"Hai Ai, lagi sarapan nak? Makannya yang banyak ya biar cepat besar!" ucap Arya mencium kening gadis kecil yang kini semakin lengket dengannya.
"Papi mau kemana?" tanya Ai yang melihat Arya sudah rapi dengan balutan celana jeans di padukan kaos oblong dan jaket Le yang sudah melekat di tubuh kekarnya.
"Papi mau keluar sebentar sayang, Ai sama mbak Ina ya, jangan nakal, nanti jika papi pulang pasti Ai papi temenin main, Oke!"
"Tapi papi pulangkan? gak kayak papa yang gak pulang!" ucapnya sedih.
"Papi cuman sebentar koq, percaya sama papi ya, papi gakkan pernah tinggalin Ai!" ucap Arya memberi pengertian pada keponakannya itu.
"Ina titip Ai ya, saya keluar, kalau mama dan papa tanya nanti bilang aja saya ada keperluan sebentar."
"Baik tuan"
Arya meraih kunci motor, dia tak ingin mengendarai mobil, Agar lebih leluasa bergerak, Arya melajukan motornya keluar dari gerbang rumahnya. Di perjalanan dia berpikir kemana sebaiknya dirinya memulai.
Seiring Laju motornya Arya mengarah ke arah kawasan dekat hutan bambu, tempat kejadian ketika Aryo melihat pembunuhan sebelum akhirnya Aryo yang terbunuh juga.
Bugh
Dugh
Bugh
Crack
Arya menghentikan laju motornya di kejauhan melihat gadis bertubuh ramping memakai celana karet berwarna hitam yang pas melekat di kakinya, dan kaus dalaman hitam serta jaket kulit berwarna hitam, rambut panjangnya di kuncir kuda.
Gadis itu sedang berkelahi dengan lima orang pria bertubuh besar. Tubuhnya yang ramping melesat menghindari pukulan dari lawannya, dengan gesit gadis itu membalas pukulan mereka.
Tapi sepertinya pertarungan itu sudah cukup lama, sehinggs gadis itu terpukul mundur dan terlihat gadis itu membungkuk menahan sakit, dan nafasnya yang sedikit putus-putus karna kelelahan.
"Nona manis menyerahlah, kau sendiri, saat ini kau terluka, ikut kami permudah urusan kami, maka kami takkan menyakitimu." seru salah seorang di antaranya menawarkan negosiasi.
"Cih, aku takkan menyerah, mimpi saja kamu aku suka rela ikut denganmu!"
mereka mengeratkan rahang mereka, "Ternyata dia tidak bisa di kasihani, ayo kita hajar gadis bengal ini! kita serahkan pada bos Agar kakaknya tau bos kita lebih hebat darinya." ucap salah seorang di antaranya.
"Cih bilang saja jika kalian lemah, beraninya keroyokan, kalau kalian memang laki-laki satu lawan satu! jika keroyokan kalian pantasnya di sebut banci!" Ejek gadis cantik itu.
"Hahaha jangan banyak bacot"
Hiya bugh bugh
gadis itu tersungkur, tenaganya sudah terkuras habis dia tak punya banyak tenaga lagi.
Ketika dua orang penjahat itu meraih tangan gadis itu siapa sangka terjangan kaki menghantam dada mereka.
Bugh
Bugh
"Ah" mereka menatap siapa yang melayangkan tendangan ternyata Arya sudah berdiri tepat di hadapan gadis itu.
"Siapa kamu kenapa ikut campur urusan kami!" hardik mereka.
"Apa kalian tidak malu melawan perempuan?" ucap Arya dingin dan penuh penekanan.
"Hajar" seru mereka. dan bersamaan mereka melawan Arya.
Tak
Tak
Bugh
Crak
"Aaaa" jerit seorang yang tanganya di pelintir oleh Arya dan mengakibatkan tulangnya retak.
Mereka terluka dan memutuskan mundur, "Ayo kita pergi, kau beruntung kali ini gadis bengal"
Setelah mereka pergi, Arya berbalik menatap gadis yang masih terduduk bersandar pada mobilnya.
"Kau baik-baik saja, apa perlu aku membawamu ke rumah sakit!" ucap Arya menawarkan bantuan.
"Terima kasih atas bantuannya, tidak perlu aku pulang saja!" jawabnya.
