Beranda / Fantasi / Dewa Iblis Gerbang Neraka / 4.20. Serangan Empat Dewa Langit

Share

4.20. Serangan Empat Dewa Langit

Penulis: Bebby
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-27 04:38:53

Guntur menggelegar di langit kelam, menciptakan gema yang mengguncang udara. Angin bertiup kencang, membawa debu dan serpihan batu beterbangan di antara reruntuhan benteng. Lao Shi adalah yang pertama bergerak. Otot-otot lengannya menegang saat ia mengangkat palu raksasanya tinggi ke udara, wajahnya penuh tekad. Dengan raungan menggema, ia menghantam tanah sekuat tenaga.

"Haaah!"

Tanah bergetar dahsyat. Retakan-retakan besar terbentuk, dan dari dalamnya, gelombang batu runcing bermunculan, melesat seperti tombak yang diarahkan tepat ke tubuh Kui Long. Namun, pria itu hanya menyeringai tipis. Dengan satu ayunan tombaknya yang berselimut petir, batu-batu itu hancur seketika menjadi serpihan kecil yang beterbangan di udara, menghilang dalam kilatan cahaya.

Dari sisi lain, Qiang Chen tidak tinggal diam. Ia menggenggam guci berukir naga dengan erat, lalu menuangkan isinya ke tanah. Air yang keluar berpendar kebiruan, berputar dan membentuk sesosok naga raksasa yang berkelebat ke arah Ku
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.21. Dewa Petir Jian Guozhi

    Langit di atas dataran tandus Negeri Dewa menghitam seketika, seolah malam telah melahap siang tanpa peringatan. Awan-awan tebal menggulung, membentuk pusaran yang mengerikan di angkasa, sementara kilatan petir ungu merobek kegelapan dengan cahaya menyilaukan. Suara gemuruhnya menggema, bergetar di udara seperti peringatan ilahi bagi siapa saja yang berani menantang kekuatan tertinggi. Kui Long berdiri tegap di tepi tebing curam. Pusaka Dewa Petir di tangannya bergetar hebat, seakan bereaksi terhadap energi dahsyat yang baru saja menyelimuti tempat itu. Angin kencang menerpa wajahnya, membawa aroma udara yang pekat dan menusuk hidung. Di belakangnya, Song Lien Hwa berdiri dengan tatapan tajam, tombak emasnya berkilauan samar di tengah gelap yang merayap.Fenomena alam ini seakan menunjukkan adanya kekuatan Dewa yang mengendalikannya. Dari balik kabut pekat yang melayang di atas tanah, sesosok bayangan perlahan muncul. Langkah-langkahnya mantap, setiap gerakannya membawa aura mendomi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.22. Akhir Tujuh Dewa Langit

    Kui Long melompat mundur, tubuhnya bergetar akibat hantaman energi yang menggetarkan udara. Namun, Jian Guozhi tidak memberinya ruang untuk bernapas. Dengan tatapan tajam bak kilat yang membelah cakrawala, ia mengayunkan tombaknya. Petir ungu menyambar dari ujung senjata itu, melesat turun seperti hujan kematian, menghantam tanah dengan ledakan yang mengguncang bumi.Kui Long merasakan aliran listrik yang menyengat di kulitnya, tetapi ia tetap teguh. Dengan satu gerakan cepat, ia mengayunkan Pusaka Dewa Petir. Aura biru menyala dari bilah senjata itu, membentuk perisai energi yang berputar liar mengelilinginya. Hujan petir menabrak perisai itu, menimbulkan letupan beruntun yang menggema ke seluruh dataran, menyilaukan langit malam dengan kilatan api biru dan ungu."Kau kuat, Jian Guozhi," ujar Kui Long dengan nada penuh tantangan. Napasnya sedikit memburu, tetapi matanya tetap bersinar dengan percaya diri. "Tapi kekuatan petirmu tidak akan cukup untuk menjatuhkanku."Jian Guozhi menye

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   Arc 5 : Sang Ryder

    Di bawah sinar rembulan yang pucat, Kui Long melangkah dengan penuh keyakinan. Angin malam berdesir lembut, membawa aroma tanah lembab dan dedaunan yang berguguran di sepanjang jalan setapak. Matanya yang tajam menyala dengan semangat yang tak tergoyahkan, mencerminkan tekadnya untuk mencapai Negeri Ming, tanah yang diyakini menyimpan rahasia naga.“Aku bisa merasakan kehadirannya,” gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam oleh suara dedaunan yang berbisik diterpa angin.Di Negeri Ming, menurut legenda yang selama ini dikumpulkannya, bersemayam Naga Azteca—makhluk mitos purba yang diyakini memiliki kekuatan regenerasi dan energi primordial. Kekuatan itu konon dapat memulihkan kondisi tubuh ke puncak kultivasi, sesuatu yang sangat ia butuhkan sejak kehilangan sebagian besar energinya. Tubuhnya yang dulu gagah kini mulai melemah, dan ia tidak bisa membiarkan kelemahan itu menjadi penghalang dalam perjalanannya menuju kejayaan.Di sampingnya, Song Lien Hwa berjalan dengan langkah mantap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   5.1. Naga Azteca

