Share

Bab 12 Mendapatkan Kompensasi

Xavier bertanya dengan bingung, "Apa katamu? Kenapa kamu tidak pernah makan dengan sampah?"

Tadi pikirannya bingung dan kacau dia tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Graciela.

Graciela berkata dengan acuh tak acuh, "Tidak apa-apa, kamu salah dengar."

Xavier juga tidak bertanya lebih jauh.

Graciela melanjutkan, "Kamu telah setuju menjadi asisten pribadiku, bukankah kamu seharusnya datang bekerja?"

“Pergi bekerja sekarang?” kata Xavier tak berdaya.

Dia tidak menyangka Graciela menjadi begitu tidak sabar. Selain itu, Xavier pun belum setuju menjadi asisten pribadinya Graciela!

Graciela berkata dengan percaya diri, "Bukankah seharusnya begitu? Selain itu, aku tidak mengerti soal racun atau keterampilan medis. Bukankah kamu harus datang ke rumahku dan menunjukkan padaku siapa yang meracuniku dan bagaimana caranya racun itu dimasukkan?"

Xavier merasa perkataan Graciela masuk akal dan dia baru saja mau buka mulut.

Graciela berkata di telepon lagi, "Tidak, tidak, perutku sedikit sakit. Apakah karena racunnya bereaksi? Ups ... ah ... sakit sekali, sangat tidak nyaman!!"

"Ah ... apakah aku akan mati!"

Suaranya sangat menggoda dan membuat orang ikut memikirkannya.

Mendengarkan akting Graciela yang berlebihan, Xavier berkata tanpa daya, "Kirimkan alamatmu, aku akan segera ke sana!"

Graciela segera berhenti mengerang kesakitan dan berkata dengan serius, "Baiklah, aku akan segera mengirimkannya padamu!"

"Baiklah, kirimkan!"

Sebelum menutup telepon, Xavier berkata dengan lembut, "Ketika racun bereaksi, kamu tidak akan merasa sakit perut ... Jika kamu benar-benar merasa sakit perut, aku kira kamu harus pergi ke kakus."

Setelah mengatakan itu, Xavier menutup telepon. Pada akhirnya, Graciela terdengar berkata dengan panik di telepon, "Ini urusanku!!!"

Xavier memegang ponselnya dan tertawa tanpa sadar, membayangkan ekspresi gila Graciela muncul di benaknya.

Segera, Graciela pun mengirimkan alamat rumahnya.

Xavier melihat sekilas alamatnya, meninggalkan pesan pada orang tuanya di rumah, lalu keluar.

······

pada saat yang sama.

Johnny datang ke departemen pembongkaran Venus Grup dengan wajah muram.

Namanya sih departemen pembongkaran Venus Grup, tetapi kenyataannya tidak ada hubungannya dengan Venus Grup, hanya sekelompok preman yang bekerja untuk Venus Grup.

Begitu memasuki pintu, langsung kelihatan seorang pria botak dengan wajah yang bulat berdaging tebal.

Kalung emas setebal jari kelingking bergantung di lehernya dan dia juga memakai cincin yang lebar di ibu jarinya.

Melihat sekilas saja, sudah terlihat kalau dia tidak seperti orang baik.

Johnny dengan cepat menenangkan emosinya dan berteriak sambil tersenyum, "Kak Carl."

Kak Carl menggelengkan kepalanya dan mengangkat kepalanya. Ketika dia melihat itu adalah Johnny, dia mengerutkan kening dan berkata, "Kenapa kamu ada di sini?"

Johnny menyerahkan sebatang rokok dan berkata, "Kak Carl, aku ingin kamu membantuku membereskan seseorang."

Kak Carl mengambil rokoknya dan Johnny segera mengeluarkan mancis dan menyalakannya untuk Kak Carl.

Dia menyesapnya dan berkata, "Apa yang bisa aku dapatkan?"

