ログイン“Dia orang kaya, Ayu. Dia bisa melunasi semuanya. Kamu hanya perlu menikah dengannya, dan hidup kita selamat.” *** Ayu chintya maheswari adalah wanita cantik yang hampir di jual oleh ibunya sendiri karena hutang yang ditinggalkan ayahnya setelah menghilang secara misterius. Ia pikir cerita hidupnya akan segera berakhir, tapi takdir berkata lain. Ia diselamatkan oleh seorang mafia yang malah menculiknya dan memberikan nya dua pilihan. “Enam bulan. Belajarlah mencintaiku, atau aku sendiri yang akan mengantarmu pulang ke nerakamu yang lama.” *** Kini, Chintya terjebak di antara dua pilihan. Lari dan kembali ke neraka lamanya atau mencintai orang yang pernah menculiknya?
もっと見るLangkah kakiku terdengar berat saat memasuki ruang tengah penthouse. Dinding kaca raksasa menampilkan langit Los Angeles yang cerah menyakitkan mata. Cahaya matahari membanjiri ruangan, memantul di lantai marmer hitam dan perabotan logam yang dingin. Semuanya di sini berteriak tentang kekuasaan. Tapi bagiku, kemewahan ini terasa seperti peti mati yang dilapisi emas. Di ujung meja makan granit yang panjang, Ethan duduk. Ia membaca koran fisik sambil menyesap espresso. Punggungnya tegak, auranya tenang namun mendominasi, seolah ia adalah raja di atas papan catur raksasa ini. Saat aku mendekat, ia melipat korannya perlahan. Tatapan gelapnya menelusuri tubuhku, berhenti di gaun merah marun yang kupakai—gaun pemberiannya. "Merah," gumamnya. "Warna darah. Cocok untukmu." "Aku merasa seperti memakai kulit orang lain," jawabku dingin, berdiri kaku di sisi meja. "Duduk, Chintya. Makananmu dingin." Aku menarik kursi di seberangnya. Di piringku tersaji sarapan mewah, tapi perutk
Ethan meninggalkanku sendirian di kamar mandi. Ia keluar begitu saja setelah menyampaikan tawaran gilanya, seolah-olah ia baru saja membicarakan cuaca, bukan nasib hidupku. Punggungnya yang lebar dan basah menghilang di balik pintu kaca buram, meninggalkanku yang masih gemetar di bawah guyuran air shower yang mulai terasa dingin. Enam bulan. Aku memeluk tubuhku sendiri. Kontrak macam apa itu? Mencintainya atau dipulangkan? Itu bukan pilihan. Itu ancaman yang dibungkus dengan pita emas. Aku mematikan keran air dengan kasar. Marah. Aku marah pada situasi ini, tapi lebih marah pada tubuhku sendiri yang sempat bereaksi saat ia menyentuhku tadi. Aku keluar dari bilik shower, meraih handuk tebal berwarna putih yang tergantung di rak pemanas. Handuk itu hangat dan beraroma sandalwood—aroma Ethan. Aku melilitkannya ke tubuhku, lalu melangkah keluar menuju kamar tidur. Kamar itu kosong. Ethan sudah tidak ada. Tapi di sisi lain ruangan, sebuah pintu ganda yang terbuat dari
Cahaya matahari pagi yang menusuk melalui dinding kaca memaksaku membuka mata. Aku mengerjap, merasakan tubuhku pegal luar biasa. Kasur ini empuk, terlalu empuk, seperti menelan tubuhku hidup-hidup. Seprei sutra terasa dingin di kulit. Aku hendak bergerak, tapi tubuhku kaku seketika. Di sampingku, hanya berjarak beberapa sentimeter, seorang pria sedang tidur telentang. Ethan. Napasnya teratur. Satu lengannya terlempar santai di atas bantal, tepat di atas kepalaku. Bahkan dalam tidurnya, ia terlihat mendominasi ranjang ini, seolah memberi tanda bahwa akulah yang menumpang di wilayah kekuasaannya. Aku menahan napas, takut membangunkannya. Tidur di sebelahnya terasa seperti tidur di samping singa yang kenyang. Perlahan, aku menggeser tubuhku menjauh. Aku turun dari ranjang raksasa itu tanpa suara, lalu menyelinap menuju pintu kaca buram di sudut ruangan. Kamar mandi. Aku butuh air dingin. Aku butuh mencuci otakku agar sadar bahwa mimpi buruk ini nyata. Kama
Kepalaku berdenyut nyeri saat aku membuka mata.Rasanya seperti ada palu kecil yang memukul pelipisku. Aku mengerjapkan mata, mencoba mengusir kabur yang menghalangi pandangan. Langit-langit di atasku bukan langit-langit kamar kosku yang sederhana, melainkan panel kulit mewah berwarna krem."Sudah bangun, Putri Tidur?"Suara itu rendah dan berat.Aku menoleh cepat ke samping. Leherku kaku.Ethan duduk di kursi seberangku. Ia sudah berganti pakaian. Kemeja kusut bekas di pantai tadi sudah hilang, digantikan oleh turtleneck hitam yang membalut tubuh atletisnya. Di tangannya ada gelas kopi, dan di pangkuannya sebuah tablet menyala. Ia terlihat segar, seolah perjalanan panjang ini tidak menyentuhnya sama sekali."Jam berapa ini?" tanyaku, suaraku parau."Jam delapan malam," jawabnya tanpa melihat jam. "Waktu Los Angeles."Los Angeles.Kata itu menghantam kesadaranku. Aku duduk tegak, mengabaikan pusing di kepalaku, dan menatap ke luar jendela pesawat.Di bawah sana, hamparan ca












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.