Setibanya di lantai bawah, Kirei menemukan mommy Carol sedang bersantai dengan daddy Rayhan dan putra keduanya, Reynard. Meski enggan Kirei tetap harus pamit pulang kan? Tidak mungkin Kirei melewati mereka begitu saja! Akan tidak sopan!
Kirei menghapus air matanya dan berdoa agar bibirnya tidak terlihat terlalu bengkak setelah ulah Rafael barusan. Perlahan Kirei maju mendekati mereka dan memasang senyum lebar.
“Mom, Dad, aku mau pamit pulang dulu. Kasian Mama di rumah sendirian.”
“Rafael dimana? Biar dia yang akan mengantar kamu pulang, Sayang.”
“Tidak perlu, Mom! Aku bisa pulang sendiri. Aku permisi!”
“Biar aku yang antar Kirei pulang, Mom!” ujar Reynard cepat, berinisiatif saat melihat wajah Kirei yang menampakkan berbagai macam emosi. Sedih. Marah. Frustasi.
‘Apa Rafael berbuat sesuatu pada Kirei?’ batin Reynard keheranan.
Melihat gelagat aneh Kirei terpaksa mommy Carol me
āAku akan memaafkanmu kalau kamu janji tidak akan memaksaku lagi seperti kemarin!ā balas Kirei membuat Rafael pusing karena tidak yakin dapat menepatinya. Rafael terdiam mendengar ucapan Kirei, batinnya bertanya-tanya apakah bisa seperti itu? Apakah dirinya bisa selalu menahan diri saat bersama dengan Kirei? Rasanya mustahil apalagi mereka akan tinggal satu rumah! Dan tidur dalam satu kamar! āRafa?ā panggil Kirei tidak sabar karena tidak mendengar jawaban apapun dari pria yang sedang duduk di hadapannya. āHmm?ā āApa kamu bisa janji tidak akan memaksaku lagi seperti kemarin?ā āAku tidak yakin, Kirei. Apalagi setelah menikah nanti kita akan tinggal serumah. Kamu tau sendiri kalau aku pria dewasa yang normal. Aku tidak yakin bisa selalu menahan diri setiap kali melihat istriku sendiri nantinya,ā aku Rafael jujur. Kejujuran Rafael membuat kemarahan Kirei sedikit berkurang karena setidaknya pria itu jujur dan tidak asal menjawab, meski begitu tetap saja Kirei merasa kesal karena Rafae
“Vanya!”“Akhirnya datang juga. Mau kemana dulu ya enaknya?”“Keliling dulu aja. Cuci mata, nanti kalau udah capek baru cari tempat enak buat makan sambil ngobrol,” usul Kirei.“Sounds good! Let’s go!”Lebih dari dua jam kedua gadis itu berputar-putar keliling mall, awalnya hendak nonton bioskop tapi ternyata tidak ada film yang menarik membuat mereka mengurungkan niatnya. Dan sekarang setelah lelah jalan-jalan, Kirei dan Vanya memutuskan untuk duduk meredakan rasa haus dan lapar di salah satu restoran yang ada di dalam mall itu.“Pesen aja, Ki. Gue traktir!”“Tumben? Dalam rangka apa?”“Gak ada apa-apa sih. Tapi Bokap baru kasih uang jajan bulanan!” kekeh Vanya membuat sebersit rasa iri menggelayuti hati Kirei tanpa dapat dicegah.Ahh! Enaknya jika masih memiliki orangtua lengkap seperti Vanya. Kirei tidak pernah berharap dapat hidup seka
Kirei sedang mengantar mamanya untuk cuci darah rutin di rumah sakit Permata Indah dan saat sedang berada di kamar mandi dirinya mendengar bisik-bisik suster disana yang asyik bergosip. āDengar-dengar dokter Rafael mau menikah sebentar lagi lho.ā āIya! Aku juga dengar berita itu, aku pikir hanya sekedar gossip ternyata beneran ya? Duh! Aku gak punya kesempatan lagi untuk deketin si dokter ganteng dong?ā āPenasaran mau liat calon istrinya deh! Pasti cantik banget kali ya sampe bisa dapatin hati si dokter ganteng,ā tebak salah satu suster membuat Kirei menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin di hadapannya. āMana ada aku cantik pake banget? Cantik sih tapi gak pake banget juga!ā batin Kirei, jadi semakin takut sendiri karena Kirei sepenuhnya sadar kalau dirinya benar-benar tidak sederajat jika disandingkan dengan Rafael! Dan karena tidak sanggup mendengar perbincangan mereka lebih lama lagi jadi Kirei memutuskan untuk pergi dari toilet secepatnya, daripada dirinya semakin insecu
“Mau ambil gelas yang mana?” tanya Rafael dengan nada rendah mengagetkan Kirei hingga membuat gadis itu terpekik kaget dan oleng seketika!Refleks, Rafael menangkap pinggang Kirei ke dalam pelukannya, jika tidak, dapat dipastikan kalau Kirei pasti akan meluncur mulus diatas lantai!“Kamu kenapa kesini?! Bukannya aku udah bilang tunggu di ruang tamu! Ngagetin aja!” omel Kirei dan melompat turun dari pijakan kayu serta tidak lupa berusaha melepaskan diri dari pelukan Rafael, apalagi tangan pria itu masih berada di pinggang Kirei! Wajah Kirei memerah tanpa dapat dicegah saat mendapati tangan Rafael melingkari pinggangnya!Belum pernah ada pria yang berani memeluknya atau melingkarkan tangannya di pinggang Kirei seperti ini. Hanya Rafael saja yang berani melakukannya! Apa karena Rafael adalah calon suaminya makanya pria itu berani melakukannya? Atau memang itu hanya gerakan refleks dari Rafael? Menyelamatkan Kirei agar tidak mencium lantai!
