Shakeel kembali ke rumah keluarga besar nya. Dengan pakaian bau keringat dan rokok. Berjalan tidak semangat, jas di tenteng di tangan kanan.
“Shakeel..” panggil seorang pria yang lebih tua dari nya.
Pria tua itu duduk di sofa, yang ternyata sedari tadi sedang menunggu kedatangan putera nya.
Shakeel berhenti melanjutkan langkah nya yang ingin naik tangga.
“Papa ingin berbicara dengan mu.” Ajak papa nya.
“Apa yang ingin papa bicarakan?” Tanya Shakeel yang masih berdiri di tempat.
“Kemari dan duduk dengan ku.” Suruh Reynand Pradana, papa nya.
Awal nya Shakeel masih diam, menunggu beberapa saat. Dan
pada akhir nya dia melangkah duduk di hadapan orang tua nya.
Tidak ada pembicaraan, hanya saling menatap. Reynand
menggelengkan kepala nya melihat kondisi putera nya yang seperti tidak terawat itu.
“Dari mana kamu semalaman?” Tanya Reynand membuka obrolan.
Tidak ada jawaban.
“Shakeel..?” Tanya nya lagi.
“Aku kemana itu bukan urusan papa. Aku sudah dewasa dan…
“Kau sudah dewasa lalu apa kau mau membuat harga diri dan reputasi keluarga kita di hina?” Rey berbicara sambil berdiri.
Shakeel juga mulai bosan dan kesal.
Perdebatan di antara kedua laki-laki itu terasa mencekam.
Seperti tidak ada yang ingin mengalah.
“Berhenti berhubungan seperti itu. Menjijikkan!” suruh Reynand.
“Menjijikkan? Kau tidak berhak mengatur hubungan ku, aku……
“Diaammm…” Reynand mengangkat salah satu tangan nya hendak
menampar wajah Shakeel.
Bukan nya takut, Shakeel menatap papa nya dengan tatapan tajam dan emosi.
Shakeel menghentikan perdebatan itu dengan pergi meninggalkan pria yang masih emosi itu.
“Jangan sampai kami keluarga mu mati karena menahan malu akibat ulah mu Shakeel.” Teriak Reynand.
Shakeel mendengar nya, tapi mengabaikan. Terus berjalan menuju kamar nya.
Tidak jauh dari mereka, Elfrida mengintip dan mendengar
pembicaraan antara putera nya dan cucu nya. Terlihat dari wajah Elfrida, dia sangat sedih dan prihatin dengan cucu nya.
*******************
“Aneska Luna. Apa kabar?” seorang pria memanggil gadis itu.
“Hey, Adnand.” Aneska melihat dan membalas panggilan nya.
Adnand Key, kakak kelas Aneska ketika di SLTP sampai SMA.
Adnand Key pria tampan yang dulu sewaktu sekolah adalah ketua OSIS. Dia sangat dekat sekali dengan Aneska. Banyak yang iri dengan kedekatan mereka, sampai ada yang menebak kalau mereka adalah sepasang kekasih. Tapi Aneska selalu mengatakan kalau hubungan mereka tidak lebih dari sebuah persahabatan.
“Adnand, kamu dari mana?” Tanya Aneska.
“Aku baru pulang dari kerjaan. Apa kau baru pulang dari warteg?” Tanya Adnand.
“Iya.” Jawab nya singkat.
Adnand melihat wajah Aneska yang tampak sangat kelelahan itu. Ada rasa kasihan yang di rasakan nya. Tapi Aneska tidak suka di kasihani.
“Anes, apa kau masih bekerja di club malam itu?” Tanya Adnand.
“Iya, mau bagaimana lagi.” Jawab gadis itu pasrah.
“Anes, kenapa kau tidak bekerja di tempat ku saja. Aku akan membantu mu untuk bisa bekerja di sana.” Tawar sahabat nya itu.
“Terimakasih atas tawaran nya, tapi aku tidak bisa. Aku hanya lulusan SMA.” Jawab nya merendah.
“Tapi….
“Adnand, kau sangat baik sekali pada ku. Kau sering membantu ku dalam kesulitan. Aku tidak mau terlalu sering merepotkan mu dan keluarga mu lagi.” Ucap Aneska.
