Share

Tomy

Aku tidak tahan terus menatapnya dari ruang tamu. Aku pun mendekat dan menghampirinya, lalu perlahan...kusibakkan rambut panjangnya sehingga punggungnya yang terbuka itu pun terekspos. Dengan lembut kusentuh punggungnya dan mulai mencium leher Gwen yang jenjang dan mulus. Ia terdiam dan tidak bereaksi apapun terhadap apa yang kulakukan. Hingga akhirnya, Gwen berbalik dan ia mendorongku untuk menjauh darinya.

***

“Jangan coba melakukan ini padaku! Apa para jalang itu tidak cukup untuk memuaskanmu? Dan asal kau tau, aku tidak mau terluka karnamu!” ucap Gwen kemudian berpaling dan meninggalkanku sendiri di dapur.

Sangat mengesalkan! Ya, selama ini bahkan belum ada satu wanita pun yang sanggup menolak diriku. Tapi hal ini selalu terjadi berulang kali antara aku dan Gwen. Aku tidak tau apa yang terjadi padaku, selama ini bagiku wanita adalah bagian dari kenikmatan dunia yang sayang jika dilewatkan.

Tapi Gwen...entahlah. Bagiku dia adalah wanita yang sangat berbeda. Tapi...tidak! Aku berusaha untuk tidak terlalu bermain hati dengannya walau kenyataannya Gwen selalu berhasil menarik perhatianku.

Ah, lupakan itu. Kembali fokus pada kasus hilangnya Jerry Thompson, aku pun melangkahkan kakiku menuju ruang tamu dan duduk di samping Gwen yang sedang mempersiapkan dokumen-dokumen di laptop. Dan sepertinya kini ia telah selesai dengan tugasnya, dan dengan datar ia berkata, “Apa yang akan kau lakukan sekarang?”

“Jika dilihat dari apa yang dituliskan oleh Jerry di buku diary, sepertinya aku akan pergi menemui Tom,”

“Apa kau akan menggunakan dokumen untuk penyelidikan?” tanya Gwen yang masih menatap pada layar laptop.

“Tidak, aku hanya ingin melihat seperti apa sahabat Jerry itu. Dan aku tidak ingin terlihat kaku dan formal,” kataku.

Setelah semua dokumen yang kubutuhkan beres, aku pun bergeas pergi untuk menemui Tom. Kutenggak habis secangkir kopi yang Gwen buat untukku kemudian beranjak dari sofa. Namun langkahku terhenti ketika hampir sampai di depan pintu rumah Gwen.

Aku kembali teringat ketika tadi pagi kutemukan dia bersama para predator. Aku tau, alasan dari kegilaannya pagi ini tidak lain adalah karna aku. Maka aku pun berbalik pada Gwen dan berkata, “Kuharap kau tidak akan lagi bertingkah seperti pagi ini. Ya...kau tau? Itu tidak cocok denganmu!”

Tapi Gwen hanya melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan yang dingin dan datar. Aku pun keluar dari rumah Gwen dengan senyum yang menurutku sendiri sangat aneh. Astaga! Aku tidak percaya kalau aku melakukan hal ini pada Gwen.

Lupakan tentang diriku dan juga Gwen. Aku berusaha kembali fokus dan melajukan mobilku ke sebuah alamat yang Janet berikan padaku. Ya, alamat rumah Tom tentunya. Sebenarnya tadi aku berjanji pada Janet akan menghubunginya, tapi aku tidak sabar dan ingin sgera menyelesaikan kasus ini dengan secepat mungkin.

Bukan karna bayaran, tapi sebenarnya beberapa minggu ini adalah waktu istirahat untukku sebelum akhirnya tiba rentetan jadwal kerjaku. Dan...aku sedikit terkejut. Alamat yang diberikan Janet ternyata semakin mengarah ke wilayah perbatasan kota London yang latar belakangnya adalah hutan.

Bahkan bisa dibilang, tempat ini sangat sepi dan tidak ada penduduk yang tinggal di sini. Tapi tunggu! Di kejauhan nampak sebuah rumah yang terletak di tepi hutan. Sebuah rumah kayu sederhana yang menurutku sangat reot dan juga bobrok.

Tidak ada apapun di sana selain kapak pembelah kayu yang masih menancap pada sebuah kayu. Meski tidak yakin jika rumah kayu itu berpenghuni, tidak ada salahnya untuk mencari tau dan mendekat ke sana.

