Satu hari satu malam Helena terkurung di dalam gudang tanpa makan dan minum. Ia sudah berkali-kali mendobrak pintu dengan sekuat tenaga dan berteriak meminta tolong. Tetapi tidak satupun yang mendengar dan membuka pintu. Helena hanya bisa pasrah dan berdoa di dalam sana untuk meminta pertolongan dari yang kuasa.
Rasa lelah membuat Helena tertidur di dalam gudang hanya beralaskan kain bekas yang sudah tidak digunakan lagi. Matanya baru saja terpejam, tetapi tiba-tiba telinganya mendengar suara pintu terbuka. Ia refleks membuka mata untuk melihat siapa yang datang. Tetapi wajahnya kembali kesal setelah melihat Michella berdiri di bibir pintu.
"Hay, bagaimana tidurmu satu malam ini ? Apa kamu merasa nyaman bersama para tikus dan kecoak ?" ucap Michella untuk mencibir Helena.
"Dasar wanita gila" Helena bangkit dari lantai, ia melangkah menuju pintu, tetapi langkahnya terhenti karena seorang pria bertubuh tinggi dan gagah berdiri di bibir pintu untuk menghalanginya ke luar.
"Nyoya tidak bisa ke luar" ucap pria itu sambil menghalang pintu.
"Minggir jika kamu tidak ingin menyesal seperti mereka" ancam Helena.
Pak...pak...pak... Michella bertepuk tangan "kamu benar-benar sudah berubah Helea. Dulu kamu tidak berani untuk membuka mulut, tetapi sekarang kamu justru mengancam semua orang yang ada di rumah ini" ucapnya sambil tersenyum sinis.
"Kalian benar-benar tidak waras" sentak Helena.
"Tutup mulutmu wanita jalang" sentak Michella dengan nada yang tidak kalah tinggi "aku akan memberikan pelajaran yang lebih dari itu" ancam Michella sebelum ia meninggalkan gudang.
Helena berusaha untuk ke luar, tetapi tubuhnya terjatuh di atas lantai karena pria yang bertubuh tinggi itu mendorongnya dengan kasar.
"AW...." Jerit Helena ketika bokongnya terhempas dengan kasar di atas lantai marmer. Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk ke luar dari sana. Tenggorokannya yang terasa pedih akibat kering karena tidak minum satu hari satu malam, memaksanya untuk meraih botol air mineral yang diletakkan Michella di atas meja yang penuh debu.
................Tepat pukul 1 malam, Helena mendengar seseorang membuka pintu, tetapi ia tidak peduli, karena yang ada di dalam pikiran saat ini, pasti Michella yang datang untuk menghina dan mencibirnya. Jadi lebih baik ia berpura-pura tidur dari pada mendengar ocehan wanita tidak waras itu."Nyonya, nyonya, apa anda sudah tidur" ucap seorang wanita.
Helena membuka mata dengan lebar, ia bangkit dari lantai "kamu siapa ?" Ucapnya.
Wanita itu menghela napas dengan kasar "bagaimana kamu bisa melupakanku nyonya, sementara selama ini hanya akulah tempatmu mengadu dan berbagi duka" ucap wanita itu.
*Ya Tuhan, apa semua penghuni rumah ini sudah gila ? Mengapa mereka bersikap seolah-olah sudah lama mengenalku* ucap dalam batin Helena.
"Nyonya makan dulu, aku sudah membawa makanan kesukaan anda" ucap wanita paruh baya itu sambil menaruh kotak makan di hadapan Helena.
Mata Helena membulat saat membuka kotak makanan dan melihat isinya adalah sayur-sayuran yang ditaburi dengan kuah kacang. Jangankan makanan kesukaannya, melihatnya saja belum pernah, di Amerika ia belum pernah melihat makanan seperti itu. Tetapi rasa laparnya yang sudah menusuk hingga ke jantung ! Membuat Helena terpaksa memakannya dan menghabiskannya walaupun rasanya terasa asing di lidahnya. Dari pada mati kelaparan, lebih baik menikmati apa yang ada, yang penting bisa mengganjal perut dan menambah tenaga. Itulah yang ada di dalam pikiran Helena saat ini.
