Share

Penyelidikan

Setelah Arya meninggalkan gadis yang telah di tolongnya, Arya bergegas pergi hendak menemui seorang rekannya yang berprofesi sebagai Detektif.

Arya melajukan motornya menuju pinggiran kota, sahabatnya itu tidak suka keramaian, Dia menyukai tempat yang tenang.

Arya tiba di depan rumah mungil tapi terlihat elegan, rumah sederhana yang terbuat dari kayu-kayu berkualitas terbaik, Arya memandang sekeliling rumah tampak Asri, ada beberapa kelompok bunga yang di tanam bergerombol di tempat-tempat yang semestinya.

Rumah kayu itu terlihat kokoh, kayu yang sudah di pernis dan di cat minya dengan warna dasar kayu, sungguh sangat istimewa, sahabatnya itu memiliki selera tersendiri, berbeda dengan kebanyakan orang, meskipun terlahir dari keluarga kaya dia suka tinggal di rumah idamannya itu.

Terdengar suara dari dalam yang menyela pikiran Arya, "Apa kau kagum dengan rumahku? Cepatlah masuk" ucap suara yang ntah datangnya dari mana.

Pintu terbuka otomatis, Arya terkagum dengan desain dan interior rumah yang menurut orang sederhana tapi tidak bagi Arya, rumah kayu itu sangat istimewa, bagian dalam rumah tertata rapi Cctv terdapat di berbagai sudut rumah, pintu terbuka otomatis, sungguh luar biasa.

Robot kecil memandu Arya menuju ruangan dimana sahabatnya berada, "Mari silahkan ikuti saya!"

"Wow kau sepertinya bukan Detektif lagi" pikirnya.

Memasuki ruangan kecil bersama Robot itu, Arya mengeryit, "Ini seperti Lift" dan benar saja pintu terbuka terdapat Lorong menuju ruangan, Arya geleng kepala sahabatnya ini mahluk yang aneh yang memiliki berbagai imajinasi yang ingin di wujudkannya.

Pintu ruangan terbuka seseorang yang sedang duduk di kursi dengan berbagai peralatan modern memutar kursinya menghadap Arya, tawa menggema di ruangan bawah tanah itu, "Hallo kapten Arya, bagaimana kabarmu!" ucapnya menjabat tangan sahabatnya yang sudah lama tidak menemuinya.

"Seperti yang kau lihat"

"Duduklah, Terima kasih Tobi telah mengantar temanku!" 

Sang robot bernama Tobi itu menjawab sama-sama diapun pergi berlalu.

"Kau memiliki Asisten" 

"Hahaha apa kau menyukainya? aku bisa membuat satu untukmu!" 

"Apa sudah tak menjadi Detektif? Aku lihat sepertinya kau membangun sendiri semua ini!"

"Aku sudah berhenti tapi jangan khawatir aku dapat membantumu jika kamu butuh bantuanku, meski aku bukan Detektif lagi." 

"Benarkah" Arya tersenyum miring dia tau kemampuan sahabatnya itu, Selain Detektif dia juga seorang Hacker sejati, dia memiliki berbagai kemampuan yang tidak pernah di tunjukkan ke siapapapun, kecuali dirinya.

"Baiklah aku ingin nama-nama semua mafia yang ada di kota ini beserta nama keluarganya."

"Itu bukan masalah sulit buatku, apa yang menyebabkanmu mencari mereka Arya?" apa ada yang membuat kesalahan padanya. pikirnya

"Jessen kau tau saudara kembarku bukan, dia sudah meninggal," dan akhirnya Arya menceritakan kejadian yang telah menimpah Aryo dan Lily.

"Aku turut berduka bro, maaf aku tidak mengetahui saat buruk itu terjadi sehingga aku tidak datang!" 

"Tidak masalah"

Jessen mulai melakukan aksinya pada papan keyboard di hadapannya, menunggu beberapa saat, Jessen memprint hasil dari pencariannya. kemudian menyerahkannya pada Arya.

"Terima kasih Jessen aku akan membacanya di rumah nanti"

"Tak masalah, jika itu bisa membantumu aku senang melakukannya"

"Kau pasti menghabiskan banyak uang untuk membangun rumah impianmu ini Jessen"

"Hahaha bukan masalah, uang keluargaku banyak" sahutnya geli karan mengingat sang Papa yang selalu marah padanya karna dengan seenaknya menggunakan uang tapi tidak mau membantu mengurus perusahaan mereka.

