“Kiara, Kau ... bagaimana bisa kau berada di sini?” Alex terkejut melihat Kiara datang. Kiara berdiri beberapa langkah di depan Alex, wajahnya datar tanpa senyuman. Sedangkan netranya menatap tajam ke arahnya. “Kenapa kau terkejut melihatku, Alex? Bukankah seharusnya aku yang terkejut akan kenyataan bahwa kau lebih memilih dia daripada aku?!” Sanggah Kiara seraya menunjuk Bian dengan tatapan murka. “Kiara ... “ Alex menatap Kiara dengan tatapan tak percaya, netra yang selalu menunjukkan kepolosan dan ketulusan sekarang hanya memancarkan kebencian. “Kau tak menjawab, apakah itu berarti kau mengakuinya sekarang bahwa kau mencintai wanita jadi-jadian ini, hah?!” murka Kiara. Alex dan Bian sama-sama terkejut hingga diam terpaku menatap Kiara. Sedangkan Kiara balas menatap Bian dengan dalam dan tajam seakan tatapannya menghunus langsung ke arah Bian. “Kau ... bukankah kau sendiri yang berkata bahwa kau tak akan mengganggu Alex dan mengacaukan hubungan kami? Tapi kenapa kau mengi
“Kia, aku mohon lepaskan Alea. Dia tidak bersalah, kalau kau mau menghukum, hukum saja aku. Aku yang salah,” pinta Alex putus asa. Rasa cemasnya ketika melihat darah segar mengucur dari leher Bian membuatnya kelimpungan.Tak ayal hal itu semakin membuat Kiara muak dan semakin membenci Alea yang telah berhasil menggeser posisinya di hati Alex.“Sudah kukatakan bukan, bahwa Azalea adalah milikku dan kau tak boleh menyentuhnya!” Barma mencengkeram tangan Kiara lalu memelintir tangannya yang membuat Cutter ditangannya terlepas.Bian terduduk lemas, menekan luka di lehernya yang terasa perih.Barma mendorong Kiara lalu menampar pipinya dengan keras. “Dan kau siapa, berani-beraninya memerintahku dan berani bernegosiasi denganku, Bocah!”Kiara memegang pipinya yang terasa sakit, matanya melotot tajam dengan bibirnya yang terbuka lebar. Ia tak pernah menyangka jika Barma telah membohongi dirinya.“Barma keparat, beraninya dengan perempuan. Lepaskan aku, ayo kita bertarung layaknya seorang lel
Pemandangan pertama yang dilihat oleh Arshaka dan Alex adalah Barma yang tengah meruda paksa Bian dengan cara yang begitu mengerikan.Keduanya terlihat sangat marah dan geram akan kebejatan dan kekejaman Barma yang sangat tak manusiawi.Bagaimana tidak, tubuh bian dipasangi banyak alat penyiksaan. Bekas cambukkan baru tumpang tindih dengan bekas cambukan sebelumnya yang masih terlihat biru legam. Di lehernya terpasang kalung yang di sekelilingnya melingkar logam runcing kecil-kecil yang akan menusuk ketika tak sengaja bergerak.Posisi Bian yang tak menggunakan busana sehelai pun berdiri menghadap tembok dengan kedua tangannya terborgol dan dijadikan satu ke atas yang terhubung dengan seutas tali membuatnya tak berdaya.Sedangkan Barma menghujam tubuhnya dari belakang dengan beringas seraya menggigit bahu, punggung, bahkan leher Bian tak luput dari gigitannya.Sejak Barma mendapatkan Bian, nafsu binatangnya benar-benar membuatnya lupa daratan, seperti yang informasi yang diberikan oleh
Arshaka terkejut bukan main, tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut, ia langsung bergegas menuju ke tempat Alana diperiksa. Dengan setengah berlari dan dipacu jantung yang berdegup tak karuan memikirkan kondisi Alana, Arshaka bergegas tanpa menghiraukan kondisi sekitar. Hingga para perawat dan beberapa orang yang berlalu lalang tak sengaja ditabrak olehnya.Melihat mertuanya sedang berdiri di luar ruang periksa, Arshaka menghampiri mereka lantas bertanya dengan nada cemas. “Pa, Ma, apa yang terjadi?”“Shaka, kau sudah kembali, Nak? Apakah ada yang terluka?” tanya Reyhan pada menantunya itu.“Maaf, Pa. Sebenarnya aku ingin memberi kabar pada Alana, tapi masih belum sempat karena masih banyak yang harus diurus terlebih dahulu. Apalagi banyak dari anak buahku yang terluka dan harus mendapatkan penanganan langsung,” jawab Arshaka.“Lantas, apa yang sebenarnya terjadi pada Alana? Kenapa bisa sampai masuk rumah sakit?”“Kau jangan cemas, Alana tak terluka sedikit pun. Ia hanya terlihat lema