"Lain kali jangan bepergian sendirian!" nasehat Arya yang kemudian meninggalkan gadis itu begitu saja.
"Tuan aku Elmira, siapa namamu?" teriak Elmira karna lupa menanyakan nama penolongnya itu.
Arya tak menjawab pertayaan Elmira, dia menghidupkan mesin motornya, dan meninggalkannya.
"Euy Cool sekali!" Gumam Elmira.
Elmira melajukan mobilnya menuju rumahnya, satu jam perjalanan Elmira sampai disana, Para pengawal membukakan pintu untuknya dan mereka terkejut melihat adik kesayangan bosnya itu terluka.
"No-nona anda terluka" ucap prngawal yang biasa mengawal Elmira kemanapun pergi, tadi Elmira melarikan diri, sehingga dia tidak tau kalau akhirnya nonanya terluka.
"Matilah aku, Tuan muda Yordan pasti akan menghajar habis-habisan kami." pikir Nik.
Wajah pucat menghinggapi wajah Nik, Elmira memahami kesalahannya, "Aku akan menjelaskan padanya, tenanglah!" kata Elmira menenangkan ketakutan Nik.
Elmira masuk kedalam rumah megah yang telah membesarkannya, rumah megah yang seperti penjara menurutnya, karna sejak kecil dia tak di perbolehkan berinteraksi kepada teman sebayanya, dia tak pernah merasakan mempuyai teman bermain bersama, dengan alasan berbahaya jika dirinya keluar. karna musuh bisnis papanya bertebaran dimana-mana.
Di ruang tengah Yordan duduk menyilangkan kakinya, Tadinya dia ingin marah, tapi melihat wajah adiknya yang terluka dia panik seketika, Yordan langsung berdiri, dan menghampiri Elmira.
"Kamu kenapa El? kenapa kamu terluka, Nik cepat ambil kotak obat!" sentak Yordan marah.
Matanya menatap tajam pada pengawal yang di tugaskannya menjaga Elmira. Setelah ini pasti mereka akan mendapat hadiah yang setimpal dari tuannya itu.
"Tolong jangan marah pada mereka kak, El salah karna melarikan diri dari mereka, El hanya ingin jalan-jalan siapa sangka jika El di hadang lima penjahat yang ingin mengangkap El, medeka ingin membuat kakak menuruti perintah kakak, Awalnya El mampu bertahan tapi karna pertarungan itu berlangsung lama, tenaga El habis, Untung ada seseorang yang menolong El ketika mereka hendak membawa El kak, makanya El bisa pulsng selamat!" Elmira menjelaskan kejadian yang sebenarnya agar para pengawal terhindar dari amukan kakaknya itu.
Yordan menatap adik yang paling di sayangnya itu kemudian berkata dengan pelan dan tegas, "Lain kali jangan pergi sendiri, atau kakak akan mematahkan kakimu agar kau diam di rumah selamanya."
Elmira menelan salivanya, dia tau kakaknya itu memang sosok yang hangat kepadanya tetapi dia juga kejam, dia mampu menghabisi orang yang menurutnya akan menimbulkan masalah di masa depan.
Nik menyerahkan kotak obat kepada tuannya, "Ini tuan"
Yordan meraih dan matanya bergeser ke arah kiri, seakan paham Nik dan pengawal yang lain memasuki ruangan di sebelah kiri yang terletak di ujung tumah megah itu.
Yordan membersihkan sisa darah yang sudah mengering di sudut bibir Elmira, dan mengoleskan salep, setelah selesai Yordan bangkit dan meminta Elmira ke kamarnya.
"Istirahatlah El, kakak ada keperluan!"
"Kak, Tolong jangan menyakiti mereka, aku yang salah kak, maafkan aku!" ucap El merasa bersalah karna telah membangkang mengakibatkan pengawal yang tak bersalah harus menjalani hukuman.
Ketika Elmira memanggilnya dan mengatakan rasa bersalahnya dia berhenti dan mendengar ucapan adiknya itu, tapi setelah selesai Yordan langsung bergegas menpercepat langkahnya.
Yordan memasuki ruangan penyiksaan dan membanting pintu dengan kuat melampiaskan emosinya.
Para Pengawal itu menunduk, mereka tidak ada yang berani menatap wajah Yordan.
