Share

Part-21 Ikatan Hati

Sahabat adalah orang yang selalu ada untukmu disaat orang lain meninggalkanmu, menyanyikan lagu lama yang kau lupa syairnya dan mengingatkanmu akan pentingnya kebahagiaan untuk dirimu sendiri.

A best friend is the person who knows all about your badness, but still likes you."

(Teman terbaik adalah seseorang yang mengetahui semua keburukanmu, tapi tetap menyukaimu.)

"Alin, bisa datang kerumah hari ini jam 16.00 WIB..?” undang Savanna kepada mantan manager sekaligus sahabat terbaiknya.

“Sepertinya penting sekali?” Alin mengerutksn keningnya.

“Thoriq melamarku hari ini" Savanna mengabarkannya dengan riang.

“Aku senang mendengarnya tapi Sav, kau yakin menerima lamaran Muhammad Thoriq sore ini...?” Alin tak bisa menyembunyikan rasa kawatirnya.

“Ya Alin.”

“Bukankah kalian sudah pisah satu tahun dan baru ketemu di pesta Kanaya..?” Alin mengerutkan dahinya, jika yang menyangkut Thoriq dan cintanya Savanna dipastikan hanya memakai perasaan dan kehilangan akal sehatnya.

“Ya sih tapi selama ini kami tak saling melupakan...” bantah Savanna.

“Bagaimana dengan Edward, apakah dia tahu tentang hal ini..?”

“Belum...” hati Savanna mendadak ngilu mengingat Edward, bagaimanapun juga Edward harus tahu statusnya tapi bagaimana cara mengabarkannya?

“Tega sekali kau Savanna, kau bisa membunuhnya dia cinta mati padamu" Alin mengingatkan sahabatnya. 

“Aku harus bagaimana Alin, Thoriq melamar, aku tak mungkin menolaknya. Aku mencintainya Alin...” Savanna serba salah.

“Aku tahu tapi kamu memiliki satu masalah yang belum terselesaikan dan sekarang sedang membuat masalah kedua..” Alin mengingatkan.

“Jangan menakutiku Alin..”

“Setidaknya kau pakai sedikit akal sehatmu..” Alin gemas.

“Alin aku hanya membutuhkanmu datang, jangan bahas yang lain, kumohon..” Savanna mengingat Edward dan tak tahu bagaimana menyampaikan statusnya saat ini.

“Hanya aku apa dengan yang lain..?” Alin menetralisir suasana, apapun alasannya ia harus mendukung keputusan Savana.

“Hanya kamu, jangan sampai ada yang tahu.”

“Termasuk Lucy, Amira dan Luna tidak boleh tahu berita ini?”

“Jangan sampai ada yang tahu, apalagi wartawan.”

“Baiklah..”

Alin masih berdiri ditempatnya, Savanna yang dilamar tapi hatinya yang deg-degan tak karuan. Savanna menerima lamaran Thoriq tanpa menyelesaikan masalahnya ddngan Edward. "Apa yang akan terjadi nanti?" Alin hanya bisa meghembuskan nafas panjang mengingat masalah rumit sahabatnya.

****

Tepat pukul 16.00 WIB empat  mobil memasuki pekarangan rumahnya. Tentu saja  tidak banyak yang hadir karena acara lamaran ini sifatnya dadakan sehingga hanya keluarga, sahabat dan tetangga dekat saja yang diberi tahu. Siang hari bilang melamar, sore hari prosesinya diadakan. Savanna dan Mama kalang-kabut menyiapkan segala sesuatunya, khususnya catering. Terlihat Umi dan Thoriq keluar dari mobil yang sama, ada Ilham dan Kanaya sedang keluarga lainnya Savanna belum mengenal, jumlah keseluruhan sepuluh orang. Thoriq belum pernah mengajak kerumahnya, apalagi memperkenalkan dengan saudaranya. Hati Savanna berbunga, ia tak perduli apapun bentuk lamaran itu.  Rasanya tak percaya, pemuda impiannya sore ini meminangnya. Air matanya menetes, setelah semua problema yang terjadi hari ini ia mendapatkan berita baiknya.

Dari lantai dua Savanna memperhatikan pemuda idamannya tanpa rasa malu. Kakak terlihat tampan dengan baju taqwa putih dan peci putih, badannya yang tegap dan kokoh terlihat gagah, wajahnya sangat bersih dengan cambang dikedua pipinya. Ia tak kalah dengan Muhammed Tarek Ismael tim nasional sepak bola Mesir yang hafal Al-Quran idolanya. Kakak mulai memasuki rumah,  langkahnya tegap dan kepalanya tak pernah menunduk jika berjalan. Kewibawaan, ketegasan, kecerdasan dan kharisma menyatu dalam dirinya. Semua yang ada pada diri Thoriq disukainya, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Savanna bersyukur Allah mempertemukan dengan pemuda baik itu, Thoriq menuntunnya ke jalan yang lebih baik meski tidak sepenuhnya bisa dijalani tapi pemuda itu tetap sabar membimbingnya. Tak ada yang bisa menggantikan posisi pemuda itu dihatinya sekalipun Edward menawarkan harta dunia! 