Johnny memutar matanya dan berkata, "Selama Kak Carl membantu adek, adek akan memberimu senilai ini."

Sambil dia berbicara, dia mengulurkan telapak tangannya.

Kak Carl mencibir dan berkata, "Kamu pikir aku ini siapa? Uang buat pengemis?"

Johnny tiba-tiba panik. Dia mengertakkan gigi dan berkata, "Saat kita makan malam bersama beberapa waktu lalu, ada seorang wanita yang ingin bertemu dengan Kak Carl. Aku akan mengirimkannya padamu malam ini."

Ketika Kak Carl mendengar ini, senyuman pun muncul di wajahnya.

"Katakan padaku, kamu ingin aku berurusan dengan siapa?"

Johnny menyalakan rokok untuk dirinya sendiri dan berkata, "Sebenarnya, orang itu juga memiliki dendam denganmu."

"Oh? Benarkah?" Kak Carl menjadi tertarik dan bertindak seolah-olah dia siap mendengarkan.

Johnny mengertakkan gigi dan berkata, "Beberapa waktu lalu, kamu pergi ke Kampung Brandan dan menghancurkan separuh rumah. Apakah kamu masih ingat?"

“Ingat,” Kak Carl mengangguk.

Ketika hendak membongkar rumah tersebut, pasangan tua tersebut melawan dengan nyawanya, waktu itu terjadi keributan besar bahkan terjadi bentrokan, tetapi pada akhirnya mereka tidak menyelesaikan pembongkarannya.

Melihat bahwa Kak Carl mengingatnya, Johnny berkata secara misterius, "Putra mereka telah kembali ...."

“Benarkah?” tanya Kak Carl, menyipitkan matanya.

"Ya! Saya bertemu dengannya pagi ini," Johnny mengertakkan gigi dan berkata, "Dan orang yang aku ingin kamu tangani adalah dia."

Kak Carl mengangguk sambil berpikir dan berkata, "Katakan padaku, seberapa jauh kamu ingin hal ini ditangani?"

“Jangan terlalu kejam, patahkan saja salah satu kakinya!” kata Johnny berpikir sejenak.

“Oke, serahkan pada Kak Carl,” kata Kak Carl dengan santai.

Alasan mengapa dia setuju dengan Johnny adalah karena dia awalnya memiliki dendam terhadap pasangan tua itu, tetapi sekarang putra mereka telah kembali, bahkan jika dia tidak menemuinya, putra mereka itu pasti akan mendatanginya. Yang kedua adalah karena perempuan. Saat dia makan malam bersama Johnny dan Alicia beberapa hari yang lalu, ada seorang wanita di meja makan yang membuat jantungnya berdebar kencang. Sekarang Johnny berjanji akan membawa wanita itu padanya, kenapa tidak melakukannya?

Memikirkan hal ini, hatinya merasa gatal dan mulai menantikan datangnya malam.

Johnny juga dalam suasana hati yang baik, meskipun ada sedikit darah, tidak sia-sia jika dia bisa mematahkan kaki Xavier.

Memikirkan adegan memalukan di departemen pemasaran tadi pagi ini, dia merasa geram.

Setelah meninggalkan departemen pembongkaran, dia pun menelepon Alicia.

“Sayang, aku sudah memberi tahu Kak Carl. Kak Carl berkata dia secara pribadi akan membawa orang untuk berurusan dengan Xavier, pria miskin itu malam ini!”

Setelah Alicia mendengar ini, dia berkata dengan keras, "Biarkan Kak Carl menanganinya dengan kejam."

“Jangan khawatir, Xavier pasti akan berakhir tragis.”

Setelah mengatakan itu, kedua orang itu tertawa penuh kemenangan.

······

Di sisi lain.

Xavier datang ke rumah Graciela sesuai alamat yang diberikan.

Segera setelah dia membunyikan bel pintu, pintu itu pun terbuka.

Begitu Xavier memasuki pintu, dia buru-buru menoleh.

