Share

Mimpi buruk

Author: Rosenorchid
last update Last Updated: 2021-04-30 01:22:54

Seminggu berlalu setelah perkenalan antara Dinar Azalea dan Dirham Assegaff, Dinar yang mulai bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore itu heran karena seminggu ini juga dia sering melihat Dirham makan siang di sana. Dinar hanya akan memberi senyuman manis dan menganggukkan kepala ketika mata mereka bertemu. Mungkin dia kerja di dekat sini. Itu yang dipikir Dinar.

Setalah jam kerja habis Dinar berniat untuk pulang, dia berjalan hendak menunggu driver ojol, jam segini biasanya banyak ojol menawarkan jasa tanpa pakai aplikasi. Jam pulang kantor memang jalanan penuh dengan orang-orang pulang kerja.

Pin pin

Dinar masih berjalan tidak menghiraukan suara klakson mobil yang dibunyikan beberapa kali. Dia menoleh kesamping setelah mobil itu meluncur perlahan menyalip langkahnya.

Sebuah mobil berhenti tepat di depannya. kaca mobil dibuka dan tampaklah wajah cowok yang beberapa hari ini sering muncul di tempatnya bekerja, cowok yang mengajaknya makan siang seminggu lalu. Yang mengaku temannya. Dirham tersenyum manis padanya.

"Ayo aku antar pulang."

Dinar berhenti melangkah dan menoleh pada Dirham. Dia menatap pemuda itu lekat, seolah ingin tahu niat hati Dirham.

"Nggak usah repot-repot, rumah ku Deket kok." Tolak Dinar halus.

"Nggak repot, ayolah. Di sini banyak orang jahat kalau jam segini."

"Aku bisa jaga diri, jangan kuatirkan aku."

"Nggak usah takut gitu, aku bukan orang jahat." suara Dirham agak dikeraskan.

Dinar lanjut berjalan perlahan. Tidak menghiraukan ucapan Dirham, Sementara pemuda itu juga masih belum putus asa.

Mobil diberhentikan tepat di depan Dinar. gadis  polos itu mengeluh perlahan, kenapa keras kepala banget sih. Apa maunya dia ini. Kenal juga tidak.

Dirham keluar dari mobil dan menghalangi jalan Dinar.

"Katanya sudah terima aku sebagai teman, masa diantar pulang aja nggak mau. Berarti bertemannya nggak ikhlas." Dirham melipat tangannya berdiri di depan Dinar sambil melipat tangannya.

"Maksa banget kenapa sih?"

Dinar mulai kesal.

"Cuma pingin antar kamu pulang, nggak lebih."

Kerasnya keinginan Dirham melemahkan pendirian Dinar.

"Oke kalau maksa."

"Gitu dong. Ayo masuk."

Pintu mobil di buka dan Dirham mendorong sedikit tubuh Dinar hingga cewek itu duduk di bagian kursi penumpang. Sejurus setelah pintu di tutup Dirham bersiul kecil lalu masuk ke bagian pemandu, mobil bergerak perlahan.

"Kamu tinggal sama siapa Di?"

"Sendiri aja. Aku sewa kamar kos aja kok."

"Hebat kamu, sendiri hidup tanpa keluarga,"

"Biasa ajalah, aku bukan dari keluarga kaya, harus pinter-pinter hidup di sini."

Dirham melirik wajah gadis disebelahnya, dia akui gadis ini cantik. Mata bulat dengan bulu mata tebal, panjang dan lentik meski tanpa maskara itu pasti bisa menawan siapa saja. Kulit bersih terlihat sangat natural tanpa sebarang skin care. Pemuda itu berdeham kecil membuang rasa gugup yang tiba-tiba datang di hatinya.

"Berhenti di depan saja, iya itu yang pagar hitam."

Dirham melakukan seperti permintaan Dinar.

"Kamu sewa di sini?"

"Sebelah pagar rumah itu ada lorong agak kecil, sewaku di belakang rumah itu."

Dirham menganggukkan kepalanya.

"Aku masuk dulu, terima kasih."

"Aku antar sampai kosan."

"Nggak usah, terima kasih. Di sini sudah cukup."

Dinar membuka pintu mobil agak terburu-buru, dia tidak biasa diantar seorang cowok seperti itu. 

Dirham masuk kembali kedalam mobil dan meninggalkan tempat itu. Dia mengangkat teleponnya yang dari tadi bergetar.

"Bos, saya sudah dapat infonya. Iya setengah jam lagi kita ketemu, semua fotonya ada sama saya."

"Tempat biasa." Dirham menyudahi panggilan dan segera menuju tempat yang disepakati. 

****

Sore itu Dirham pulang ke rumah orang tuanya. Dilihatnya art sedang menyiram tanaman di taman depan. Rumah besar itu kelihatan suram tanpa keceriaan lagi, Dirham memarkir mobilnya setelah art membukakan pintu pagar.