“Aku tidak merasa kau merepotkan ku. Aku hanya ingin sebisa mungkin membantu mu. Bukan kah kau mengatakan kalau kita adalah sahabat kan?” Tanya Adnand serius.
Aneska melihat Adnand. Lalu tersenyum.
“Kita sahabat, dan akan selama nya bersahabat. Dan aku sangat senang memiliki sahabat seperti mu Adnand.” Ucap Aneska.
Tidak ada lagi obrolan. Mereka diam sambil minum es cendol di pinggir jalan.
***************
“Kenapa wanita itu belum menghubungi ku? Apa dia tidak maumenerima tawaran ku?” gumam Sonya di dalam kamar.
Dia menunggu panggilan telepon dari Aneska. Ponsel di tangan nya selalu di genggam.
“Kalau hari ini dia tidak menghubungi ku, maka besok pagi aku akan ke sana lagi. Aku akan berbicara langsung pada nya.” Gumam nya lagi.
DDDRRRTTTDDD….DDDRTTTDDD…..DDRTTTTDDD…
Ponsel nya berdering. Ada panggilan dari nomor asing yang tidak ada dalam kontak penyimpanan nya.
“Nomor baru. Siapa ini?” gumam nya.
“Hallo?” Sonya menjawab panggilan tersebut.
“Ha…halllo nyonya. Saya…saya yang beberapa hari itu menjual Koran.” Jawab Aneska gugup.
“Akhir nya dia menghubungi ku juga.” Gumam Sonya tersenyum kecil.
“Ada apa?” Tanya Sonya pura-pura tidak tahu.
“Nyonya, waktu itu anda membeli Koran saya dengan bayaran yang tinggi. Ini sangat lebih sekali nyonya. Dan lagi pula anda juga tidak membawa Koran yang sudah anda beli.” Jawab Aneska.
“Lalu?” Tanya Sonya.
“Saya, saya ingin mengembalikan uang anda ini nyonya.” Jawab Aneska yakin.
“Hmmm…” Sonya membuang nafas nya.
“Nyonya, anda baik-baik saja kan? Apa anda sedang sakit?” Tanya Aneska khawatir.
“Dia mengkhawatirkan ku?” gumam Sonya yang terkejut dengan pertanyaan wanita muda yang baru dia temui.
“Ya, sebenar nya aku sedang tidak enak badan. Hhaaahhh…” ucap nya pura-pura.
Aneska diam.
“Kenapa dia diam?” Tanya Sonya di dalam hati nya.
“Hallo? Apa kau masih ada di sana?” Tanya Sonya.
“I…iya nyonya. Kalau begitu saya ingin mengembalikan uang anda. Bagaimana cara nya?” Tanya Aneska.
“Bagaimana kalau kita bertemu. Ada yang ingin aku bicarakan pada mu.” Ucap Sonya.
“Baiklah nyonya. Di mana kita akan bertemu?” Tanya Aneska.
“Aku akan mengirim kan alamat nya melalui pesan. Aku akan menemui mu di sana. Sampai jumpa.” Sonya mengakhiri panggilan nya.
“Sudah di tutup panggilan nya.” Ucap Aneska.
Tidak berapa lama, ponsel Anes menerima pesan dari nomor yang menghubungi nya tadi.
“Alamat ini di mana ya? Jauh tidak?” Tanya nya sendiri.
“Baik lah. Aku akan mencari alamat ini.” Ucap nya.
********************
“Ternyata dia menghubungi ku. Aku harus bisa membuat nya menerima tawaran ku.” Ucap Sonya.
Sonya bersiap-siap untuk menemui Aneska.
*************
Aneska tiba di alamat yang di berikan Sonya. Dia lebih dulu datang namun tidak berani masuk. Dia masih menunggu di luar.
“Apa aku datang nya terlalu cepat ya?” Tanya nya melihat jam tangan.
Sebuah mobil mewah berhenti di hadapan nya.
Sonya turun dengan di bantu Galen, asisten nya.
“Hallo nyonya.” Sapa Aneska.
Sonya tersenyum mendengar sapaan gadis muda itu.
“Hallo nona, apa kamu menunggu ku lama?” Tanya Sonya.