Setelah Arya meninggalkan gadis yang telah di tolongnya, Arya bergegas pergi hendak menemui seorang rekannya yang berprofesi sebagai Detektif.Arya melajukan motornya menuju pinggiran kota, sahabatnya itu tidak suka keramaian, Dia menyukai tempat yang tenang.Arya tiba di depan rumah mungil tapi terlihat elegan, rumah sederhana yang terbuat dari kayu-kayu berkualitas terbaik, Arya memandang sekeliling rumah tampak Asri, ada beberapa kelompok bunga yang di tanam bergerombol di tempat-tempat yang semestinya.Rumah kayu itu terlihat kokoh, kayu yang sudah di pernis dan di cat minya dengan warna dasar kayu, sungguh sangat istimewa, sahabatnya itu memiliki selera tersendiri, berbeda dengan kebanyakan orang, meskipun terlahir dari keluarga kaya dia suka tinggal di rumah idamannya itu.Terdengar suara dari dalam yang menyela pikiran Arya, "Apa kau kagum dengan rumahku? Cepatlah masuk" ucap suara yang ntah datangnya dari mana.Pintu terbuka otomatis, Arya
Arya kembali ke rumahnya, setelah meninggalkan rumah Jessen, Jessen Arkano anak pengusaha properti terbesar di Indonesia, anak pertama pasangan James Arkano dan Melanie artania.Jessen memilih menyendiri dengan hobbynya, dia tak ingin menggantikan papanya mengelolah bisnis keluarga. Adiknya Jimmy Arkano yang menggantikan papanya memimpin perusahaan keluarga.Siapa yang tak mengenal keluarga itu, tapi mereka hanya tau jika anak pasangan itu hanya Jimmy Arkano, sedang Jessen sekalipun dia tidak pernah tampil di hadapan publik, sehingga tidak ada yang tau jika Jessen adalah anak pertama keluarga Arkano.Arya sampai di rumah, disana sudah ada Ai yang menunggu sang papi sedari tadi, dia lagi ngambek gak mau makan, karna sang papi tak kunjung pulang."Pokoknya Ai gak mau makan, Ai mau sama papi, tadi papi janji mau temenin Ai main oma" rajuknya.Tak lama muncullah Arya di depan pintu yang baru saja mengucap salam langsung saja
Arya menekan remnya mendadak, hampir saja gadis di depannya tertabrak, Gadis tersebut menutup wajahnya dengan tangannya. Arya keluar dan melihatnya, "Maaf nona apa kau baik-baik saja?"Gadis itu menengadahkan kepalanya menatap lelaki yang memanggilnya, "Kau" tunjuknya kepada Arya.**********************************"Maaf aku membuat jalanmu terganggu" Elmira langsung mengendap masuk ke dalam mobil Arya.Arya yang masih tak mengerti, menjadi bingung, "Eh kenapa masuk ke mobilku" Aryapun langsung membuka pintu kemudi dan menatap gadis yang sembunyi karna dia jongkok di dalam mobilnya."Apa yang kau lakukan cepat keluar!" sentak Arya."Maaf tapi tolong sebentar saja, joka ada yang bertanya bilang saja tidak tau, Plis? Elmira mengatupkan tangannya memohon pada Arya agar arya tidak memberi tahukan keberadaannya."Masa bodoh cepat keluar, merepotkan saja!"Beberapa pria ber jas hitam mendwkat ke mobil Arya,
Elmira dengan tidak canggung memperkenalkan diri kepada Sandra mama Arya, dia juga berkenalan dengan Arlyana Bimantara, gadis kecil yang di panggil Ai itu sedang bermain dengan pengasuhnya, Elmira berbaur dengan Ai, Ai dia juga senang mendapat teman baru."Kamu baru kenal langsung di bawah pulang gitu ya Ar?" tanya Sandra mamanya."Dia yang tiba-tiba ngumpet di mobil Arya ma, udah Arya suruh pergi tadi tapi nggak mau, maksa ikut dia!" sahut Arya."Maksud kamu ngumpet? Dia di kejar-kejar orang begitu?"
