Beranda / Urban / Detektif Naga / Fakta Tentang Janet Dan Tom

Share

Fakta Tentang Janet Dan Tom

Penulis: Dian D'n Jell
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-08 22:52:15

Terlalu dini untuk percaya pada salah satu pihak. Tapi sudah jelas, di sini Jerry berdiri sebagai korban. Ada banyak hal yang masih ingin kutanyakan pada Tom, tapi pria menyebalkan ini malah membanting pintu dengan keras hingga membuat debu-debu di pintu berhamburan dan menempel pada jaket kulitku.

***

“Sial! Dasar pria perundung!” dengusku dengan kesal.

Well, aku cukup penasaran dengan pernyataan Tom tentang Janet. Dan penting bagiku untuk memastikan siapa yang berbohong di antara mereka. Jika terbukti bahwa Janet telah berbohong dan memanipulasi semua ini, maka sudah pasti aku tidak akan melanjutkan kasus yang merepotkan ini.

Beralih dari rumah reot milik Tom menuju rumah Janet. Tak jauh berbeda dengan lokasi rumah Tom yang cukup jauh dari kota. Tapi sudah pasti, rumah keluarga Thompson jauh lebih baik dari rumah Tom. Tapi aku terkejut karna kupikir rumah Janet sangat sederhana layaknya rumah seorang pekerja pabrik yang upahnya tidak seberapa.

Suasana peternakan kental terasa ketika memasuki pekarangan rumah Janet. Meski bukan peternakan besar, tapi keluarga Thompson punya cukup aset di sana. Itu terlihat dari sebuah traktor tua, mobil box kuno dan beberapa binatang ternak yang hasilnya cukup lumayan. Bahkan kulihat, Janet juga mempunyai kebun sayur di atas tanah yang luasnya lumayan.

Melihat semua itu aku pun berpikir, jika Jerry mempunyai aset yang kutafsir mampu untuk menunjang biaya hidup keluarganya. Untuk apa dia harus repot-repot bekerja dengan menjadi buruh di sebuah pabrik kayu? Bukankah itu tidak logis!

Janet keluar dari rumahnya dan segera menghampiriku yang masih duduk di dalam mobil. Aku tidak menyadari kedatangannya jika saja ia tidak mengetuk kaca mobilku. Dan ya, aku pun keluar dari mobil dan berusaha bersikap wajar pada Janet. Wajah Janet nampak begitu senang ketika ia tau bahwa aku datang. Bahkan tanpa basa-basi seperti biasanya, ia pun mulai bertanya tentang kasus hilangnya suaminya itu.

“Jadi, bagaimana Tuan Black? Apakah kau sudah mendapat kabar tentang suamiku?” tanya Janet.

“Um...apakah...kita bisa bicara di dalam rumah? Jika kau tidak keberatan tentunya,”

“Oh maafkan aku Tuan Black. Aku sampai tidak mepersilahkanmu untuk masuk ke dalam. Mari, silahkan masuk!”

Kami pun masuk ke rumah milik keluarga Thompson. Sederhana, tapi sangat terlihat nyaman dan juga terawat. Janet mempersilahkanku untuk masuk ke ruang tamu yang hanya memiliki dua kursi panjang dan satu meja kayu. Perabotan yang ada di sana pun tidak banyak, tapi sepertinya sebagian besar barang di sana adalah barang kuno dan antik

Menurutku, selera mereka cukup bagus. Bahkan aku sangat terkesan dengan sebuah alat pemutar piringan hitam dengan type model yang sangat langka. Jika dibandingkan dengan milikku, mesin pemutar piringan hitam milik Janet di bandrol dengan harga selangit di pasaran. Ya, karna benda ini selain antik tapi juga limited edition.

“Mau kuputarkan salah satu koleksi piringan hitam milik Jerry?” tanya Janet yang tiba-tiba muncul di belakangku seraya menyodorkan secangkir teh dan cokies yang aromanya sangat harum.