"Nyonya kenapa kembali lagi ke sini ? Anda kan sudah tahu kalau nyonya Michella dan nyonya Saras tidak suka kepada nyonya dan mereka selalu menyiksa anda setiap hari. Apa yang anda harapkan kembali ke rumah ini ? Tuan saja tidak pernah memperlakukan anda sebagai istrinya" ucap wanita itu.
Helena menghentikan gerakan mulutnya yang sedang mengunyah makanan. Ia terkejut dengan ucapan wanita yang ada di hadapannya. "Ta....tapi...." Helena tidak melanjutkan kata-katanya karena wanita itu menyelanya.
"Tidak ada tapi-tapian, kembalinya anda ke rumah ini hanya untuk menyiksa diri" ucap wanita itu "maaf jika aku sudah tidak bersikap sopan kepada nyonya. Tetapi sebaiknya nyonya segera pergi dari neraka ini" lanjutnya.
"Hm..." Sahut singkat Helena sambil menganggukkan kepala. Tadinya ia ingin mengatakan tentang dirinya yang sebenarnya kepada wanita itu, tetapi Helena mengurungkan niat karena ia penasaran apa sebenarnya yang terjadi di rumah itu.
"Sekarang Rati pergi dulu. Nanti aku akan membantu nyonya untuk ke luar dari sini" ucap pelayan itu sebelum meninggalkan Helena.
Tidak lama wanita yang bernama Rati itu ke luar dari sana, tiba-tiba seseorang membuka pintu gudang. Helena memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia bisa melihat dengan jelas kalau yang masuk dari pintu itu adalah seorang pria yang bertubuh tinggi, gagah, dan pria itu terlihat berpakaian formal, seperti orang yang baru kembali dari kantor. Tanpa rasa ragu, Helena berlari dan memeluk pria itu dengan erat, ia sudah tidak ragu lagi kalau pria yang ada di pelukannya saat ini adalah tuan rumah ini.
"Tuan, aku merindukanmu" ucap Helena sambil memeluk Richard dari belakang.
"Kamu siapa ?" Ucap Richard sambil berusaha melepaskan kedua tangan Helena yang melingkar di dada bidangnya. Ia menarik tangan Helena hingga berdiri tepat di hadapannya.
"Kamu" ucap Richard.
"Tolong aku tuan. Nyonya Michella dan nyonya Saras mengunciku di sini" ucap Helena dengan berpura-pura menagis untuk menarik simpati Richard.
"Kapan kamu kembali ke rumah ini ? Dan kenapa kamu kembali lagi ? Aku kan sudah mengatakan kepadamu, kalau aku tidak mencintaimu, sama sekali tidak mencintaimu" sentak Richard dengan nada yang tinggi. Ia benar-benar kesal melihat Helena ada di sana.
"Aku datang untukmu tuan" sahut Helena.
"Cukup Helea, jangan membuatku semakin kesal" sentak Richard sambil mencengkram pergelangan tangan Helena dan membawanya ke luar dari sana.
Saat Richard menyeretnya menuju lantai dua mansion megah itu, Helena melihat Rati bersembunyi di balik Gucci yang ada di dekat tangga. Helena melemparkan senyum dan mengedipkan mata tanda mengucapkan terima kasih. Ia tahu kalau yang membuat Richard datang ke gudang itu adalah Rati.
"Tuan jangan hukum aku" mohon Helena sambil meronta untuk melepaskan tangannya dari genggaman Richard. Ia berpikir kalau Richard akan menghukumnya, tetapi ternyata apa yang ada di dalam pikirannya adalah salah. Richard justru membawanya ke sebuah kamar yang cukup luas dengan furnitur yang cukup mewah sama seperti kamar pribadinya di Amerika.