Bian menoleh ke arah Alex dengan tatapan hampa. “Bisakah kau mengabulkan keinginanku?”Alex merasa bersemangat mendengar suara Bian untuk pertama kalinya. Ia mengangguk senang sambil tersenyum lebar.“Tentu saja, bukankah aku pernah bilang bahwa apapun yang kau inginkan, aku pasti akan berusaha mengabulkannya,” ucap Alex sambil menggenggam tangan Bian erat.“Bisakah kau membunuhku? Aku sudah tak ingin lagi hidup di dunia ini. Aku mohon Alex lepaskan aku, biarkan aku mati!” ucap Bian lirih yang membuat senyum Alex seketika menjadi luntur, terpaku diam dengan bibir terkatup rapat.Alex menatap Bian dengan pandangan nanar, hatinya begitu sakit mendengar keinginannya. Seakan dunianya runtuh seketika tak tersisa.Alex tentu sangat memahami kondisi mental Bian, namun ia memilih untuk bersikap egois dengan ingin mempertahankan Bian disisinya.“Apakah kau begitu menginginkan kematian?” tanya Alex, suaranya tercekat seakan ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya.Bian mengangguk seraya m
Secara tiba-tiba seseorang dari belakang Alex datang, membalikkan tubuhnya dan langsung meninju wajahnya dengan keras hingga membuat Alex terhuyung-huyung dan jatuh karena belum siap akan pukulan itu.Bibit Alex robek, darahnya mengalir hingga menetes ke bajunya. Alex menengadahkan wajahnya untuk melihat siapa pelaku dibalik aksi pemukulan terhadap dirinya itu.Seketika Alex terdiam melihat sosok di hadapannya itu yang menampilkan ekspresi murka dan aura membunuh.Arshaka yang terkejut lantas menolong Alex untuk berdiri, menatap laki-laki di hadapannya itu dengan tajam. “Dokter Gilang, apa kau sadar apa yang telah kau lakukan?” tanya Arshaka menahan amarah.“Maafkan saya, Tuan Arshaka. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Anda, akan tetapi, saya sudah tidak bisa menahan diri lagi ketika melihat Kiara disakiti. Jadi saya mohon untuk tidak ikut campur dalam masalah diantara kami,” ucap Gilang.“Bukankah hal ini masalah pribadi antara mereka? Seharusnya mereka berdualah yang harus men
“Apa yang telah terjadi padamu?” tanya Bian dengan nada cemas setelah melihat luka di sudut bibir Alex.Alex tersenyum seraya menggeleng pelan. “Tak apa-apa, laki-laki memiliki luka itu sudah biasa,” canda Alex.Arshaka melihat Bian dan berpikir sejenak lalu berkata, “Alea, setelah kau sembuh, apakah kau masih berminat jika kembali menjabat sebagai Kepala Tim Dokter di Rumah Sakit ini?” ucap Arshaka yang membuat Bian terperangah tak percaya.“Shaka, luka di tubuhnya masih belum sembuh. Lagi pula, identitasnya sudah berubah. Aku khawatir kredibilitasnya sebagai dokter akan diragukan mengingat sekarang ia bukanlah orang yang sama,” sela Alex.“Bukankah aku berkata jika sudah sembuh bukan? Dan ini hanya sebuah tawaran baginya, dan mengenai identitasnya bukankah sangat gampang bagi kita untuk mengurus hal tersebut?” ucap Arshaka menatap Alex dalam.“Apakah kau tak senang jika Alea kembali menekuni bidang yang disukainya? Setidaknya, ia bisa beraktivitas seperti sedia kala meskipun dengan
“Dokter, bagaimana kondisi Arshaka?” tanya Alana dengan cemas. Pasalnya tubuh Arshaka terlihat lemah hingga harus diberi cairan infus.Alex yang dikabari Alana bahwa Arshaka jatuh pingsan langsung lari terbirit-birit, begitu cemasnya karena Arshaka tak pernah pingsan dengan mudahnya.Bahkan ketika peluru masih bersarang di tubuhnya, ia masih bisa bertahan dan mampu terjaga tanpa menunjukkan kelemahan juga rasa sakit yang dirasa.“Kondisi tubuh Tuan Arshaka menunjukkan kondisi yang prima, juga tanda-tanda vitalnya berfungsi dengan baik. Hanya saja sedikit lemas karena kekurangan cairan. Namun Jika ingin memastikan kondisi pastinya, saya sarankan untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh,” terang Dokter Edwin, Dokter umum yang berkepala plontos itu setelah selesai memeriksa keadaan Arshaka. Karena Gilang, kepala Tim Dokter yang ditunjuk oleh Arshaka sudah dipecat dan tak lagi bekerja.Setelah Dokter dan para perawat pergi, Alana memeluk erat Arshaka. Rasa cemasnya begitu berlebihan