    Langkah Kui Long menggema di dalam kuil yang remang-remang, setiap jejaknya memantul di antara dinding batu yang dipenuhi ukiran kuno. Udara di dalam terasa berat, seolah dipenuhi bisikan arwah dari masa lalu. Aroma tanah lembab bercampur dengan dupa yang terbakar samar memenuhi hidungnya, membangkitkan rasa gelisah yang menggantung di udara.Di belakangnya, Song Lien Hwa melangkah dengan hati-hati. Jemarinya menggenggam gagang pedang dengan kuat, matanya awas menelusuri bayangan yang menari di dinding. Cahaya biru yang memancar dari jantung kuil semakin kuat, membentuk pusaran energi yang berdenyut seirama dengan detak jantung mereka."Rasanya seperti... sesuatu sedang mengawasi kita," bisik Song Lien Hwa, suaranya nyaris tenggelam dalam keheningan.Kui Long berhenti di tengah aula utama. Tepat di hadapannya, sebuah patung naga raksasa terpahat dari obsidian hitam, mata safirnya berkilau seolah memiliki nyawa. Ia melangkah lebih dekat, merasakan hawa dingin yang merambat di kulitnya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   5.2. Sekte Penakluk Surgawi

    Kui Long menatap mata Naga Azteca yang bersinar tajam. Nafasnya masih berat setelah melewati ujian berat yang hampir meremukkan jiwanya. Namun, ia tahu bahwa apa yang akan ia minta jauh lebih sulit dari apa pun yang telah ia hadapi."Naga Azteca," suara Kui Long bergema di aula suci. "Aku meminta sesuatu yang besar darimu. Aku ingin kau mengikutiku. Bergabung denganku."Song Lien Hwa menahan napasnya. Permintaan itu tak hanya berani—ia nyaris terdengar seperti penghinaan bagi makhluk agung seperti Naga Azteca.Naga itu mendesis rendah, tubuhnya berkilauan dalam cahaya mistis. "Manusia fana, kau ingin aku tunduk padamu? Apakah kau pikir aku hanyalah pedang yang bisa kau hunus sesukamu?"Angin bertiup kencang. Kui Long tetap berdiri tegak. "Bukan tunduk. Aku ingin kita menjadi satu kekuatan. Kita memiliki tujuan yang sama—menghancurkan mereka yang ingin mengeksploitasi kekuatan naga. Aku butuh kekuatanmu, dan kau butuh seseorang yang bisa berjalan di antara manusia untuk mencegah traged

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   5.3. Gabungan Tiga Kekuatan

    Kilatan cahaya hijau yang menyelimuti ruangan dengan tajam seolah membuka tirai misteri, tiba-tiba digantikan oleh semburan api biru kehijauan yang menyembur dari tubuh Naga Azteca. Sinar api itu menari liar, menghanguskan sebagian anggota Sekte Penakluk Surgawi, seolah menandakan dimulainya pertumpahan darah yang tak terhindarkan. Meski api mengamuk, para penyintas tetap berdiri dengan gagah; mata mereka menyala merah, dan senyum sinis terukir di wajah mereka, seakan menantang nasib. Dari balik jubah hitam yang menyelimuti tubuh mereka, bayangan-bayangan hitam merayap keluar perlahan, menyusun sosok-sosok iblis yang mengelilingi Kui Long dan Song Lien Hwa dalam keremangan yang mencekam.Di tengah kekacauan itu, Song Lien Hwa menggenggam pedangnya sekuat tenaga sambil menggumam,"Mereka telah terperangkap dalam kegelapan sepenuhnya…"suara pedangnya bergesekan lembut dengan kulit, menambah intensitas setiap kata yang diucapkannya.Tak lama kemudian, seorang pemimpin sekte—seorang pria

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   5.4. Mengalahkan Sekte Penakluk Surgawi