"Ya aku tau itu, apa kau betah di ruangan seperti ini terus?" Tanya Arya penasaran apa saja sebenarnya yang di lakukan sahabatnya itu di dalam ruangan ini. Ruangan yang mirip seperti laboraturium.

"Banyak yang bisa aku lakukan disini, sehingga membuatku betah berlama-lama disini." 

Arya menganggukkan kepalanya, Arya tak habis pikir dengan kemampuan sahabatnya itu harusnya dia membuat perusahaan besar pasti akan membesarkan namanya, ini mala membuat ruangan yang tidak terlalu besr mana di bawah tanah pula, terkesan menjadi ruang rahasia.

"Apa yang kau lakukan jika kau menemukan pembunuh Adik dan iparmu Arya?" Jessen ingin mengetahui langkah selanjutnya yang hendak di lakukan Arya siapa tahu iya dapat membantunya, Karna bukan hal mudah menghadapi para mafia, apalagi mereka memiliki anak buah.

Arya butuh kekuatan dan persiapan matang untuk melancarkan aksinya.

"Akan aku pikirkan, yang terpenting aku menemukannya terlebih dahulu" sahut Arya datar.

"Aku mengerti, jangan sungkan menghubungiku jika kau butuh bantuanku, aku pasti siap membantumu" ucap Jessen tulus menawarkan bantuan.

"Itu pasti, baiklah aku pergi, terima kasih untuk hari ini, aku kagum melihat rumahmu yang indah ini. Lain kali mainlah ke rumah mamaku pasti senang kau datang, sudah lama kau tak mengunjunginya." 

"Aku pasti akan datang, hati-hati dan semoga berhasil"

Arya tersenyum kemudian dia bergegas pergi meninggalkan Jessen.

Setelah keluar dari rumah kayu Arya segera melajukan motornya kembali menuju kediaman keluarganya, karna si kecil Ai pasti sudah menantinya.

****

Yordan menghajar para pengawal yang di tugaskan mengawal adiknya itu, mereka sudah terlatih tapi masih saja bisa kecolongan, sehingga adiknya itu bisa melarikan diri dan berakhir dengan babak belur.

Dugh

Dugh

Dugh

Dugh

Keempat pengawal itu masing-masing menerima tendangan dari Yordan dan mereka hanya pastah menerimanya, tidak ada yang berani melawannya, Yordan adalah pribadi yang kejam, dia tidak segan-segan membunuh siapa saja yang menyulitkannya, pekerjaannya rapi, dan tidak semua tau jika pekerjaan sampingan Yordan adalah mafia.

Bahkan Elmira sekalipun, dia hanya tau sang kakak CEO perusahaan keluarga mereka, perusahaan yang bergerak di bidang Elektronik itu berkembang pesat seiring waktu, merangkak menanjak naik, padahal ketika Ayahnya yang memimpin perusahaan itu hampir bangkrut.

Tapi di tangan Yordan perusahaan itu menjadi besar dan berkembang. 

"Jangan ada yang terkecoh lagi oleh adikku, kalian jangan lengah, jika dia terluka lagi maka kalian akan mati!" ancam Yordan pada pengawalnya.

"Siap Dan" sahut mereka serentak.

Yordan meninggalkan ruang penyiksaan dan mengendurkan dasinya, dia merasa penat, sesungguhnya dulu Yordan bukanlah pribadi yang kejam, tapi dunia seolah menuntutnya untuk bertindak kejam.

Yordan menyaksikan Papanya di bunuh di depan matanya, saat itu para penjahat itu berpikir dirinya telah mati, padahal sesungguhnya Yordan berpura-pura pingsan setelah mendapat pukulan yang cukup keras.

Mereka adalah saingan bisnis papanya atau lebih tepatnya, musuh bebuyutan sedari dulu, baik urusan bisnis dan urusan pribadi. Ntah masalah apa dulu Yordan tak memahami usianya yang masih remaja berumur 13 tahun tidak memahami permasalahan orang dewasa.

Sedang Elmira kecil ketika peristiwa naas itu sedang keluar bermain bersama Baby sitternya.

Mereka kembali keadaan rumah kacau balau, tapi sang babysitter melihat Yordan selamat dan mengalami shock berat, sehingga sang baby sitter yang mengurus semuanya. Termasuk pemakaman sang papa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status