“Tetap saja! Kata Dokter, kau itu mengalami trauma kecelakaan dua kali. Dan itu di kepala! Tapi aku merasa aneh dengan hasil ronsenmu. Ada sebuah bekas luka di dadamu, tapi kata Dokter itu terlihat seperti luka yang sudah lama. Setauku, kau tidak pernah tertembak di dada ‘kan?”
***
“Jangan mengada-ada, Albert! Kurasa kepalaku yang terbentur tapi kau yang sinting!” kataku kesal.
“Aku sama sekali tidak mengada-ada, Drag! Dokter sendiri yang memberi hasil ronsenmu padaku!” kata Albert seraya memberiku sebuah amplop yang berisi hasil ronsen dari Rumah sakit.
Aku tidak mengerti kenapa Albert dan Dokter jadi aneh seperti ini padahal aku merasa sangat baik-baik saja. Awalnya aku memang sama sekali tidak percaya dengan semua yang Albert katakan padaku. Tapi dari pada penasaran, maka kubuka saja amplop berwarna putih yang diberikan Albert dengan kasar tadi.
Ya, dari hasil ronsen memang tidak ada retakkan di kepalaku
Bagaimana aku tidak bingung? Tiba-tiba saja aku berada di sebuah tempat asing dan aku memakai sebuah kostum yang sangat aneh. Aku tidak tau apa, tapi yang pasti ini seperti pakaian dari zaman sebelum Masehi.***Aku pun berbalik dan semakin terkejut dengan penampakkan sebuah istana megah yang berdiri kokoh di belakangku. Aku sempat berpikir semua ini hanya imajinasiku atau mungkin otakku mulai tidak waras.Hingga akhirnya terdengar sebuag suara melengking yang berkata, “Kaisar telah tiba!!!”Sontak aku pun menoleh pada seorang yang berpakaian seperti layaknya seorang prajurit. Dan tentu saja, pria dengan kumis tebal itulah yang baru saja berteriak. Tak lama, seorang dengan kostum tak kalah anehnya pun datang.Dugaanku, mungkin orang itu adalah Raja. Itu terlihat dari kostum yang ia pakai. Apalagi dengan banyaknya pengawal yang mengikutinya ke manapun ia pergi. Dan anehnya, pria itu malah menatpku dengan matanya yang teduh itu.
Tapi kuarasa, sebaiknya aku berendam dengan air dingi saja. Karna udara di Kairo cukup panas dan membuatku mulai gerah. Seperti yang dikatakan oleh Hasan, kami tiba di Hotel dalam waktu lima belas menit saja. Ternyata, Albert juga memesankan dua kamar untuk aku dan Gwen.***“Kenapa harus dua kamar sih?! Apa ini yang dia bilang pengertian?!” keluhku dalam hati.Well, aku sudah ingin segera membaringkan tubuhku di atas tempat tidur tapi Hasan masih terus saja mengoceh dengan semua basa-basinya. Dan aku heran kenapa Gwen malah merasa antusias padanya.“Baiklah, Tuan dan Nyonya. Selamat beristirahat, dan besok aku akan datang tepat pukul sembilan pagi,” kata Hasan dengan senyum lebar di wajahnya.Akhirnya, aku dan Gwen pun menuju kamar kami yang berada di lantai lima. Seorang Bellboy dengan sigap membawa semua barang-barang yang kami bawa menuju kamar kami. Aku cukup terkesan dengan gaya interior Hotel ini.Ternyata bena
Aku dan Gwen cukup bingung menentukan pilihan makanan yang akan kami beli. Selain itu, kami juga sedikit bingung karna sebagian besar dari penjual hanya bisa menggunakan Bahasa Arab saja.***Cukup lama kami hanya melihat-lihat di sana. Hingga akhirnya terpikirkan olehku untuk mencari terjemahan bahasa lewat ponselku. Dengan penuh percaya diri kami mendatangi sebuah stand yang dijaga oleh seorang pemuda.Sambil membaca bahasa Arab dalam ponsel kukatakan, “Ma asm hadha altaeam? ( Apa nama makanan ini? )”Tapi pemuda itu malah tersenyum seolah aku baru saja mengatakan hal yang lucu padanya. Hingga akhirnya ia pun berkata, “Tenang saja Tuan, aku mengerti bahasamu. Kebetulan aku ini Mahasiswa, kami sedang libur jadi mencari pekerjaan sambilan dengan berdagang. Tapi aku hanya menjual Koshari saja.”Sontak Gwen pun mulai cekikikan melihat kekonyolan yang kulakukan. Tapi mana kutau kalau ternyata pemuda itu bisa bahasa asing juga.