    Di tengah malam yang kelam, langit seakan berguncang oleh benturan energi yang tak terelakkan. Di ufuk, api biru yang menyala dari Naga Azteca melesat bagai petir, menari-nari menyapu cakrawala. Sementara itu, kilauan pedang Song Lien Hwa memecah kegelapan, berpadu dengan gemuruh tinju berapi Kui Long yang menyambar seolah memanggil nasib. Suasana itu terasa begitu hidup; aroma asap terbakar bercampur debu dan suara erangan angin mengiringi tiap detik pertempuran.Di balik kekacauan itu, Sekte Penakluk Surgawi berdiri tegak meskipun digempur tanpa ampun. Mata mereka yang merah menyala mencerminkan semangat yang dipupuk oleh kekuatan kegelapan yang berputar di sekitar mereka. Getaran tanah dan bisikan angin seolah mengisahkan betapa pekatnya kekuatan yang mengelilingi pertempuran ini.Di tengah hiruk-pikuk itu, muncul sosok pria bertopeng yang senyum sinisnya menyembunyikan keangkuhan sekaligus ketidakpercayaan. Dengan suara serak penuh ejekan, ia menyuarakan,"Kalian hanya menunda keh

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   5.5. Misi Naga Azteca

    Angin malam berembus pelan, membawa aroma tanah basah dan daun kering yang berguguran. Langit bertabur bintang, namun suasana tetap terasa mencekam. Di hadapan Kui Long, Naga Azteca berdiri dengan sorot mata tajam penuh arti."Aku punya satu permintaan sebelum mengikutimu kembali ke Dunia Pendekar," suara Naga Azteca bergema di udara, berat dan penuh ketegasan.Kui Long menyipitkan mata, ekspresinya tak berubah. "Permintaan apa?" tanyanya, waspada.Naga Azteca menarik napas panjang sebelum menjawab, "Negeri Naga sedang dilanda bencana. Naga Iblis yang telah lama terkubur kini bangkit kembali, membawa kehancuran dan ketakutan."Alis Kui Long berkerut. "Apa yang harus aku lakukan?""Bantu aku menumpas Naga Iblis ini," kata Naga Azteca, suaranya mengandung nada permohonan sekaligus perintah. "Jika kau mau, aku akan menjadi pengikut setiamu selamanya."Kui Long menatapnya dalam-dalam. "Kenapa harus aku? Bukankah kau sendiri mampu menghadapinya?"Naga Azteca menggeleng. "Aku bisa melawan N

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05

Bab terbaru

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.22. Raja Naga Hitam

    Kilatan petir menghiasi langit malam. Angin mengamuk, membawa suara dentingan pedang dan sorakan pasukan yang bertarung di luar gerbang. Namun, di dalam benteng utama, hanya ada dua sosok... Shin Kui Long, Sang Raja Naga Hitam, julukan barunya ... dan Kaisar Han, penguasa terakhir Kekaisaran Han yang megah.Dengan langkah mantap, Shin Kui Long berjalan melewati aula megah Istana Dunia Kultivator. Sepasang matanya yang menyala biru menatap lurus ke depan, rambut hitamnya berkibar liar tertiup badai spiritual yang diciptakan kekuatannya sendiri. Tubuhnya memancarkan aura hitam pekat bercampur kilatan ungu, tanda bahwa dia telah melampaui batas-batas kultivator biasa.Di ujung aula, Kaisar Han berdiri dengan gagah, tubuhnya dibalut baju zirah emas berukir naga, pedang besar di tangannya berkilau memantulkan cahaya dari obor-obor raksasa di sekeliling ruangan. Sorot matanya dingin, tapi mulutnya melengkungkan senyum kecil.“Shin Kui Long… kau akhirnya datang,” ucap Kaisar Han, suaranya dal

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.21. Rubah Ekor Sembilan vs Qilin

    Waktu tidak lagi berjalan.Ia terlipat—seperti helai sutra langit yang diremas tangan para dewa. Di setiap langkah, dimensi pecah seperti kaca rapuh yang dihantam badai, namun tak satu pun dari dua makhluk itu tergoyahkan. Mereka bukan sekadar berjalan di ruang, tapi menembus lapisan-lapisan eksistensi yang tak bisa dipahami oleh makhluk fana.Di tengah reruntuhan dimensi yang mengapung seperti puing bintang, Yinyin melayang—misterius dan mematikan dalam bentuk rubah berekor sembilan. Setiap ekornya menjulur seperti sungai bayangan yang tak berujung, menggulung dan meliuk seolah menari dengan kekosongan. Di tangannya yang lentik, dua bilah belati memantulkan cahaya kelabu:“Zaman yang Retak” dan “Kesunyian yang Abadi”, bergetar pelan ... haus. Haus akan darah yang sudah dilupakan bahkan oleh waktu.Di hadapannya berdiri sosok agung:Qilin Emas.Tubuhnya memancarkan cahaya keemasan—lembut namun padat, seperti logam surgawi yang hidup. Setiap langkahnya tidak hanya menyentuh tanah, tapi

