Delia terus mengayuh sepeda, raut wajahnya masih begitu syok dengan apa yang baru ia lihat tadi. Bagaimana bisa di siang bolong bertemu hantu sungguh apes nasibnya hari ini batinnya dalam hati. Keringat di dahi terus saja menetes membasahi wajah bulatnya yang tampak lelah. Semilir angin laut terdengar syahdu dan terlihat pohon kelapa yang berjajar rapih di sepanjang jalan. Delia tersenyum ramah pada ibu-ibu yang sedang memunguti kelapa jatuh untuk di jual.
“Baru pulang sekolah?” Ucap seorang ibu yang menyapa Delia dari kejauhan.
“Iya Bu.”
Delia lantas menyapa balik lalu bergegas pergi untuk pulang ke Rumah. Bunyi suara perut mulai terdengar ia begitu lapar bibirnya sampai kering karena menahan haus sedari tadi. Dengan sisa tenaganya Delia berusaha mengayuh sepeda walau kakinya terasa keram karena kelelahan. Sesampainya di Rumah langsung di sambut Bibi Susi yang terheran-heran, penampilan gadis kec
“Kita ujian kelulusan tinggal berapa bulan lagi ya?” Ayuna menoleh pada ketiga temannya yang sedang fokus membaca buku masing-masing.“Empat bulan lagi kayanya deh emang kenapa Yun?” Balas Damar menatap Ayuna yang mengaguk senang.“Ngga papa sih cuma seneng aja ngga nyangka ya? cepet banget rasanya. Inget gak sih dulu pas Kita baru pertama kali masuk sd?Ada satu kejadian yang terlintas dalam kepala, Ayuna ingin sekali bernostalgia dengan mengulang kembali kenangan indah di masa lalu. Ia amat teringat awal pertama masuk ke sekolah dasar di mana ketika itu tak ada satu pun orang yang ia kenal dulu. Ayuna hanya terpaku menatap teman-temannya yang begitu asing. Namun tiba-tiba ia di hampiri Delia dengan ramah memperkenalkan diri dan akhirnya menjadi teman bangkunya sampai saat ini.“Wah jadi kangen, dulu Aku pertama kali ketemu Damar waktu Tk. Terus Damar pindah, eh w
Beberapa bulan kemudianGadis kecil itu tengah asyik bermain percikan air yang jatuh dari genteng. Buliran-buliran air membasahi seluruh tubuh tak ada rasa takut sedikit pun walau hujan turun lumayan lebat. Wajah cemas dari dalam rumah memperingati anak itu agar segera masuk ke dalam. Sosok wanita tua memakai jaket tebal wajahnya keriput ia sudah tak sanggup untuk jalan karena kakinya sudah tak lagi kuat untuk menopang.“Bentar lagi ya Nek pliss?.”Gadis kecil itu memohon dengan melipat kedua tangannya ia nampakan wajah sendu untuk menjelaskan jika hujan ini sangat menyenangkan. Sontak membuat wanita tua itu terhanyut dengan wajah cucunya yang memelas. Ia hanya tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala dengan tingkah lucu cucunya.“Iya tapi jangan lama-lama ya? Takut sakit nanti.” Tutur Neneknya memperingati karena tak ingin jika cucunya terkena sakit.
Suara ketukan pintu mengejutkan Mama Damar yang sedang menyuapi makan Gistara di ruang keluarga. Ia bergegas melangkah tuk membukakan pintu, sebelumnya tak pernah satu orang pun yang berkunjung kerumahnya hal ini membuat ia bertanya-nya. “Siapa orang yang berkunjung pada saat ini? Apalagi di luar hujan begitu lebat.” Batinnya dalam hati.Ada rasa cemas untuk melangkah ke depan wanita itu mengendap-endap membuka korden dan terlihat celah kecil. Ia penasaran karena tak ada siapa pun di luar sana hanya kesepian yang terlihat bersamaan suara rintikn hujan yang bersahutan. Mama Damar mencoba membuka pintu ia menatap ke sekeliling rumah. Memberanikan diri untuk melangkah tetapi tiba-tiba ia terkejut kakinya seperti menginjak sesuatu.Ada sesuatu yang terbungkus dalam kresek hitam dengan segera Mama Damar meraih benda itu. Ia mulai membuka dengan hati-hati, matanya terbelalak melihat sebuah boneka Barbie cantik yang tertulis uc