Apa yang kau katakan Nick?" ucap Yordan dengan raut muka tegang."Maafkan saya tuan, saya lalai sehingga nona muda kembali kabur mengelabui kami" sahut Nick dengan menundukkan kepalanya takut pada sosok Yordan yang seperti akan mengulitinya."Cepat cari dia sampai dapat," hardiknya marah. "Mark bantu melacak dimana adikku berada" perintah Yordan dan di angguki oleh Mark.Mark membuka laptop yang ada di dalam tasnya dan mulai berselancar, mencari titik keberadaan Elmira melalui Gps yang ada di kalung yang di kenakannya.Ketemu tuan, Nona El berada di jalan Sudirman, Mereka bergegas bersama setelah mengetahui titik keberadaan Elmira.Dua mobil melaju kencang, ke arah jalan Sudirman, Mark menatap sinyal nona mudanya yang stay di tempat, tidak ada pergerakan.Mereka sampai di sebuah kompleks dan terus mengikuti kemana Mark menunjukkan jalan. Mereka berhenti di depan gerbang rumah besar di depan bertuliskan "Kediaman Bimantara".
Mark menoleh menatap Nick yang memanggil namanya. "Ada apa?" tanyanya "Kau ingat sepasang suami istri yang beberapa waktu lalu kita bunuh, aku melihatnya, melihat fotonya maksudku, di rumah besar keluarga Bimantara." ucap Nick Mark mendengarkan, jika demikian itu berarti mereka telah melakukan kesalahan terhadap rekan bisnis Yordan. Bimantara Grub adalah rekan bisnis yang baru saja bekerjasama dengan YG Company. "Nanti kita bicarakan dengan tuan Yordan, bagaimana nona muda bisa berada di dalam sana?" Nick menggeleng lemah karna dia juga tidak tau. Mobil berjalan kembali menuju Kediaman Gustaf. Elmira hanya menunduk sepanjang perjalanan, Yordan menjadi semakin dingin terhadap adiknya. Dia menyayangi Elmira, dia hanya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa adiknya itu. "Kenapa kau tidak mendengarku El?" "Maaf kak, apa aku salah, aku hanya ingin punya teman, aku ingin mengenal dunia luar, bukan hanya seputar ruma
Setelah aksi mogok makan berlalu, kini Elmira memiliki kebebasan meski tak banyak waktunya, tapi dia cukup puas. Kini Elmira berkunjung ke rumah Ai, gadis mungil yang sangat di rindukannya. Meski tujuan utamanya melihat Arya tapi dia juga merindukan Ai. Elmira membawa mobilnya sendiri karena mulai sekarang Elmira bisa menggunakan mobil tanpa pengawalan. Elmira hampir saja sampai di rumah Ai, tapi mobil Arya melintas, Elmira pun putar arah menguntit kemana Arya pergi. Dia terus mengekor dengan jarak yang tidak begitu jauh karena takut kehilangan jejak Arya. Arya menatap Spion memperhatikan mobil yang sama mengekor di belakang mobilnya. Karena kaca mobil Elmira tembus pandang Arya jadi mengetahui siapa yang telah menguntitnya. "Mau apa gadis itu mengikuti aku terus," gumam Arya. Arya menghentikan mobilnya dan keluar menemui mobil yang juga berhenti di belakangnya. Tok Tok Tok Arya menggedor pintu mob
Arya berjalan tergesa-gesa begitu memasuki rumah kayu milik Jassen. Dia masuk ke dalam kotak kecil yang akan membawanya ke lantai bawah ruangan Jassen berada. Begitu pintu terbuka Arya langsung saja bertanya pada Jassen. "Apa yang kau temukan?" "Duduklah dulu, Tobi buatkan dua kopi, oke" perintahnya. Arya duduk dan melihat Jassen yang sedang mengoperasikan layar yang ada di depannya. Layar berukuran besar dengan cara menyentuhnya layar tersebut menunjukkan sebuah tempat, tempat yang asing buat Arya. Tobi dengan roda yang ada di kakinya meluncur pelan dengan dua cangkir kopi di tangannya. "Si lah kan" ucapnya. Arya meletakkannya begitu saja pada meja di sampingnya. Arya terus menatap pergerakan tangan Jassen pada layar interaktif di depannya. "Aku menemukan seorang mafia obat-obatan kimia, dia penyelundup besar bahan-bahan kimia ke luar atau dalam negeri." Arya tampak memijit pelipisnya bingung, apa itu ada hubungannya dengan kematian adiknya,