“Oh, maaf Nyonya Thompson aku tidak bermaksut lancang. Hanya saja aku juga mempunyai benda seperti ini, tapi...milikmu ini adalah benda langka dan premium,”

Janet tersenyum kemudian duduk di salah satu kursi kayu di ruang tamu seolah berusaha mengingat sebuah kenangan yang terhubung oleh mesin pemutar piringan hitam itu. Aku pun duduk di sampinganya dan ia pun mulai bercerita, “Mesin pemutar piringan hitam itu, Jerry membelinya ketika ulang tahun pernikahan kami yang pertama. Saat itu, dia langsung memutar sebuah lagu klasik yang sangat romantis dan mengajakku untuk berdansa. Ya...saat itu kami masih sangat muda dan penuh hasrat.”

“Wow! Sangat menarik. Apakah kalian menikah di usia yang sangat muda?” tanyaku ingin tau tentang latar belakang keluarga Thompson.

“Benar. Kami memutuskan untuk menikah ketika usia kami bahkan belum genap 20 tahun. Tapi, saat itu adalah hal yang wajar untuk menikah di usia muda karna belum banyak orang yang lebih mengejar karir dari pada keluarga,”

“Sepertinya, kau dan Jerry adalah pasangan yang sangat romantis. Tapi...setelah sekian lama kalian menikah, apakah itu tidak terasa membosankan? Maksutku, pada era ini kami bahkan berganti teman kencan setiap hari!”

Entah kenapa Janet malah menatap padaku seraya tersenyu penuh arti. Ia kemudian memegang tanganku kemudian berkata, “Tidak jika kau sudah menemukan belahan jiwamu.”

Seketika aku pun tertawa karna mendengar ucapan Janet. Astaga! Roman picisan sudah lama punah dari dunia ini. Apalagi untukku, bayangkan saja! Aku bahkan tidak bisa menghitung berapa wanita yang sudah kukencani sampai detik ini.

“Yang benar saja! Teori itu mungkin berhasil pada zamanmu, Nyonya Thompson. Tapi itu tidak berlaku lagi untuk era ini!” argumenku pada Janet.

“Manusia diciptakan dengan sebuah hati di dalamnya. Karna itu, apapun yang terjadi hati pasti akan selalu mencari cinta sejati. Hanya saja...manusia sering mengingkari hati nuraninya sendiri dan lari untuk menjauhi cinta,”

“Jika kau merasa bahwa Tuan Thompson adalah cinta dan belahan jiwamu, kenapa Tuan Tom mengatakan bahwa kau dan suamimu sering terlibat pertengkaran?” tanyaku menyelidik.

Kali ini, Janet terdiam dengan tatapan yang nanar. Ia tidak membenarkan atupun menyangkal ucapan Tom yang menyudutkan dirinya. Cukup lama Janet bungkam hingga akhirnya ia menghela nafas kemudian berkata, “Ya, apa yang dikatakan oleh Tom memang tidak salah. Kami memang saling mencintai, tapi bukan berarti kehidupan tidak akan diwarnai pertengkaran. Bukankah semua itu adalah sesuatu yang wajar terjadi pada setiap pasangan?”

“Maafkan aku Nyonya Thompson, sebenarnya tadi aku menemui Tom tanpa sepengetahuanmu. Dan...sepertinya, hubungan kalian tidak berjalan dengan baik. Apa itu benar?” tanyaku lagi.

Entah kenapa lagi-lagi Janet kembali tersenyum getir. Janet kemudian beranjak dari duduknya dan berdiri di depan sebuah jendela seraya menatap ke arah kebun miliknya. “Dulu hubungan kami lebih dari sekedar baik. Seperti yang kukatakan suamiku dan Tom adalah sahabat sejak mereka kecil. Saat itu usiaku baru 10 tahun ketika orang tuaku membawaku pindah ke kota ini. Sebenarnya Tom lah yang pertama kali mengenalku, sampai akhirnya ia mengenalkanku pada Jerry...

Kami bertiga tumbuh bersama dan menjadi sangat dekat satu sama lain. Hingga ketika suatu hari, Tom mengatakan padaku bahwa ia mencintaiku. Saat itu kami baru berusia 17 tahun, dan Tom tidak tau  jika aku dan Jerry bahkan sudah menjalin hubungan sejak beberapa tahun sebelumnya. Ya...aku tidak bisa membalas cinta Tom karna aku sangat mencintai Jerry dan kami bahkan akan menikah.