“Sudah ditunggu dibawah Nona, acara akan segera dimulai...” Ivana menyadarkannya.

“Terima kasih Ivana" Savanna tersipu oleh tatapan Ivanna yang memperhatikan sedang melamun.

Savanna turun bersama Alin dan Ivana, memakai abaya putih dan kain tenun ikat dengan warna marun bercampur biru cerah. Wajahnya terlihat sangat cantik dan anggun dalam balutan busana tradisional. Menuruni tangga lantai dua dengan tatapan takjub sanak saudara yang hadir dan menunggunya dilantai satu, Savanna merasa seperti seorang putri yang tengah ditunggu oleh pangeran tampan dan para pengiringnya. Ketika sampai dilantai satu matanya bertatapan dengan pangeran-nya, dadanya bergetar oleh kebahagiaan tiada tara. Setelah semua badai kini keduanya mendapatkan anugrah yang menakjubkan. Mendapatkan Thoriq adalah impiannya sejak pertama bertemu, tak terkira air mata kesedihan dan kebahagiaan mewarnai perjalanan hubungan kasih keduanya selama ini.

Acara sambutan dibuka oleh keluarganya dilanjut oleh keluarga Thoriq yang datang menyampaikan maksud dan tujuan, setelah itu mendapatkan jawaban dari pihak keluarganya. Penyerahan seserahan, seperangkat alat sholat dan cincin pertunangan bergrafir nama keduanya. Savanna terkejut dengan kedua cincin tersebut, bagaimana mungkin Thoriq bisa menyiapkan cincin itu dalam waktu singkat terkecuali memang sudah mempersiapkan sebelumnya. 

Tibalah saat penentuan tanggal dan hari pernikahan, pembicaraan tersendat karena Savanna harus menyelesaikan kontrak kerja Hanny Hananto yang tinggal sebulan lagi di Milan. Umi menginginkan pernikahan diadakan tiga minggu dari hari lamaran tapi Thoriq memberikan kesempatan Savanna untuk menyelesaikan kontrak kerja terakhirnya dengan Hanny Hananto. Savanna sungguh terharu, diantara sifatnya yang pecemburu dan kadang egois hari ini ia bisa melihat bagaimana Thoriq berpihak padanya dan mengambil keputusan bijaksana. 

“Sebelum ke Milan harus mampir kerumah, Umi bisa marah kalau undangan Umi tidak dipenuhi...” wanita baya itu menatapnya tersenyum.

“Tentu Umi dengan senang hati" Savanna tersenyum riang, wanita yang tadinya tak menyukainya kini berubah ramah padanya.

“Thoriq, besok Savanna dan Mama ajak main kerumah.”

“Siap Umi.”

Sesion2

Kanaya, Ilham, Alin dan seluruh keluarga mengucapkan selamat pada Savanna dan Thoriq. Kebahagiaan yang sempurna karena hubungannya kini diterima oleh Umi. Wanita itu memeluknya hangat dan mengundangnya datang kerumahnya. Sungguh anugrah tak ternilai, kebahagiaan tiada tara.

“Selamat Savana. Alhamdulillah, tidak sia-sia pengorbananku. Tinggal selangkah lagi kau akan menjadi Nyonya Muhammad Thoriq Al-Farisi, pemuda yang sangat kau cintai...” Kanaya memeluknya hangat.

“Terima kasih Kanaya untuk semuanya, kau pemenang dari semua kompetisi. Aku salut padamu atas semua yang kau lakukan, aku tidak bisa membalas kebaikanmu...” Savanna memeluk Kanaya yang menyambutnya hangat, rival yang akhirnya menjadi sahabat.

“Kamu tidak berhutang budi apa-apa Savanna, Thoriq memang hanya menganggapku sahabat sejak dulu dan aku bersyukur dia mendapatkan pendamping terbaiknya. Begitu mendapatkan lampu hijau dari Umi dia langsung memanfaatkan kesempatan pertamanya...” Kanaya tersenyum bahagia. Diliriknya Thoriq yang tengah berbincang dengan Ilham, akhirnya Allah memberikan jalan keluar terbaik untuknya dan Thoriq.

“Aku senang, akhirnya kamu mendapatkan impianmu...” Alin memeluknya terharu.

“Terima kasih Alin, tak ada yang bisa menggantikanmu. Kau adalah sahabat terbaik-ku..” mata keduanya berkaca mengingat perjalanan yang telah dilewati bersama.

Acara dilanjut dengan perkenalan keluarga, ramah tamah dengan menikmati hidangan bersama. Alhamdulillah Rose catering langganannya bisa menerima pesanannya yang mendadak, menyediakan pesanan makanan untuk lima puluh pax complit. Umi dan Mama tampak terlibat perbincangan akrab diselingi tawa, Savanna sungguh senang melihatnya. Alhamdulillah acara prosesi lamaran sederhana akhirnya selesai dengan lancar dan menyenangkan. 