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.20. Hujan Pedang

    Ratusan Immortal berdiri membentuk lingkaran sempurna di tengah dataran yang telah berubah menjadi ruang antara realita dan mimpi. Udara membeku, menekan dada mereka seperti beban tak kasatmata. Setiap tarikan napas terasa seperti menyedot es ke dalam paru-paru.Di tengah formasi itu, Array Seribu Ilusi menyala terang—ledakan cahaya spiritual meledak dari permukaannya seperti kilatan petir yang tak berhenti. Riak-riak dimensi melingkar, membelah ruang dan waktu dalam gelombang berlapis. Setiap lapisan memunculkan bayangan… wajah… tubuh…Dewa Pedang.Satu… dua… ratusan… ribuan versi dirinya tersebar di segala penjuru. Di atas, di bawah, di kiri, kanan, bahkan dari balik celah ruang, refleksi dirinya tersenyum, mengernyit, atau sekadar diam menatap tajam balik padanya.Ilusi begitu nyata, begitu sempurna, hingga mustahil membedakan mana dirinya yang asli.“Perkuat ilusi! Jangan beri celah!” teriak seorang kultivator dari garis depan, suaranya menggema seperti ledakan genderang perang. C

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.19. Pedang Zhenjian

    Dari balik reruntuhan langit yang robek oleh pertempuran, Immortal Kuno melangkah maju. Tubuhnya berlumur luka, jubah robek dan terbakar, sementara darah suci mengalir perlahan dari pelipisnya, membentuk garis tipis di wajah yang diliputi amarah dan harga diri yang tercabik.Matanya menyala—bukan oleh cahaya, melainkan oleh tekad terakhir yang menggelegak seperti magma yang tak bisa lagi dibendung.Dengan suara berat yang seperti mengguncang angkasa, ia berseru,“Aku… belum kalah.”Tangannya yang gemetar mencengkeram Pedang Sepuluh Surga, bilah sakral yang memancarkan sepuluh warna cahaya surgawi, berputar perlahan seolah menciptakan pelangi di langit malam yang muram. Ketika ia mengangkatnya, seluruh dunia seperti menahan napas.Lalu ia menebas.Seketika itu juga, langit retak. Bumi berderak. Dan realitas terbelah menjadi sepuluh dimensi.Sepuluh jalur ruang dan waktu berlapis-lapis muncul di antara kedipan mata, masing-masing berdenyut dengan hukum alam yang berbeda—dimensi cahaya,

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.18. Dewa Pedang vs Immortal Kuno

    Langit retak, seperti kaca yang meleleh di bawah panas yang tak terlihat. Angin yang biasanya liar kini membeku, menggantung di udara seperti helaian kain rapuh. Di tengah dunia yang membisu itu, Dewa Pedang dan Immortal Kuno berdiri berhadapan, bagaikan dua puncak gunung abadi yang menolak runtuh. Waktu sendiri seolah menahan napas, menonton dalam diam.Di belakang Dewa Pedang, bayangan pedang-pedang raksasa melayang megah. Namun, ini bukan sekadar ilusi. Setiap pedang adalah kenangan hidup, gema dari senjata yang pernah ia genggam dan kuasai—dari pedang batu kasar yang ia tempa sendiri di masa fana, hingga Pedang Tanpa Nama, yang konon sanggup mengiris garis waktu dan membelah masa.Dewa Pedang melangkah maju. Tapak kakinya terdengar ringan, hampir tanpa suara, namun setiap sentuhan kakinya membuat tanah mengelupas, retakan membelah bumi bagai jaring laba-laba raksasa. Aura pedang yang menguar dari tubuhnya cukup untuk membuat rerumputan hangus dan batu-batu kecil melayang.Mengitar