Tom sangat kecewa dan sejak itu dia marah padaku dan juga Jerry. Meski begitu, bagi kami Tom tetaplah sahabat kami walau apapun yang terjadi. Hanya karna kecewa pada kami, Tom menjalani hidupnya dengan buruk. Ia jadi pemabuk dan hanya mengurung diri di rumah. Berkali-kali kami menwari Tom untuk mengelola peternakan kecil ini bersama, tapi ia selalu menolak dan memilih hidup luntang lantung tanpa tujuan...” ungkap Janet padaku.  

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Detektif Naga   Menapakki Masa Lalu

    Aku tidak tahan melihat itu. Maka kubuat satu tanda merah di lehernya, tapi nyatanya memberi satu tanda pada Gwen tidaklah cukup. Akhirnya kini hampir seluruh leher dan dada Gwen dipenuhi dengan tanda kepemilikkan dariku.***Hingga akhirnya, aksi panas di atas ranjang pun terjadi pada malam pertama pernikahanku dan Gwen. Kupikir hanya aku saja yang terlalu bersemangat untuk ini, tapi nyatanya Gwen pun sangat luar biasa di atas ranjang.Tak kusangka rupanya Istriku sangat luar biasa dan panas. Astaga! Bahkan di luar ekspektasi kami pun terus bercinta sampai berkali-kali dalam semalam. Aku bahkan sudah lupa berapa ronde kami lakukan. Tak ayal hal itu akhirnya membuat kami kelelahan.Hingga akhirnya ramainya kicauan burung mulai membangunkanku. Entah sudah berapa lama aku tidur, yang pasti sampai aku bangun pun Gwen masih terlelap di sampingku. Tidak biasanya ia bangun lebih siang dariku. Biasanya Gwen selalu bangun pagi karna ia suka menyiapkan sarapan.

  • Detektif Naga   Menikah

    “Untuk apa harus menunggu selama itu? Apa kau tau, Sayang? Diberi kesempatan sekali lagi untuk hidup dan bersama, adalah hal yang tidak boleh disia-siakan. Jadi, ayo kita menikah!”***“Ta-tapi...ada apa denganmu? Kenapa mendadak kau ingin kita menikah dengan cepat?” kata Gwen bingung.“Sudah kubilang untuk memenuhi janjiku padamu. Lagipula apa yang kau tunggu? Bagaimana kalau sebelum kita sempat menikah ternyata aku atau kau lebih dulu meninggal?! Kau mau seperti itu?!”Aku tau aku sedikit memaksa. Tapi tidak ada cara lain karna bahkan Gwen juga lupa kalau dulu dialah membuatku berjanji untuk segera menikahinya. Tapi dari apa yang kukatakan pada Gwen, sepertinya ia pun mulai berpikir. Hingga akhirnya ia berkata, “Baiklah. Aku setuju untuk menikah. Tapi kau janji tidak akan ada yang berubah bukan?”“Tentu saja ada yang berubah. Kita tidak akan lagi hanya berdua, karna akan ada anak-anak kita buk

  • Detektif Naga   Tujuan Hidupku

    Aku pun berpaling ke belakang dan lagi-lagi aku kembali dikejutkan dengan apa yang kulihat. Aku bahkan tidak percaya dengan semua ini. Aku bahkan berpikir mungkin benturan itu membuat kepalaku cidera dan aku mulai gila!***Bagaimana semua ini adalah nyata? Bagaimana bisa aku melihat diriku sendiri? Berdiri di hadapanku dan menatapku dengan sorot mata yang tajam. Tidak! Semua ini pasti hanyalah sebuah mimpi. Tapi...kenapa meski sudah berkali-kali kugosok mataku dan menampar pipiku sendiri, sosok yang mirip sepertiku itu tetap saja ada?Malahan, kini ia mulai melangkahkan kakinya dan berjalan mendekatiku. Bersama dengan itu, aku pun melangkahkan kakiku mundur semakin menjauh darinya. Bukannya aku takut padanya. Tapi aku takut pada diriku sendiri.Hingga akhirnya kulihat liontin Naga yang tergantung di leher pria yang wajahnya sama denganku itu. Aku pun mulai berpikir, apakah mungkin dia adalah Panglima Dragori? Tapi...kenapa wajahnya mirip sepertiku?