Sebenarnya, aku cukup bosan mengitari banyak kuil yang ada Lurox. Karna menurutku, hampir semuanya terlihat sama saja. Lagipula, aku bukanlah orang yang suka dengan sejarah. “Lain kali akan kubuat si Albert brengsek itu untuk mengirimku berlibur ke Miami saja!” kataku dalam hati.***Berpindah dari kompleks kuil-kuil di Lurox, akhirnya Hasan membawa kami ke salah satu Museum yang katanya adalah Museum terbesar di Kairo. Tak jauh berbeda dengan Museum yang ada di London, hanya saja benda-benda yang mendominasi di Galery adalah peninggalan sejarah ala Mesir kuno.Tentu saja, menurut Gwen tempat itu serasa seperti Surga. Aku pernah lihat Gwen memiliki sebuah buku ensiklopedia tentang budaya Mesir, dan kali ini ia datang dan melihat langsung bagaimana peradaban Mesir kuno yang sangat ingin ia lihat.Benar-benar sangat membosankan! Asataga! Aku bahkan terus menghitung setiap detik dan berharap trip ini akan segera berakhir. Alih-alih melepas penatk
Aku pun setuju dengan syarat yang ia berikan dan segera masuk ke dalam Museum. Tapi begitu aku berada di dalamnya, aku pun dibuat semakin pusing dengan deretan rak buku sejauh mata memandang. Dan aku tidak tau kemana harus mencari buku yang kucari di antara banyaknya buku-buku kuno ini.***“Jika aku mencari satu persatu, bisa seumur hidup aku berada di sini!”Kucoba untuk berpikir dan mencari kata kunci untuk mempermudah pencarianku. Dan ya. Mungkin aku harus mulai menjelajah di bagian manuskrip tua. Untung saja, rak yang menyimpan aneka catatan tua berada di ujung ruangan yang jaraknya sekitar beberapa langkah dari tempatku berdiri.Seperti yang sudah kuduga. Semua arsip ditata dengan urut mulai dari A-Z. Tapi masalahnya aku tidak tau apa judul buku yang kucari. “Tunggu dulu! Lambang kerajaan itu adalah Naga, mungkin...Dragon?”Kucoba untuk mencari-cari pada deretan manuskrip dengan awalan huruf D. Tapi sama sekali tidak a
“Ya. Wahid Zubair Alkhiladi, itu adalah aku. Penjaga bilang kau mencariku ya? Ada perlu apa?” tanyanya dengan tanpa basa-basi.Well, Penjaga itu bermulut besar ternyata. Tapi baguslah, setidaknya aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar.***Segera saja kuulurkan tanganku padanya dan kukatakan, “Halo! Namaku Draco Black, dan dia adalah Asistenku Gwen.”Profesor yang sering dipanggil Wahid itupun mengangguk dan mempersilahkanku duduk. Kurasa, pihak Pepustakaan ini sengaja menyediakan kursi dan meja ini sebagai ruang tamu untuk Profesor ini. Apapun itu tapi setidaknya baik untukku.“Jadi, apa tujuanmu mencariku?” tanya Wahid tanpa basa-basi.“Okay. Sebenarnya...aku sudah mengetahui sedikit tentangmu. Maksudku...aku hanya ingin bertanya tentang sesuatu,”“Langsung saja kau katakan apa yang ingin kau tanyakan! Aku tidak suka berbasa-basi, kau tau waktu itu sangat berharga bagiku.&rdqu
“Ya, tapi setidaknya kau masih bisa menangani semua sendiri. Lagipula kau tidak ada kasus ‘kan sekarang?!”***Baru saja Gwen mengatakan kalau aku sedang tidak ada kasus, mendadak ponselku kembali berdering setelah beberapa hari. Dan sudah pasti itu adalah Albert yang selalu setia menggangguku.“Ada apa?!” ketusku.“Bagaimana kabrmu, Drag? Kau pasti menikmati liburannya ‘kan?”“Liburan apa! Lain kali, aku tidak akan mau pergi jika liburan itu berasal darimu!”“Dasar Penggerutu! Sudahlah. Aku menelponmu karna sebuah kasus menunggumu!”“Ya ampun! Tidak bisakah kau membiarkanku istirahat?!”“Aku juga mau istirahat tau! Tapi dua orang itu terus menerorku sejak kau pergi ke Kairo! Aku tidak mau tau, kau harus ke Kantorku sekarang juga!” kata Albert kemudian menutup panggilan telponnya.Tapi baru saja aku akan pergi ke Kantor Albert
“Oleh-oleh kepalamu! Memangnya kau menyediakan dana lebih untuk belanja oleh-oleh?! Destinasi liburannya saja tidak bermutu!”“Dasar tidak tau terima kasih! Tau begitu kukirim saja kau ke Pulau Tengkorak!” dengus Albert.***Setelah satu jam lamanya menunggu Albert menghabiskan makanannya, akhirnya jam makan siang pun usai. Dan kuakui, Albert memang sangat mahir membuatku kesal. Sayangnya dia juga yang selalu ada di saat aku membutuhkan bantuan.“Jadi, langsung saja pada topik bahasan. Apa yang terjadi pada Pasangan kedua orang itu?” tanyaku terus terang.“Memangnya kau sudah bertemu dengan mereka?”Aku pun mengangguk dan tentu saja Albert sudah paham kalau kedua orang sudah mulai menghantuiku. Hingga akhirnya, ia pun mengambil sebuah folder yang berisi berkas-berkas kasus kematian di Hotel itu.Sambil menyerahkan folder itu padaku, Albert berkata, “Ini adalah hasil fisum dar