Suara seseorang memanggil dari kejauhan mengengejutkannya. Membuat laki-laki itu lantas menoleh dan berlari pergi. Ternyata ada teman kelasnya yang memergoki, ia menyuruh untuk segera berangkat sekolah. Karena ia sudah tak pernah masuk sekitar satu mingguan. Laki-laki itu biasa di panggil Hendri seorang remaja yang beranjak dewasa, setelah ayahnya meninggal ia menjadi tulang punggung keluarga. Sejak saat itulah Hendri mencari segala cara agar bisa mendapatkan uang walau hal itu dapat merugikan orang lain.Ia nekat menjabret Ibu-ibu di Pasar Pagi yang notabene tak hati-hati ketika berbelanja. Karena terlalu asyik melihat barang dan diskon yang di berikan para pedagang sebagai penarik agar dagangannya laris. Seperti yang di lakukan Bibi Susi ia terlalu fokus membaca brosur diskon sampai lupa jika dompetnya hilang di jambret. Hendri terhenti pada rumah berdinding kayu, suasana tempat tinggalnya begitu kumuh banyak lalat berterbangan di mana-mana. Karena sebag
Angin sejuk menyelinap masuk ke pori-pori kulit yang membawa hawa dingin. Membuat kedua gadis kecil mendekap tangannya di dada. Angin itu menghempaskan ombak di laut hingga mengenai tungkak telapak kaki, bibirnya tersenyum merekah seraya mencipratkan buih-buih air pada teman yang duduk di sampingnya.“Ih Delia awas nanti ya?” Bentak Ayuna mencoba menepis serangan Delia karena membuat baju seragam yang di pakai basah. Damar hanya tertegun seraya mengernyitkan alis dengan tingkah kocak dua gadis kecil di hadapnnya. Ia mencoba melerai dengan duduk di antara ke duanya.“Udah-udah! Baju ini kan besok masih di pakai? Ucap Damar lalu merentangkan kedua tangannya agar ada celah untuknya duduk.“Apa sih Damar kan lagi asyik.” Balas Delia dengan raut wajah mengejek hal ini membuat Ayuna semakin kesal.Di tepi Laut mereka duduk untuk beristirahat
Sehabis mandi Delia lantas merapihkan rambutnya yang menjuntai hingga ke pinggang. Dengan perlahan-lahan Delia menyisir rambut dari arah atas hingga ke bawah. Lalu ia mengepang rambut panjangnya itu dan di ikat dengan erat menggunakan ikat rambut pita berwarna merah. Delia tersenyum bibirnya merekah menatap wajahnya sendiri di depan cermin.“Delia makan dulu Nak?”Panggilan dari Ibunya membuat Delia sontak berlari menuju ke arah dapur, bau harum makanan tercium menyerbak hingga ke seluruh ruangan. Delia melihat berbagai macam hidangan lezat yang begitu menggugah selera di atas meja. Ia segera duduk di samping Ibunya yang lantas memberi sebuah piring.Namun Delia tak melihat keberadaan Ayahnya membuat ia bertanya pada sang Ibu. “Ayah mana Ibu?” Ucap Delia bertanya-tanya.“Ayah lagi nglembur buat ngerjain tugas di kampus jadi pulangnya telat, kenapa? Delia tumben tan
“Bruk!”Suara keras benda jatuh mengagetkan anak-anak yang berada di dalam kelas. Satu persatu dari mereka mengintip lewat celah kaca yang tertutup korden hijau."Eh ayo semua duduk kembali."Bu Guru yang mengajar pun ikut mengecek dengan segera membuka pintu, ternyata ada anak kelas sebelah yang terpleset karena membawa tumpukan buku yang berat."Loh kok bisa jatuh?" Ucap Bu Guru dengan lembut."Eh iya Bu, tadi gak hati-hati malah kepleset.Bu Guru ikut membantu menata buku dan anak itu mengatakan jikalau ia di perintah untuk memanggil Damar agar masuk ke ruangan guru."Eh maaf Bu. Tadi Saya di suruh panggil Damar buat ke ruang guru katanya. Sama makasih juga udah bantu." Ucap anak itu membungkuk seraya berterima kasih karena sudah mau membantunya."Iya..iya hati-hati ya!"Bu Guru ber
“Mak, Hendri pergi dulu ya?” Ucap Hendri terburu-buru pergi dengan membawa topi hitam dan jaket kulit di pundaknya.“Sarapannya udah di makan belum Hen?” Sahut Emaknya dari belakang rumah yang sedang sibuk mencuci baju-baju milik pelanggannya.“Udah Mak!”Emaknya lantas kembali fokus mencuci semua pakaian yang tampak menumpuk, segala jenis pakaian sudah pernah di cucinya. Emak Hendri menjadi buruh cuci sejak suaminya meninggal dunia, ia harus putar otak untuk mencari uang sebagai pengganti tulang punggung keluarganya. Apalagi kebutuhan hidup yang banyak di tambah hutang-hutangnya menggunung di warung membuat Emak Hendri harus lebih giat bekerja.Emak Hendri memeriksa satu persatu baju yang akan ia cuci, ia terheran-heran pada celana hendri seperti ada sesuatu yang mengganjal. Dengan cepat wanita itu merogoh celana dan terdapat sebuah ktp seorang wanita paruh