Itu karena Graciela mengenakan T-shirt besar dan longgar di bagian atas tubuhnya, menutupi bokongnya, memperlihatkan kakinya yang mulus dan ramping.

“Kamu tahu aku akan datang, tidak bisakah kamu berpakaian dengan benar,” keluh Xavier.

Dia tidak melihat sekeliling sama sekali sekarang, karena takut melihat sesuatu yang tidak pantas dia lihat.

Graciela juga berkata tidak puas, "Bagaimana aku berpakaian tidak pantas? Apakah aku masih harus mengenakan pakaian formal di rumah?"

Xavier tersedak sejenak, tapi masih berbisik, "Setidaknya kamu harus memakai sesuatu di bagian bawahnya."

Graciela berkata, "Aku memakainya kok! Aku mana tidak memakainya?"

Sambil berkata begitu, dia mengangkat kausnya.

Hal ini mengejutkan Xavier, dan dia buru-buru memunggungi Graciela dan berkata, "Nona Martinez, berhentilah membuat masalah dan segera kenakan pakaianmu."

Graciela tiba-tiba mendapat ide untuk menggoda Xavier, dia tersenyum dan berkata, "Kamu harus menoleh kemari. Jika tidak, aku yang akan ke sana."

Karena itu, dia berjalan menuju Xavier.

Xavier berjalan cepat ke pintu dan berkata, “Jika kamu melakukan ini lagi, saya akan pergi!”

Melihat Xavier serius, Graciela berkata tanpa daya, "Oke, oke, aku tidak akan menggodamu lagi, aku benar-benar memakainya!"

Mendengar perkataan Graciela, Xavier baru menoleh.

Melihat Graciela masih mengangkat kausnya dan dia memang mengenakan celana pendek hitam di bawahnya.

Xavier hanya bisa tersenyum.

Kemudian dia berjalan ke arah Graciela dan berkata, "Ulurkan tanganmu."

Graciela kehilangan minat dan bertanya dengan dingin, "Mau apa sih!"

“Bukankah kamu bilang racunmu bereaksi? Aku membantumu memeriksa denyut nadimu.”

Setelah mengatakan itu, Xavier menarik tangan Graciela, lalu menggenggam pergelangan tangan Graciela dengan tangannya untuk memeriksa denyut nadinya.

"Bagaimana? Berapa banyak racun yang ada di tubuhku?" tanya Graciela yang tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya dengan rasa ingin tahu.

Sejak Xavier menusukkan jarum akupunktur, kondisi fisik Graciela sudah berangsur-angsur membaik, gejala seperti insomnia, migrain dan sesak napas sepertinya sudah hilang, Glaciela jelas-jelas bisa merasakan efeknya.

Setelah Xavier menarik tangannya, dia berkata, "Dibutuhkan empat puluh sembilan hari untuk membersihkan semua racun di tubuhmu. Terhitung mulai kemarin, kamu harus ditusuk jarum akupunktur setiap tujuh hari."

Graciela mengangguk dan bertanya, "Kalau begitu, tahukah kamu jenis racun apa yang dipakai dan bagaimana cara aku diracuni?"

Xavier baru saja hendak menjawab.

Telepon berdering.

Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat kalau itu adalah panggilan dari ibunya.

Dia buru-buru menjawab telepon dan bertanya, "Ibu, ada apa?"

Elena berkata di ujung telepon yang lain, "Nak, bisakah kamu kembali sore ini?"

“Ya, ada apa?” ​​​​Xavier bertanya dengan cemas.

Ibu Elena berkata, "Bukankah kakak sepupumu bekerja di Venus Grup? Dia cuti hari ini. Ayahmu dan aku ingin mentraktirnya makan malam ini dan memintanya membantu kita mendapatkan kompensasi atas pembongkaran rumah kita."

Hati Xavier yang cemas menjadi rileks.

"Oke, aku akan kembali sebentar lagi."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status