"AW...." Jerit Helena saat Richard melemparkannya dengan kasar ke atas tempat tidur.
"Malam ini tidurlah di sini" ucap Richard dengan wajah yang dingin sambil membuka arloji dari pergelangan tangannya "tapi ingat ! Sebelum tidur bersihkan tubuhmu terlebih dahulu" lanjutnya yang membuat Helena menelan salivanya dengan kasar. Pikirannya sudah melayang-layang entah ke mana saat mendengar Richard menyuruhnya untuk membersihkan tubuhnya.
"Hm.." sahut Helena dengan menganggukkan kepala.
Ia baru saja bangkit dari tempat tidur melangkah menuju kamar mandi, tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar.
"Sayang, kenapa kamu membawanya tidur di kamar ini ?" Protes Michella yang baru masuk dari pintu.
"Itu bukan urusanmu" sahut Richard dengan santai.
"Sayang, dia itukan bukan istri kamu lagi".
Richard memutar tubuhnya dan menatap Michella dengan tajam "pergi dan tinggalkan kamar ini" ucapnya dengan penuh penekanan. Sementara Helena hanya diam dan tertunduk sambil menyimak ucapan antara Richard dan Michella.
*****Suara kicauan burung menandakan kalau hari sudah pagi. Richard yang baru bangun dari tidurnya langsung disambut satu gelas teh dan sepotong roti bakar yang terletak di atas meja. Ia menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur lalu melangkah menuju sofa. Tangan kekarnya meraih satu lembar kertas yang dijepit di bawah gelas.*Tuan pagi ini aku sengaja mengantar sarapan dan teh ke kamar tuan, karena pagi ini aku harus menemui ibuku yang sedang sakit. Maaf, aku pergi tanpa minta izin terlebih dahulu kepada tuan* isi dalam kertas putih. Richard hanya tersenyum membacanya, ia merasa lucu dengan sikap Helea. Untuk apa Helea repot-repot menulis surat, sementara ia memiliki ponsel. Dia bisa mengirim pesan atau menghubungi Richard melalui ponselnya.Tok....tok....tok..... Seseorang mengetuk pintu kamar Richard."Masuk" sahut dari dalam sana."Selamat pagi sayang" sapa Michella sambil menjulurkan kepala dari balik pintu. Wanita berambut pirang itu melangkah menuju Richard yang duduk di sofa. I
Satu Minggu telah berlalu, suasana di kediaman Gordon terlihat baik-baik saja, namun berbeda dengan Helea. Wanita cantik berusia 25 tahun itu kembali mengubah sikapnya sama seperti saudara kembarnya. Helea bersikap persis seperti adiknya, ia selalu menuruti perintah Michella dan Saras, bahkan setiap malam ia menjelma sebagai tukang pijat pribadi Saras. Entah apa yang ada di pikiran wanita cantik itu, bukankah dia ingin balas dendam terhadap apa yang terjadi kepada adiknya ? Terus kenapa dia menjadi penurut dan tidak mau membantah ?"Pijat yang benar" perintah Saras. Wanita tua itu sedang duduk di kursi kerajaannya sambil membaca buku."Baik nyonya" sahut Helea dengan lembut. Ia memijat kaki Saras dengan lembut."Selesai ini, buatkan aku kopi" lanjut Saras memerintah Helea."Iya nyonya" Setelah selesai memijat kedua kaki Saras, Helea melangkah menuju dapur untuk membuatkan kopi. Namun saat menuruni anak tangga, ia bertemu dengan Richard yang baru pulang dari luar kota."Kenapa kamu b