Dia keluar sambil meninjau keadaan rumah yang sudah seminggu ini tidak dikunjungi. Dirham tinggal di apartemennya sendiri sudah beberapa bulan ini, di rumah ini terlalu banyak kenangan pahit manis bersama adik kesayangannya. 

Matanya berkaca-kaca mengingat hari dimana adiknya menangis dengan wajah frustasi. Fathia begitu hancur dan rapuh saat mengatakan tentang kehamilannya. Ayahnya, Adam Assegaff pasti akan membunuhnya jika sampai tahu. 

"Fa tidak ingin hidup lagi kak, Fa tidak kuat, Fa takut papa, Fa tidak mau memalukan keluarga kita." 

Fathia Assegaff adik semata wayangnya sedang memeluk lutut di kamarnya, di dalam gelap, air matanya berlinang dan tangisannya memilukan.

Dirham mendengar itu terkejut, dan segera memeluk adiknya. 

"Ada apa ini Fa, nggak baik ngomong kek gitu." Fathia semakin menangis dalam pelukan kakaknya.

"Dia meninggalkan Fa, dia menghianatiku kak, dan cewek itu datang memaki Ku, menghinaku, katanya aku murahan, aku wanita murahan. Kak, tolong. Fa hamil kak, Fa hamil." lutut Dirham lemah mendengar itu semua. Tangannya mengepal. Apa yang harus dilakukannya untuk menolong si adik.

"Tenang Dik, kita pikir dengan kepala dingin. Siapa lelaki itu, bilang sama kakak, biar kakak kerjakan dia. Berani sekali dia buat adik kesayangan kakak menangis."

Fathia diam tidak menyahut pertanyaan dari kakaknya, tapi isak tangisnya begitu memilukan. 

"Dik, bilang siapa laki-laki itu. Biar kakak hajar dia." Suara Dirham meninggi. Tapi adiknya tetap diam. Emosi yang sudah tersulut tadi mengendor melihat air mata adik yang sangat di sayangi itu.

Dirham akan memberi waktu pada adiknya untuk menenangkan diri dulu. Dirham keluar kamar. 

Keesokan harinya ketika pulang dari kantor Dirham heran kenapa ada orang menjerit histeris dan itu suara mamanya dan Mbak Santi, art yang bekerja di rumah orangtuanya.   Apa yang terjadi sebenarnya, Dirham berlari masuk kedalam rumah, blueprint tube yang selalu menemaninya dilempar begitu saja di lantai, langkah Dirham melemah ketika sampai di tangga paling atas jeritan itu terdengar dari kamar adiknya, tidak! jangan! hatinya menidakkan bayangan menakutkan yang sempat terlintas di kepalanya. Tapi kaki lemahnya di kuatkan untuk melangkah menuju kepintu kamar yang terbuka lebar. 

Mata pemuda itu terbeliak, keringat dingin membasahi tubuhnya, dia menggigil, kaki dan tangannya gemetar tidak kuat lagi melangkah. Air mata jantannya membasahi pipi.

Dirham jatuh terduduk ke lantai melihat mamanya sedang memangku kepala Fathia  sambil menjerit histeris sementara Mbak Santi menangis terisak, tangannya memegang siku Fathia. Pergelangan tangan gadis itu penuh dengan darah yang masih segar dan hampir mengering. Dirham tidak kuasa untuk mendekati ibu dan adiknya, dia menangis tersedu di tengah pintu kamar itu dia melutut tidak mampu berdiri. 

Inikah keputusan yang di ambil adiknya kemarin. Dirham menggelengkan kepalanya menyesali apa yang terjadi. 

Fathia, Fathia ! 

Jangan Fathia, jangan pergi, kami sayang kamu.

Fathiaaaaaa. 

"Dirham, bangun !" 

"Kamu mimpi buruk ini, Ayo bangun." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
rosita sari
baca bab 2 bagus alurnya kak
goodnovel comment avatar
Wujiajia Tukiman
keren bangetnya
goodnovel comment avatar
Betty Veronicaleoniie
keren bangetyty
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Ending: Pengantin Veteran

    Suara nyanyian burung kenari dan debur ombak berselang-seling membangunkan tidur pulas Dirham. Pria itu membuka matanya dan melihat jam di ponsel, sudah jam 5 pagi. Ia bangun dan menatap pada wajah ayu wanita yang masih tertidur pulas di atas lengannya. Dirham bangun dari tempat tidur dan mengalihkan kepala sang istri. Ia melangkah menuju ke kamar mandi. Membersihkan diri sebentar dan menunaikan kewajibannya. Lima belas menit berlalu tapi tidak ada tanda-tanda Dinar akan bangun, pasti wanita cantik itu kelelahan melayani keinginan suaminya yang tidak pernah jemu. Dinar baru dibiarkan tidur hampir jam 1 pagi.“Eungh …” Dinar menggeliat ketika merasakan tidurnya terganggu. Kantuknya tidak dapat lagi dinegosiasi, suaminya yang perkasa membuatnya hampir tidak bisa berdiri tadi dini hari, hingga ke kamar mandi harus digendong.Melihat istrinya tidur dengan mulut terbuka, membuat Dirham tertawa.'Kenapalah kamu itu sangat m