“Terima kasih atas pengertiannya Kakak...” Savanna menyampaikan rasa terima kasihnya ketika mempunyai kesempatan ngobrol berdua Thoriq. 

“Aku mau kita menjalankan pernikahan dengan tenang.”

Sesion-3

“Kakak, aku penasaran dengan cincin ini. Kapan pesannya,  kok aku gak tahu...?” Savanna memperlihatkan jari manisnya yang terpasang cincin emas polos berukir namanya.

“Ketika di Arab Saudi, temanku Abdel dari Maroko memintaku menemani ke toko perhiasan karena dia akan menikah setelah pulang dari pendidikannya. Saat itu aku teringat dirimu dan membeli cincin ini...” Thoriq menatapnya dengan sudut mata berkaca. Betapa sedihnya mengingat waktu itu, Abdel membeli cincin untuk rencana pernikahannya sementara dirinya membeli cincin berharap suatu saat bisa menikahi gadis idamannya yang saat itu hubungan kasihnya tengah hancur berantakan.

Orang mengatakan Emas Saudi adalah yang terbaik didunia, asli dan tidak ada campuran. Kualitasnya tinggi dan berasal dari tanah Mekkah yang diberkati. Emas khusus perhiasan memiliki desain yang sangat luar biàsa, harga jualnya pun lebih mahal karena tidak hanya diukur berdasarkan berat emas saja tetapi dinilai juga desain-nya. Beda dengan Indonesia yang mengukur harga jual emas hanya berdasarkan berat emas saja dan 

mengabaikan desainnya.

“Kakak maafkan aku, kukira waktu itu Kakak sudah melupakanku, membuangku...” Savanna kehilangan kata-kata.

“Aku tak pernah membuangmu Humairah, aku hanya tak bisa memilih antara dirimu dan Umi....” Thoriq menunduk, mengingat hari-hari sedihnya.

“Terima kasih Kakak.”

“Lalu bagaimana hubunganmu dengan Edward....?” Thoriq tampak berpikir.

“Beri aku waktu untuk menyelesaikan ini...”

“Katamu dia hanya seorang teman...?” sepasang bola mata Thoriq menatap tajam.

“Ya tapi Edward belum tahu statusku hari ini.”

“Kenapa dia harus tahu...?” suara Thoriq mulai berubah, kedua alis matanya bertaut.

“Kakak sudah mengikatku hari ini, keluarga juga belum pulang tapi Kakak sudah tidak percaya padaku...” 

“Bukan begitu...” Thoriq menurunkan volume suaranya.

Sesion4

“Edward menjagaku dalam setahun ini ketika aku merasa Kakak sudah membuangku...” Savanna menghembuskan nafas panjang, hatinya ngilu mengingat Edward. Bingung bagaimana memulai mengatakan bahwa Toriq sudah melamarnya, ia bukan gadis yang tak tahu balas budi, apalagi  sudah merasakan bagaimana pedihnya ditinggalkan.

“Dia sudah menganggapmu seperti kekasihnya sehingga kaupun keberatan memberikan penjelasan tentang status kita...” Thoriq membuang tatapannya. Tangannya mengepal, kebiasaan saat dirinya kesal.

“Kakak jangan kawatir, hatiku tak pernah berpaling sejak kita bertemu pertama kali di Kairo dan tak akan pernah berubah hingga akhir hidupku” Savanna meyakinkan kekasihnya.

“Terima kasih Humairah, aku menunggu bagaimana kamu segera menyelesaikan masalah ini dengannya....” Thoriq menghembuskan nafas berat, ia tak meragukan kepercayaan Savanna tapi bagaimana dengan Edward...? dengan uang dan kekuasaannya Edward  bisa melakukan apa saja untuk kepentingan dirinya, termasuk merebut Savanna darinya!

“Aku percaya padamu tapi tidak dengan Edward, setialah padaku..” Thoriq menatap galau merasa tak punya pilihan.

“Insyaallah Kakak, hubungan kita sudah sejauh ini. Terima kasih Kakak sudah melamar dan menerima keluargaku...”

Setia, Savanna malu menyadari dirinya. Selama ini ia merasa bisa mencintai Thoriq lebih dari siapapun namun dibanding cinta Thoriq terhadap dirinya ternyata cintanya bukanlah apa-apa. Saat ia menganggap Thoriq sudah membuangnya pemuda itu malah membeli cincin untuk persiapan melamarnya, sementara dirinya malah mengatasi kesedihan hatinya dengan pergi kemana-mana bersama Edward. Ditatapnya cincin emas polos yang menghuni jari manisnya, menggantikan cincin Emerald Colombia dari Edward. Kini Savanna bingung, apa yang harus dikatakannya pada Edward saat  laki-laki itu bertanya....? 

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status