  • Detektif Naga   Duel

    “Benarkah? Kalau begitu mari kita duel satu lawan satu! Dan kita lihat siapa pecundang di antara kita!”***Seperti yang kuduga, akhirnya Edi pun semakin kesal. Ia pun akhirnya meletakkan senapan yang ia bawa dan ia berkata, “Baiklah, kuterima tantanganmu! Tapi tidak akan seru kalau tidak ada hadiahnya!”“Begitu? Apa yang kau inginkan? Setumpuk mayat untuk membuat parfum?”Edi pun mnyeringai dan dengan wajah dingin ia berkata, “Aku bisa mendapatkan mayat dengan sangat mudah. Yang kuinginkan adalah Nona Gwen Gringer. Kalau aku menang dalam duel ini, maka Gwen akan menjadi milikku dan aku bebas melakukan apapun padanya!”Dasar brengsek! Bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini ia mengambil kesempatan. Tapi kalau aku sampai menolak, maka artinya aku mengakui kalah sebelum bertarung. Dan sudah pasti aku tidak akan sudi harga diriku direndahkan manusia seperti dia.Tidak ada pilihan. Akhinya kusetujui

  • Detektif Naga   Terpojok

    Sementara itu, diam-diam aku pun membuka lantai kayu yang ternyata adalah sebuah pintu menuju tempat lain di dalam rumah itu.***Kubuka dengan perlahan lantai kayu itu dan kucoba mengamati sekitar ruangan bawah tanah yang tersembunyi di bawah sana. Rupanya tidak ada siapapun di sana. Aku pun mulai menuruni tangga kayu yang merupakan akses untuk menuju ruangan bawah tanah itu.Seperti sebelumnya, tidak ada siapapun di ruangan bawah tanah. Meski begitu, tetap saja aku harus bersiaga dengan menodongkan pistol ke depan.Kulangkahkan kakiku menyusuri setiap sudut ruangan. Dan aku baru sadar, ternyata ruangan bawah tanah itu dilapisi oleh lapisan kedap suara. Pantas saja tidak terdengar apapun dari luar meski Edi mungkin telah banyak melakukan tindakan melanggar hukum di rumah ini.Masih tidak kutemukan keberadaan Edi dan juga Gwen. Dan itu membuatku semakin frustasi. Aku sangat takut kalau Edi membawa Gwen pergi dan ia melakukan hal yang buruk pada Gwe

  • Detektif Naga   Pencarian

    Melihat Gwen yang mulai berteriak itu, tak membuat Edi menjadi panik. Ia bahkan kembali terbahak dan semakinmenjadi-jadi layaknya orang gila. Lalu ia mendekatkan wajahnya pada Gwen dan berkata, “Percuma saja kau berteriak. Ruangan ini kedap saura, jadi si bodoh itu tidak akan bisa menemukan kita....”****Draco Pov*Kulajukkan mobilku dengan kecepatan sangat tinggi sembari berusaha menghubungi ponsel Gwen. Tapi bahkan sudah lebih dari lima puluh kali kucoba, tetap saja Gwen tidak menjawab panggilan telpon dariku.Tentu saja hal itu semakin membuatku panik dan khawatir. Hingga akhirnya ponselku tiba-tiba berdering dan kupikir itu adalah Gwen. Tapi sayangnya aku salah. Ternyata itu adalah panggilan dari Edi Tomb yang bahkan sedang kami buru.Segera saja kusambar ponsel yang tadinya kuletakkan di kursi mobil dan kuangkat panggilan telpon itu. “Hallo, Tuan Black! Kau senang mendengar suaraku? Atau mungkin kau ingin mendengar suara yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status