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra Part: Malam Panjang Kita

    Mature contentDinar mencoba mengimbangi permainan lidah nakal sang suami, dan seperti selalu, Dirham selalu tidak bisa ditebak arah permainannya.“Mas, engh …” satu lenguhan keluar dari bibir mungil sang istri tatkala bibir Dirham mulai turun menjelajahi leher putih dan menyesap serta melumat dengan sesapan-sesapan kecil dan panas meninggalkan beberapa jejak kemerahan si sana. Jemari tangan Dinar meremas rambut Dirham menyalurkan hasratnya yang mulai bangkit.Dirham membawa istrinya ke atas tempat tidur dan menjatuhkannya, ia merasa celananya sesak karena miliknya mengeras sejak mereka turun dari mobil tadi. Membayangkan Dinar yang mendesis nikmat di bawah tubuhnya saja membuat pria itu langsung bergairah.Dirham membuka blouse istrinya, sementara Dinar memberi akses pada sang suami untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Ia juga menarik keluar baju pria yang menjadi tempat ia mencurahkan segal

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra part: Papa Masih Ngompol Malam

    “Mas! Anak-anak dengar tuh.” Dinar mencubit pinggang suaminya.“Dengar apa itu, Bunda?” Ruby memang kritis pemikirannya, selalu ingin tahu apapun yang didengar oleh telinganya.“Tidak ada apa, Sayang. Ruby nanti kalau bobo sama Oma dan Opa jangan rewel tau.” Dinar berpesan pada putrinya.“Kakak kan udah gede, pesen itu buat adik kali, Bunda.” Dirham tertawa mendengar kalimat pedas dari putrinya, ngikut siapalah itu, pedas kalau ngomong.“Adik uga udah pintal kok, pipis malam aja udah kaga pelnah.” Abizaair tidak mau ketinggalan.“Jelas dong, Adik udah mau 4 tahun, mana boleh pipis malem. Kasihan yang bobo sama adik kalau kena pipisnya.”Ujar Dirham pula, ia membawa mobil dalam kecepatan sedang.“Papa pelnah pipis malam-malam?” pertanyaan dari sang putra membuat Dinar terbatuk-batuk.“Pernah dong, tanya sama Bunda tuh. S

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra part: Anak-anak Rindu Oma

    Dirham menatap istrinya, ia merasa heran mendengar ucapan dari gadis di depannya itu.“Sada, maksudnya apa? Kami tulus lho membantu kalian.” Dinar meminta Sada untuk menjelaskan penolakannya tadi.“Loli, ajak adik-adik ini bermain dengan Ruby.” Dinar memanggil Loli.“Iya, Bu. Ayo adik. Ada temannya di sana.” Loli datang dan memanggil adik-adik Sada untuk menuju ke halaman samping.“Pergilah, nanti Mbak panggil kalau mau pulang.” Baim dan Zahra mengangguk dan mengikuti langkah Loli.“Begini, Pak. Saya tidak enak kalau harus menerima kebaikan bapak dan ibu cuma-cuma.” Dinar tersenyum, ia mengerti apa maksud dari Sada. Ia masih ingat dulu Sada tidak pernah mau menerima uang secara cuma-cuma, ia harus bekerja sebelum menerima uang dari orang lain.“Tapi ini kan beasiswa. Namanya beasiswa pasti tanpa syarat. Kecuali beasiswa prestasi.&r

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra part: Bertemu Sada

    “Mbak Dinar!” Dinar langsung berdiri dan memeluk gadis itu dengan mata berbinar, gadis yang ingin ditemui ternyata sekarang ada di depannya. Sada membalas memeluknya.“Kamu kerja di sini?” Dirham bertanya pada Sada, gadis yang dulu pernah menjadi orang kepercayaannya untuk mengantar dan menjemput Dinar waktu mereka belum menikah.“Iya, Pak. Saya kerja di sini? Bapak sekeluarga liburan?”“Ayo, duduk. Kita bisa cerita-cerita. Adik-adik kamu pasti sudah besar sekarang.”Dinar menyentuh lengan Sada.Gadis itu tersenyum tapi menggelengkan kepalanya.“Saya masih kerja, Mbak. Mana bisa duduk-duduk di sini. Adik saya sudah sekolah, kelas 6 SD sama kelas 4.”“Kamu tidak narik ojol lagi?” Dirham bertanya sambil mengambil sebotol air mineral di atas meja. Dibuka tutupnya dan diberikan pada sang istri.“Sore jam 4 setelah pul

