajahnya tampak kuyu."Morning." Dia menyapa.Aku segera duduk tegak, menyambutnya dalam pelukan, Bas mendekap lama, menyandarkan wajahnya di pundakku."Gumi nggak pa-pa?""Kamu tahu aku di sana?" Kepalaku mengangguk, pelukan Bas terasa mengetat. "Maaf ya, nunggu aku pulang semalam? Aku nggak bisa lewat."Ya ampun, aku menyayanginya. Aku harap Bas tidak akan mengecewakan."Iya. Goz mana?""Sudah pamit barusan, dia bikin sarapan buat kamu tapi sudah dingin. Kamu tidur di sini terlalu nyenyak," jelasnya. Mengurai pelukan kami.
"Kondisi kesehatan Gumi memburuk karena konfrontasi kamu. Jadi bukan salah dia kalau dia minta Bas datang. Dan bukan salah Bas juga kalau lebih memilih menemani Gumi di sini. Kenapa sih, hal sepele kayak gini aja mesti diributin?""Aku nggak ribut Ma, aku cuma nanya apa Bas masih di sana? Di luar tuh hujan, daerah sekitar kami banjir. Jadi Bas nggak mungkin bisa pulang, makanya aku tanya dia di mana. Masih di rumah atau udah jalan ke sini? Kalaupun masih di sana juga aku malah akan bilang lebih baik dia menginap daripada maksa pulang.""Halah banyak alasan, daritadi kamu sibuk nelponin Mama cuma buat tanya ini? Nggak penting banget Sa. Udahlah, Mama banyak kerjaan, nggak bisa ngurusin drama-drama kamu terus. Kalau kamu cemburu, itu masalah kamu, resiko ngambil suami orang. Istigfar Sa.""Mending Mama ngomong gitu ke Gumi.""Gumi udah melewati banyak hal Marsha, dia hampir meninggal. Hidupnya hancur. Dia harus bolak-balik ke rumah sakit. Selama ber
Panggung hari ini benar-benar menggelegar. Telingaku sampai sakit mendengar dari balik earpiece setiap kali Bas berhasil mencapai nada tinggi.Pantas kalau dia memilih melupakan rokok, menjaga pola makan dan sering makan rebus-rebusan yang dianggap Rigen sebagai MPASI, alias makanan untuk bayi. Karena suaranya benar-benar anugerah sekaligus berbau-bau uang.Staminanya pun yang paling menakjubkan. Kalau soal jingkrak-jingkrak perlu kuakui semua personil kalau sudah naik ke panggung seperti orang kesurupan. Ghozali tidak bisa diam, Rigen menggila, dan Bas bikin penonton auto melotot. Tapi umur mereka beda-beda, jadi wajar kalau aku kagum dengan Bas sebab dia yang paling sesepuh di antara kami."Tolong selamatkan aku," kataku begitu kami berempat turun. Adrenalin melonjak, gigi kering karena teriak-teriak. Tapi saat turun kakiku rasanya gemetar.Jefri meringis, menyampirkan handuk ke pundakku dan melempar handuk ke yang lain. Aku menggumamkan terima
"You awake?"Justru sebaliknya, aku belum tidur sama sekali. Semalaman aku insomnia. Dan Bas, meskipun dia di sisiku, memelukku sepanjang malam, aku tetap tidak merasa tenang. Jantungku berdebar, tiap menarik napas rasanya sesak, panas, dan setiap akan memejamkan mata, aku langsung terbangun dengan perasaan siaga.Lalu yang bisa kulakukan adalah mendengarkan suara dengkuran Bas yang halus, melihat bagaimana otot perutnya bergerak dalam napas yang stabil.Dia kelihatan damai, seakan semua masalah telah selesai."Badan aku agak gatal-gatal, kayaknya kurang cocok sama air di pantai.""Gimana? Sini." Dia meraih lenganku yang terjulur, lalu memerhatikan bentol-bentol merah yang nampak di sana. "Kamu ada alergi juga? Panas nggak, Sa?""Nggak, cuma gatal. Setahu aku nggak ada, tapi kulit aku memang sensitif.""Sialan, aku nggak notice ini." Dia mengecupinya dengan implusif seakan dengan begitu akan sembuh. Aku menarik






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviewsMore