Terperangkap dalam Dunia Elang

Terperangkap dalam Dunia Elang

last updateHuling Na-update : 2025-06-05
By:  Yulia AngIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
7Mga Kabanata
23views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

SALIRA hidup dalam bayang-bayang tragedi. Ayahnya tewas misterius, ibunya hancur, dan dunia yang ia kenal berubah jadi gelap. Semua jejak mengarah pada satu nama: ELANG GANENDRA, bos mafia paling ditakuti di Jayapuri. Dengan rencana terancang, Salira mendekati Elang. Namun satu malam yang seharusnya jadi awal kehancuran pria itu... justru mengubah hidup Salira selamanya. Ia hamil—oleh pria yang paling ingin ia hancurkan. Dalam dunia di mana cinta dan dendam berjalan beriringan, siapa yang akan tetap berdiri ketika kebenaran akhirnya terungkap?

view more

Kabanata 1

BAB 1 | Malam Panas

Salira menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi itu dengan napas tak teratur.

Kemeja putih milik Elang yang ia kenakan masih setengah terbuka, meningalkan bercak merah di leher dan dada—bekas ciuman atau mungkin gigitan. Kakinya terasa lemah. Bukan karena takut, tapi karena sensasi yang masih tersisa di setiap inci tubuhnya.

Malam itu telah membakar tubuhnya dalam ledakan gairah yang tak terhitung jumlahnya. Tapi bukan itu yang membuat matanya memerah.

Sebuah pistol hitam legam kini tersembunyi rapat di dalam tas makeup kecilnya.

Ia telah mencurinya. Tepat saat Elang tertidur, karena kelelahan usai mengguncang tubuhnya berkali-kali di ranjang mewah itu. Diam-diam Salira membuka laci meja berkode, yang sudah ia hafalkan dari pantulan cermin di kamar, ketika Elang menyimpan senjata itu. Ia tahu persis apa yang ia cari.

Dan kini, benda itu ada di tangannya.

Namun dada Salira terasa sesak, tertahan oleh pengorbanan yang ia lakukan hingga harus sejauh ini. Sebenarnya, ia bisa menghabisi Elang saat itu juga, dengan pistol yang baru saja ia curi. Satu tarikan pelatuk, dan semuanya selesai. Tapi itu akan terlalu mudah bagi Elang. Ia ingin melihat pria itu hancur berkeping-keping, merasakan penderitaan yang dalam, bukan hanya mengakhiri hidupnya dengan cepat.

 “Sudah mau pergi, hm?”

Suara berat itu menghentak keheningan. Salira berbalik cepat. Diam-diam ia mendorong jauh tas makeup kecilnya. Berusaha menyembunyikannya dari Elang.

Elang berdiri di ambang pintu dengan tubuh setengah telanjang, hanya mengenakan celana panjang hitam. Memperlihatkan dada bidang dengan tato mawar artistik menghiasi sisi lehernya. Gurat tinta itu menjalar ke lengannya yang berotot, seperti lukisan hidup yang sarat akan makna. Dan di punggungnya yang tegap, seekor elang terukir megah—simbol kekuatan, sekaligus penanda siapa dirinya.

Tatapannya tajam, namun senyumnya menuntut. Ia seperti binatang buas yang baru saja kenyang, tapi belum ingin melepas buruannya.

Salira tersenyum kecil, mencoba menguasai dirinya.

“Waktuku sudah habis, Elang.”

Elang mendekat, satu tangannya menyentuh dagu Salira, mengangkatnya perlahan. Memaksa wanita itu menatap matanya.

“Di luar masih gelap. Untuk apa buru-buru?”

“Walau masih gelap, tapi ini sudah pagi.”

Elang menyentuh bibir Salira, dan membelainya perlahan. “Kamu bukan wanita biasa, Salira...” lalu ia mulai bergerak ke lehernya.

Salira tak menjawab. Ia tahu itu benar. Ia memang datang bukan sebagai wanita biasa.

Ia datang sebagai kehancuran yang dibungkus parfum mahal dan senyum lembut menggoda.

“Sebaiknya aku pulang sekarang.” ucapnya pelan, menghindari ciuman yang hampir mendarat di lehernya.

Namun Elang tak melepaskannya begitu saja. Ia mengangkat tubuh Salira dengan mudah, meletakkannya di atas wastafel. Kemudian, bibirnya kembali mencium bibir Salira. Awalnya lembut, tapi segera berubah menjadi ciuman yang menuntut, seperti ada keinginan yang membara dalam diri pria itu.

Salira terengah, tubuhnya mulai merespons tanpa bisa menahan. Ia mencoba untuk mendorong dada Elang dengan satu tangan.

“Hentikan, Elang,” ucapnya, berusaha mengendalikan gejolak dalam dirinya.

Elang tertawa pelan, rendah. “Kenapa? Biasanya para wanita memohon padaku untuk tinggal lebih lama.”

Salira membalas dengan senyum sinis. “Oh ya? Kau sendiri kan yang bilang aku bukan wanita biasa. Jadi jangan samakan aku dengan mereka.”

Dia menatap Elang dalam-dalam, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga pria itu.

“Sulit untuk berhenti memikirkanku. Dan aku tidak mau merusak kenangan semalam. Aku ingin mengenangmu dalam versi terbaikmu.”

Salira memberi ciuman singkat yang penuh hasrat. Elang kehilangan kesabaran.

“Aku bisa selalu jadi versi terbaik untumu.”

Ia segera menyentakkan kemeja Salira hingga terlepas, kemudian membawanya ke kamar mandi dengan bagian atas Salira yang kembali polos.

“Mandi bersamaku,” bisiknya, suaranya tegas dan penuh godaan.

Air hangat dari shower mulai mengalir. Di bawah guyuran itu, tubuh mereka kembali berpadu. Ciuman Elang semakin mendalam, sentuhan tangan pria itu menjelajahi setiap inci kulit Salira tanpa ragu. Desahan-desahan kenikmatan mulai terdengar. Dan Salira, meski berusaha mengendalikan diri, tidak bisa menahan dari hasrat liarnya.

Tak berhenti sampai di situ, Elang membopong Salira ke dalam bathtub yang dipenuhi air hangat. Dalam ruang yang sempit itu, mereka semakin tenggelam dalam gelora hasrat. Di sanalah petualangan panas mereka berlanjut.

Salira harus bisa tetap berpikir jernih, walau kenikmatan yang Elang berikan mampu memberikan sensasi luar biasa padanya, dan membuat pandangannya berkabut.

“Kau ingin aku berhenti?” bisik Elang, suaranya menggoda, namun penuh tantangan.

Salira memejamkan mata, bibirnya bergetar. “Jangan,” desisnya, “Jangan berhenti.”

Elang tersenyum puas, ia kembali menghujami Salira dengan kenikmatan tak terbatas.

Salira mengambil alih. Ia duduk di atas Elang, tangan-tangannya memegang erat pundak pria itu, dan bibir mereka kembali saling menyatu dengan api yang tak bisa dipadamkan.

Salira memimpin permainan itu, menggoyangkan dunia kecil mereka dalam bathtub yang sempit, namun terasa luas oleh gelora yang membara di antara mereka. Hingga akhirnya, ia merasakan sesuatu mengaliri tubuhnya. Kehangatan yang tak hanya membungkus raga, tapi juga mengetuk hati yang selama ini beku.

Salira menjatuhkan tubuhnya ke dada Elang yang hangat. Napasnya masih tersengal. Elang menyambutnya dengan elusan lembut di punggung, mengecup pelan lehernya, lalu menyentuhkan bibirnya di bahu telanjang wanita itu.

“Tetaplah di sini, Salira. Jadi milikku,” desah Elang, suaranya serak penuh kepuasan. “Aku bisa melakukan ini bersamamu, sepanjang hari.”

Salira hanya tersenyum. Senyum getir yang tersembunyi di balik kehangatan pelukannya. Ia bersandar di dada Elang, namun matanya menyimpan sorot yang berbeda. Dendam yang belum padam. Tapi saat ia menengadah menatap pria itu, bibirnya justru melengkung dalam senyum lembut.

“Memangnya kau mau menikahiku?” bisiknya menggoda.

Elang menatap langit-langit sejenak, lalu berkata datar, “Pernikahan tidak cocok dalam duniaku.”

“Dan aku juga tidak minat terjebak dalam duniamu,” sahut Salira ringan. Ia mengecup pipi Elang sekilas, lalu bangkit. Tangannya meraih handuk, membalut tubuh polosnya dengan elegan.

Tatapan Elang tak beranjak dari dirinya. Matanya mengikuti setiap gerakan Salira dengan intensitas yang sulit dijabarkan.

“Tinggalkan nomor rekeningmu di meja. Orangku akan mengurus sisanya,” ucapnya tanpa nada, seperti sebuah kebiasaan.

Salira menghentikan langkah, lalu duduk di tepian bathtub. Senyum menggoda terbit di wajahnya saat ia menatap Elang. Pria itu mengulurkan tangan, mengelus pahanya, turun perlahan ke betis.

“Aku bukan gundikmu, Elang. Aku lebih suka menyebut semalam sebagai... hubungan menguntungkan antara dua orang asing,” katanya sembari mengedipkan mata.

Ia berdiri lagi, melangkah ringan menjauh, meninggalkan jejak aroma sabun dan misteri. Senyum tipis terbit di wajahnya—nyaris tak terlihat, namun cukup bagi mereka yang jeli menangkap isyarat.

Elang hanya tersenyum tipis. Ia tahu, perempuan itu tak akan mudah dilupakan. Hanya Salira yang sanggup menyalakan sisi liar dalam dirinya.

Dengan gerakan tenang, ia membuka ruang rahasia di sisi bathtub. Di dalamnya, tersimpan sepucuk pistol lain miliknya dan sebungkus rokok. Ia mengambil satu batang, menyulutnya, dan mengisap dalam-dalam—seolah ingin mengendapkan rasa yang tak pernah selesai. []

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
7 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status