Share

Bab 22 Mengobati Pangeran Mahkota

Raut wajah Fasya berubah drastis. Mata biru sebening samudra itu sekan menenggelamkan Alisya ke dasar palung yang paling dalam.

"Maafkan aku, aku hanya ingin menepati janji," lirih Alisya.

Bukankah janji adalah hutang?

Tidak butuh waktu lama, wajah Alisya telah berubah merah. Sekuat tenaga dia menahan air mata agar tidak tumpah di hadapan Fasya.

Sayangnya, usaha itu sia-sia. Air mata Alisya meleleh juga di hadapan Fasya. Padahal dia sudah berjanji untuk tidak hanyut dalam perasaan. Tetapi kenyataan berkata sebaliknya.

"Maafkan aku, Yang Mulia. Aku tidak bisa menjelaskan banyak karena sebagian ingatanku menghilang. Tapi yang jelas aku masih ingat surat-surat kita, dan rasa rindu yang dahulu hanya bisa kusimpan di dalam dada. Perasaanku padamu masih tidak berubah." Alisya menangis tanpa bersuara.

"Semuanya terlihat tidak masuk akal. Dalam sekejap aku telah berubah dan tidak bisa mengontrol diriku sendiri," lanjut Alisya masih dengan menangis.

Fasya tertegun melihat tangisan Alisy
Sunny Zylven

Halo para pembaca setia novel "Menikahi Pangeran Angkuh Karena Sakanda." Terima kasih telah sejauh ini mengikuti kisah Alisya. Ikuti terus kisahnya hanya di GoodNovel. Jangan lupa untuk memberikan review bintang 5, vote karya ini, komen dan share, Ya. Terima kasih.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status