Keduanya berlari menuju tempat tidur. "Helea, Helea" panggil Helena dengan nada yang cemas dan khawatir. Ia menepuk wajah saudara kembarnya itu dengan lembut, berharap kalau wanita cantik itu akan sadar dan membuka mata."Sayang, sayang. Buka matamu" Susanti memeluk tubuh Helea yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Entah apa yang terjadi kepada Helea sehingga wanita cantik itu pingsan dan mulutnya mengeluarkan busa.Helena meraih ponsel dari dalam tas, lalu memesan taksi untuk membawa Helea ke rumah sakit."Buruan pak" ucap Helena untuk mendesak sopir taksi. Sedangkan Susanti sedang menagis tersedu-sedu sambil memeluk putrinya.Butuh waktu 57 menit untuk mereka tiba di rumah sakit. Pihak medis langsung membawa Helea masuk ke ruangan UGD, sedangkan Helena dan Susanti menunggu di depan pintu."Ibu yang tenang ya ! Helea pasti baik-baik saja" Helena memeluk ibunya untuk memberikan kekuatan, ia tahu bagaimana perasaan ibunya saat ini."Hm....." Sahut Susanti bersama anggukan kepala.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Richard langsung menerobos masuk ke dalam kamar ibunya. Untung saja Saras tidak pingsan karena terkejut."Kamu....." Ucap Saras."Apa mama yang membuat berita bohong itu" todong Richard tanpa basa-basi. Ia langsung bicara pada intinya."Berita bohong apa maksud kamu ? Mama tidak mengerti" "Bukankah selama ini mama sangat membenci Helea ?" Tanya Richard yang membuat Saras semakin bingung dan tidak mengerti.Saras tersenyum sinis. "Kamu bicara apa sih ?" Ucapnya."Mama tidak perlu berpura-pura seperti ini. Katakan saja yang sebenarnya" sentak Richard. Ia semakin kesal karena Saras tidak menjawab, justru balik bertanya.Saras terpaku karena sentakan Richard, butiran bening satu persatu mulai mengalir di pipinya. "Kamu berani meninggikan suara seperti ini, karena aku bukan ibu kandungmu" ucapnya.Richard mengacak rambut. "Maafkan aku" ucapnya, lalu bergegas ke luar dari kamar Saras dan kembali ke kamarnya. Richard tidak tega melihat Saras meneteskan
"nyonya, nyonya" panggil Rati sambil mengetuk pintu.Cek...lek... pintu terbuka. "Ada apa bi ?" Ucap Helena.Rati tidak tidak menjawab pertanyaan Helena. Matanya fokus melihat tangan Helena yang berlumur darah, hingga menetes ke lantai. "Ada apa dengan tangan nyonya ?" Ucapnya."Oh, ini hanya luka sedikit" jawab santai Helena."Tidak, tidak. Ini bukan luka sedikit, tetapi luka parah" Rati berlari menuju kamarnya, ia menghubungi dokter pribadi keluarga Gordon dan memintanya untuk segera datang."Obatnya diminum tiga kali sehari nyonya. Tangan nyonya bisa infeksi jika tidak rutin atau teratur meminum obat" ucap dokter sebelum meninggalkan kediaman Gordon.Setelah mengantar dokter ke pintu utama, Rati kembali ke kamar Helena. Ia tidak percaya dengan alasan yang dikatakan Helena. Rati merasa curiga karena Helena sudah banyak berubah dan sangat berbeda dengan yang dulu.Rati mengunci pintu dari dalam, lalu menghampiri Helena yang duduk di sisi ranjang sambil termenung. "Nyonya, apa yang se
Tepat pukul 8 pagi, Richard sudah meninggalkan kediaman Gordon. Saat ini pria tampan itu sudah dalam pesawat menuju Amerika. Sementara Helena sedang bersiap-siap di dalam kamarnya, ia tidak perlu bersembunyi untuk ke luar dari sana. Karena sebelum Richard pergi, ia sudah terlebih dahulu meminta izin, dan pria tampan itu mengizinkannya.Pak...pak....pak.... Michella bertepuk tangan saat melihat Helena menuruni tangga."Richard pergi, dia juga akan pergi" ucap Michella. "Apa kamu ingin menemui pria itu ?" Lanjutnya."Aku tidak mengerti maksud kamu" jawab Helena.Hahahaha Michella tertawa. "Sekali jalang, ya akan tetap jalang" sindir Michella."Biarkan dia pergi memuaskan hasratnya. Selama ini kan dia tidak pernah disentuh Richard" sahut Saras dari lantai dua."Maaf aku buru-buru" Helena melewati Michella. Ia langsung masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan dari ponselnya.Sepanjang perjalanan, Helena memperhatikan mobil yang ada di belakang, ia takut jika Michella atau Saras mengikutin