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.17. Kehebatan Dewa Mabuk

    Dewa Mabuk tersenyum miring, getir, dan menambahkan ..."Anggur Takdir Terbalik ... Biarlah kenyataan pun mabuk bersamaku malam ini."Tanpa ragu, ia meneguk seluruh isi cangkir itu. Dalam sekejap, dunia bergidik. Awan di langit berputar terbalik, suara gemuruh mengeras seperti teriakan jutaan jiwa yang terseret arus waktu.Tiga detik. Dalam rentang sesingkat itu, dunia seolah melangkah mundur.Formasi Surga Agung—pilar energi—semua bergerak mundur, melawan kodrat mereka sendiri. Tapi tubuh para Immortal, makhluk hidup yang terikat pada alur waktu normal, tidak ikut serta.Apa yang terjadi berikutnya bukanlah pertempuran—melainkan pembantaian tanpa pedang.Tubuh para Immortal mendadak kejang, wajah mereka pucat membiru. Dari dalam daging dan tulang mereka, retakan-retakan kecil muncul, memancarkan cahaya ungu aneh. Lalu, satu per satu, tubuh-tubuh agung itu meledak dari dalam, seolah mereka dihukum oleh paradoks yang tidak bisa mereka lawan.Darah spiritual menguap menjadi kabut ung

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.16. Dewa Mabuk vs Immortal - II

    Pergerakan Dewa Mabuk berubah.Awalnya ia hanya bergoyang goyah seperti dedaunan kering tertiup angin senja. Namun, dalam sekejap, gerakannya menjadi lebih cepat—lebih halus, lebih sulit diikuti. Tubuhnya melayang, berputar-putar, dan tiap jejak langkahnya membentuk pusaran-pusaran bercahaya, menciptakan pola sihir rumit yang berdenyut, menyedot energi spiritual dari udara sekitarnya. Tanah di bawah kakinya bergetar, lalu retak, dan dari retakan-retakan itu... mengalir sesuatu yang tak wajar.Dalam kelipan waktu yang nyaris tak terdeteksi, medan perang berubah drastis.Tanah tandus itu perlahan membasahi dirinya sendiri, mengalir menjadi Danau Anggur Surgawi. Permukaannya berkilau ungu lembut, memantulkan bukan sekadar bayangan, tapi fragmen masa depan dari siapa pun yang berdiri di atasnya.Satu per satu, para Immortal memandang ke bawah—dan apa yang mereka lihat... memaku mereka di tempat."Tidak... kenapa aku..." Seorang Immortal berseru, wajahnya berubah pucat pasi, suaranya pecah

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.15. Dewa Mabuk vs Immortal

    Kabut racun menggantung tebal di udara, membelai medan pertempuran yang hancur dengan sentuhan kematian. Di tengah reruntuhan dan bau logam darah yang menusuk, terdengar tawa—tawa yang aneh, nyaring, memecah keheningan seperti dentang lonceng tua di pemakaman para dewa."HAAAA—! Sudah kubilang..." Suara itu meraung, parau dan bergaung seperti mabuk badai. "Jangan ganggu orang yang sedang menikmati tegukan terakhirnya!!"Dari pusaran kabut itu, muncul sosok yang mustahil diabaikan. Seorang pria bertubuh tambun dengan langkah limbung, seolah sewaktu-waktu bisa jatuh... namun entah bagaimana, setiap gerakannya justru memancarkan bahaya yang membuat udara terasa berat. Rambutnya kusut, acak-acakan seperti sarang burung gagak, dan jubahnya—oh, jubahnya—robek-robek dengan bekas-bekas tumpahan anggur spiritual berkilau yang menodai kain lusuh itu.Di tangannya, tergenggam erat sebuah botol kaca tua. Dari dalamnya, cairan berwarna ungu tua memancarkan cahaya redup yang hampir hipnotik—Anggur

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.14. Sang Pemusnah Immortal

    Kabut tebal yang menelan seluruh medan pertempuran perlahan-lahan menghilang, bukan karena angin yang meniupnya atau karena kekuatannya telah pudar—melainkan karena semua yang menjadi target kabut itu telah lenyap.Di tanah yang menghitam seperti terbakar, tubuh-tubuh para Immortal membatu dalam keheningan yang mengerikan. Mereka tak lagi hidup, tapi juga belum sepenuhnya mati. Kulit mereka telah mengeras menjadi arang, hitam berkilap seperti obsidian yang retak. Tatapan terakhir mereka membeku dalam rupa yang tak akan pernah dilupakan siapa pun yang melihat—mata terbelalak oleh teror, mulut setengah terbuka oleh ketakjuban, dan alis yang merunduk dalam penyesalan yang tak terselesaikan.Namun, sang pembawa malapetaka belum berhenti. Dewi Racun masih berdiri di tengah medan, jubahnya berkibar pelan oleh hembusan angin beracun yang tersisa. Cahaya dari langit yang lembayung menyorot wajahnya yang tak menunjukkan emosi selain ketenangan dingin.Dari kehampaan, lima cahaya redup mulai be

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status