Oh astaga! Ternyata pemandangan semakin buruk ketika aku turun dari mobil dan menapakkan kakiku di tempat itu. Bagaimana tidak, halaman rumah itu penuh dengan sampah dan juga botol wisky yang berserakan. Bahkan semakin buruk lagi dengan aroma busuk khas sampah yang sangat memuakkan.

Kuabaikan semua pemandangan yang menjijikkan itu dan melangkah masuk ke dalam rumah kayu reot itu. Saking reotnya sampai-sampai lantainya mengeluarkan suara berdencit ketika kuinjak. Aku mengernyitkan dahi dan berpikir mungkin Janet salah memberikan alamat padaku. Karna dari penampakkan rumah yang sangat berdebu dan dipenuhi sarang laba-laba ini, mustahil jika ada orang yang tinggal di dalamnya.

Tapi karna penasaran, kucoba mencari tau dengan mengintip lewat kaca jendela. Dan ya...tidak banyak yang bisa dilihat karna bahkan aku tidak bisa melihat dengan jelas karna kaca penuh dengan debu yang tebal. Tapi...memang ada seseorang di dalam rumah itu.

Seorang pria yang berusia sekitar 50 tahun yang menurutku itu adalah Tom. Tak ingin membuang banyak waktu, aku pun segera menuju pintu dan berniat mengetuk pintunya. Tapi astaga! Semua debu ini akan rontok dan jatuh ke tanganku jika kuketuk pintunya.

Tapi mau bagaimana lagi, aku harus bertemu dengan pria di dalam rumah rumah itu. Berulang kali kuketuk pintu yang hampir roboh itu hingga akhirnya sang pria di dalam rumah itu pun membuka pintu juga. Dan menurutku, dia adalah pria yang sangat tidak bersahabat.

Ia terus menatapku dengan tajam dan mulai memperhatikanku mulai dari atas kepala hingga ujung kaki.  “Siapa kau? Apa maumu?!” tanya pria itu dengan ketus.

“Hallo, aku Draco Black. Apakah benar kau adalah Tuan Tom?” aku berusaha bertanya dengan sopan.

“Ya, aku Tom? Ada perlu apa denganku?!”

“Um...sebenarnya, aku adalah temannya Janet. Dan hari ini dia mengeluh padaku, katanya sejak semalam suaminya tidak pulang. Dan ya...Janet sangat khawatir dan mungkin kau tau di mana Jerry?” tanyaku sedikit berbasa-basi.

“Kenapa kau berpikir jika aku tau tau di mana Jerry berada?! Dan apa kau pikir aku bodoh hah! Kau pasti orang suruhan Janet! Dia itu suka sekali menghabiskan uang Jerry dengan membayar orang bodoh sepertimu!” hardik Tom dengan kasar.

“Tapi, bukankah kau adalah sahabatnya Jerry? Jadi wajar saja jika aku mencarinya ke sini,”

Tom tersenyum miring sarat akan makna merendahkan. Aku tidak mengerti, kenapa sepertinya dia sangat tidak suka dengan Janet. Dan sepertinya, hubungan Tom dan Janet tidak berjalan dengan baik.

“Kudengar, kemarin kau sempat bertengkar dengan Jerry di rumahnya. Apa yang terjadi pada kalian?”

“Apa pedulimu?! Lagipula semua orang juga suka bertengkar dengan Jerry, termasuk istrinya sediri yang bahkan hampir setiap hari bertengkar dengan Jerry!” ungkap Tom padaku.

Well, itu sangat mengejutkan. Kupikir, keluarga Thompson adalah pasangan yang bahagia yang sangat harmonis. Entah Tom yang sengaja mengada-ada karna ia membenci  Janet, ataukah memang Janet berbohong dan menutupi sesuatu dariku.

Terlalu dini untuk percaya pada salah satu pihak. Tapi sudah jelas, di sini Jerry berdiri sebagai korban. Ada banyak hal yang masih ingin kutanyakan pada Tom, tapi pria menyebalkan ini malah membanting pintu dengan keras hingga membuat debu-debu di pintu berhamburan dan menempel pada jaket kulitku.

“Sial! Dasar pria perundung!” dengusku dengan kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status