Kirei menatap pantulan wajahnya di cermin dengan gugup, tidak menyangka kalau hari ini akhirnya akan datang juga! Hari pernikahannya dengan Rafael. Ya Tuhan! Apa Kirei sudah mengambil keputusan yang tepat?Bagaimana bisa Kirei menyetujui pernikahan gila ini dengan pria yang tidak memiliki perasaan apapun padanya? Apakah Kirei masih memiliki waktu untuk melarikan diri? Bisakah ia melakukannya?Kirei menatap ke sekeliling ruang tunggunya yang sepi, hanya ada satu orang WO yang berjaga di dekatnya jika sewaktu-waktu Kirei butuh bantuan. Tapi saat ini yang Kirei butuhkan adalah bantuan untuk melarikan diri!Apakah crew WO itu bisa membantunya? Kirei menggeleng pelan, berusaha menjernihkan pikirannya yang sudah setengah gila saking gugupnya.‘Tidak! Kamu jangan gila, Kirei! Tenangkan dirimu, semuanya pasti akan baik-baik saja. Setelah ini Mama akan operasi transplantasi ginjal dan tidak lama kemudian Rafael akan menceraikanmu, kamu hanya perlu giat membu
Kirei berganti dengan kimono hotel dan pemandangan itu membuat ingatan Rafael melayang pada saat mereka bertemu pertama kali. Karena kesalahpahaman itulah yang membuat Rafael akhirnya dapat menikah dengan Kirei hari ini.Kirei mencoba beristirahat sebentar sebelum harus kembali memperbaiki make up nya yang sudah luntur akibat airmatanya tadi. Tubuhnya terasa lelah, terlebih lagi karena harus mengenakan gaun yang lumayan berat. Tubuh mungil Kirei terasa pegal karena gaun pengantinnya sendiri.Acara sore ini akhirnya dimulai, saat ini hanya acara santai untuk berbincang dengan teman dan keluarga. Kirei cukup lelah saat Rafael memperkenalkan Kirei kepada rekan sejawat ataupun rekan bisnis daddy Rayhan. Kenapa bisa begitu banyak?Setelah memiliki waktu untuk istirahat sebentar, mata Kirei berkeliling mencari mama Inara dan menemukannya sedang ngobrol dengan Vanya. Duduk nyaman di salah satu area kursi VIP, khusus untuk keluarga.Kirei mengingatkan dirinya sen
Kirei terpekik kaget saat Rafael menarik pinggangnya hingga membuat dirinya berada dibawah tubuh kekar suaminya, menggagalkan usaha Kirei untuk melepaskan diri dari pelukan erat sang suami.“Astaga, Rafa! Cepetan minggir!” usir Kirei panik, takut suaminya khilaf, terlebih lagi mereka sudah sah menikah! Padahal Kirei sendiri belum siap untuk melakukannya dan mungkin tidak akan pernah siap karena Kirei masih berharap dapat bercerai dari Rafael setelah satu tahun berlalu.“Mau kemana?” tanya Rafael tanpa mempedulikan kepanikan dari istri kecilnya.“Mandi! Terus ketemu Mama,” jawab Kirei sambil terus berusaha mendorong tubuh Rafael agar menyingkir dari atas tubuhnya, meski pada kenyataannya bergeser sedikitpun tidak! Rafael bagaikan batu karang yang tidak bisa disingkirkan!Kirei mendengus kesal saat sadar usahanya sia-sia, dengan kesal Kirei melirik kearah Rafael yang sedang tersenyum lebar melihat keputusasaannya.
“Oh! Bicara mengenai rumah sakit, dalam waktu dua minggu lagi Mama Inara sudah bisa menjalani prosedur transplantasi. Jadi dalam 2 hari ke depan kondisi Mama Inara harus benar-benar dipastikan cukup kuat untuk melakukan pemeriksaan sebelum menjalani operasi.”Kirei terbeliak kaget saat mendengar ucapan Rafael.“Kamu serius? Mama udah dapat pendonor?”“Serius dong, Kirei. Si pendonor sudah melakukan semua tes dan hasilnya menyatakan kalau ginjalnya layak untuk diberikan ke mama Inara.”“Lalu bagaimana dengan si pendonor itu nantinya? Bukankah dia akan merasa tidak maksimal dalam beraktivitas nantinya?”“Memang tapi itu semua murni keputusan si pendonor dan kami sebagai dokter sudah menjelaskan resikonya kepada beliau dan beliau tetap menyetujuinya. Mungkin membutuhkan biaya.”“Lalu setelah operasi nanti apa tubuh Mama benar-benar dapat menerima ginjal baru tersebut?” tany