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra part: Ke Pantai

    “Sayang, Sorry Papa sama bunda ketiduran tadi. Sekarang ajak adik tunggu di depan, ya?”Dirham mengusap kepala putrinya. Ruby mengangguk dengan cepat. Ia memanggil sang adik sesuai pesan papanya.Sementara Dirham kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Dinar baru saja selesai memakai selendang pashmina kegemarannya. Ia menyembur parfum lalu mengoles bibirnya dengan lipstik berwarna nude.Pelukan hangat Dirham dari belakang membuatnya sedikit menoleh.Dirham mendekap erat tubuh ramping istrinya, wangian aroma yang selalu segar pada penciumannya ia hirup dalam-dalam.“Jangan cantik-cantik, nanti ada yang naksir.”“Ruby bilang apa?”Dinar mengusap lengan sang suami yang melingkari perutnya.“Minta jalan-jalan ke pantai. Kita gerak sekarang. Kasihan anak-anak, ngambek katanya nungguin kita lama dari tadi.”“Papanya sih suka lama-lam

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra part: Sensasi Jakuzi

    Mature content “Sayang, sabar.” Dinar mengacuhkan kalimat suaminya, entah kenapa sejak ia masuk ke dalam kamar, hasrat seksualnya naik tiba-tiba. “Mas, aku tidak bisa sabar lagi.” Dinar langsung menyerang Dirham dengan ciuman-ciuman panas, Pria itu bergerak mundur dan masuk dalam kotak kaca, ia membalas setiap lumatan dan sesapan bibir istrinya. Tangannya menahan tengkuk Dinar agar ciuman panas dan dalam mereka tidak terlepas. Bagian bawah tubuh Dirham sudah berdiri mengeras di dalam celana chino-nya. Begitu juga Dinar ia merasakan denyutan yang semakin menggila di bawah sana. Ia merapatkan kedua kakinya menahan rasa juga keinginan. Pria itu menarik dress istrinya lalu dilepaskan menyisakan penutup bagian dalam saja semakin membuat hasrat Dirham bergelora menatap tubuh indah yang tidak berubah dari awal mereka bersama, Dinar juga tidak tinggal diam, ia menarik turun celana sang suami, matanya membulat saat tangannya meremas sesuatu yang sudah menge

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra part: Kamar Mandi Surprise

    “Iya, ini Ruby. Yang saya kandung waktu masih di sini dulu, Mak. Ini Abizaair adik dia. Ini Loli pengasuh mereka. Ayo sayang, Salim sama Nek Marni.” Mak Marni manggut-manggut dengan mata berkaca-kaca. Terharu ternyata masih diberi kesempatan bertemu dengan majikannya yang baik seperti Dinar dan Dirham.“Saya kaget waktu Masnya menghubungi saya, untuk membantu membersihkan rumah ini.”“Ini semua juga buat saya kaget, Mak. Suami saya selalu memberi kejutan.” matanya memandang pada Dirham yang membaringkan Ruby di atas sofa.“Nak Loli, mari saya tunjukkan kamar untuk tidurkan nak Abizaair.” Mak Marni membawa Loli ke kamar yang memang disediakan khusus untuknya dan anak-anak.“Mas, sebaiknya Ruby juga dipindahkan sekali, lagian mereka juga sudah makan tadi di bandara, biarkan mereka istirahat dulu.”“Iya, aku juga ngantuk. Padahal baru jam 1 siang.”

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra part: Mengenang Masa Lalu

    Mendengar kalimat dari staf itu membuat wajah Rosy pucat seketika. Jadi pria yang begitu mempesona dan sesuai dengan impiannya adalah pemilik Cafe tempatnya bekerja. Istrinya juga berada di sini dan terlihat sangat saling mencintai. Ada rasa malu terselip dalam hatinya tapi rasa terpesonanya masih menguasai perasaannya. Pria yang sangat luar biasa, sudah tampan mempesona dengan postur tubuh sempurna kaya rasa dan romantis. Wanita mana saja pasti akan bertekuk lutut di depannya. Sungguh beruntung wanita yang sudah berhasil menjadi istrinya.“Kamu staf baru ya, tidak tahu kalau itu adalah owner Cafe, itu bos kita. Istrinya sangat baik, ramah dengan siapa saja.” tambah pekerja itu memuji istri bosnya. Sejak bekerja di sini, ia baru tiga kali bertemu dengan istri bos, Dinar tidak segan-segan memberi contoh jika staf baru tidak tahu cara mengerjakan tugasnya.“Mm, i-iya. Gue staf baru.”“O, pantas saja tidak ken

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status