Helena terkejut ketika membuka paper bag dan melihat isinya . Ia bingung kenapa Richard tiba-tiba memberikan baju lingerie berwana merah kepadanya. Bukankah Richard sudah mengetahui bagaimana cara berpakaian istrinya Helea ? Tetapi kenapa dia masih memberikan baju seksi seperti ini ?"Dia sudah gila, dia pikir aku ini budak nafsunya" gerutu Helena. Ia kembali memasukkan baju lingerie ke dalam paper bag. Pikiran Helena sudah terbang ke mana-mana setelah melihat baju yang diberikan Richard.Setelah 30 menit berlalu, Alex masuk ke dalam kamar. pria tampan itu sudah mengenakan baju santai dan bukan berpakaian formal seperti yang ia kenakan tadi pagi."Kamu sudah mandi ?" Ucap Richard sambil menjatuhkan bokongnya di atas sofa."Hm..." Jawab singkat Helena yang berdiri di kaca jendela dengan posisi memunggungi Richard."Apa kamu sudah menerima sesuatu dari pelayan ?" Richard kembali bertanya.Helena memutar tubuh menghadap Richard. "Iya, tetapi aku tidak menyukainya tuan" ucap Helena. Seben
Michella mondar mandir di depan pintu kamar Richard. Ia penasaran kenapa Helena belum ke luar dari sana, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Michella yang sudah tidak sabar lagi ! Lantas membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Mata Michella membulat ketika pintu terbuka dan melihat dua mahluk Tuhan yang paling sempurna, sedang tertidur pulas di atas tempat tidur dengan posisi berpelukan tanpa mengenakan pakaian.Dengan hati yang kesal, Michella ke luar dari sana, ia kembali menutup pintu kamar Richard dengan rapat. Ia tidak langsung ke kamarnya, melainkan melangkah menuju kamar Saras.Tok....tok....tok.... Michella mengetuk pintu kamar Saras."Iya sebentar" sahut dari dalam sana.Saat pintu terbuka ! Michella langsung menerobos masuk tanpa Saras mempersilahkannya terlebih dahulu. "Ini gawat, ini gawat. Benar-benar gawat" ucapnya sambil mondar mandir di dalam kamar."Gagat apa ? Aku tidak mengerti maksud kamu" desak Saras."Ini gawat. Mama tahu tidak, apa yang baru
Helena duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya, ia pusing memikirkan rencananya yang gagal mengikuti Michella hari ini. Tapi satu yang pasti, kalau Saras tidaklah sakit dan kontrol setiap Minggu ke rumah sakit.Ting-nong ting-nong. Suara dering ponsel menyadarkan Helena yang hayalannya."Iya pah" sahut Helena setelah mengusap layar ponselnya."Bagaimana kabarmu sayang ? Apa kamu sudah bertemu dengan ibumu" tanya dari seberang sana."Aku baik pah. Aku belum bertemu dengan ibu. Aku sudah pergi ke alamat ya papa berikan, tetapi warga di sana mengatakan, kalau ibu sudah lama pindah. Dan tidak ada satupun yang mengetahui alamat barunya" jawab Helena dengan jujur. Ia memang sudah pergi ke alamat yang diberikan ayahnya. Tetapi ternyata alamat itu adalah, alamat Susanti 20 tahun yang lalu."Bagaimana jika papa menghubungi teman papa yang ada di Indonesia, untuk membantu kamu menemukan ibumu ?""Enggak usah pah. Helena pasti bisa menemukan ibu. Terima kasih papa sudah perhatian kepada Helen