“Tidak terlalu sih nyonya.” Jawab Aneska.
“Kenapa tidak masuk?” Tanya Sonya.
“Aaa……saya menunggu anda nyonya.”jawab Aneska.
“Kalau begitu ayo kita masuk.” Ajak Sonya.
Mereka bertiga masuk ke dalam Café itu.
Aneska melihat sekitar ruangan itu. Ada perasaan kagum dalam perasaan nya. Baru pertama kali dia memasuki tempat seperti itu.
Tik…tik….tik…tik…tik…tik… Hentakan jarum jam di dinding kamar Shakeel. Sudah sangat malam, tapi Shakeel masih belum bisa memejamkan matanya, sedangkan Aneska sudah tertidur lelap dan masuk kedalam dunia mimpi. ‘Ada apa denganku? Biasanya aku tidak pernah deg-deg an kalau sedang tidur dengan wanita manapun, tidak… maksudku dengan wanita ini.’ Shakeel yang berbaring menghadap atap kamarnya menatap dengan tajam lampu kamar yang redup, yang khusus dinyalakan hanya untuk tidur saja. Dia melirik Anes, tidur dengan posisi wajahnya dan tubuhnya menghadap Shakeel. Tap… Pria itu semakin terkejut, karena Aneska meletakkan kakinya diatas pahanya. “Mmmm…” suara kecil yang keluar dari mulutnya sembari menggosok-gosok kakinya diatas paha Shakeel. Rasa menggelitik dirasakan Shakeel, dia ingin menurunkan kaki itu tapi tidak bisa karena isterinya malah memeluknya layaknya seperti guling. ‘Hah… apa yang harus aku lakukan padanya?’
Karena kesal dan marah pada Shakeel, Daviand mencari hiburan di club malam. Dengan segelas minuman keras ditangannya. Hentakkan musik yang keras, orang-orang yang menari erotis di lantai dansa, mereka berciuman, berpelukan tanpa malu dengan sekitarnya. “Hah…. Seandainya Shakeel ada disini, pasti akan lebih menyenangkan.” Ucapnya yang sudah mulai mabuk. Sesekali dia juga melirik pria-pria tampan yang bisa mengisi malamnya. “Hai, apa aku boleh duduk disini?” tanya seorang pria yang menghampiri Daviand. Daviand menoleh dan melihat asal suara. ‘Oh my god… tampan sekali. Yah… meskipun masih lebih tampan Shakeelku sih.’ Gumam Daviand terpesona. “Boleh, silahkan, disini kan bebas, siapapun bisa duduk dimana saja, selama kursi itu kosong.” Daviand mengijinkan pria itu duduk disampingnya. “Terima kasih, ngomong-ngomong, aku Riyan,” pria dengan nama Riyan itu mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Daviand. “Aku Daviand.” Dia
“Maafkan saya tuan, tapi tuan Presdir sedang tidak ingin menerima tamu darimana pun. Tolong anda mengerti.” ucap sekretaris Shakeel, Reno.“Minggir! Apa kau tidak tahu siapa aku aku adalah kekasihnya Shakeel, apa kau mau dipecat karena melarangku masuk?” teriak Daviand yang berusaha masuk keruangan Shakeel.Semua pegawai mendengar dan melihat adegan itu, mereka juga terkejut, karena mendengar pengakuan Daviand yang mengatakan dia adalah kekasih dari atasannya.Daviand yang sudah gerah dan marah, dengan sekuat tenaga berusaha untuk masuk menerobos masuk, dia tidak perduli diusir.Ceklek…“Shakeel…” panggil Daviand yang akhirnya bisa masuk dan membuka pintu dengan kasar.“Ma.. Maafkan saya tuan Presdir, saya sudah melarangnya untuk tidak masuk.” Reno memohon maaf, dia berdiri dibelakang Daviand.Shakeel yang sebelumnya sedang merenung dengan perasaannya, berpikir apa yang ter
MULAI SEKARANG KAU JANGAN BERTEMU DENGAN SEMBARANG PRIATidak lama mereka berada di pantiasuhan, langsung pulang setelah memberikan hadiah bingkisan dan uang untuk keperluan mereka.Dan sekarang mereka dalam perjalanan pulang kerumah. Shakeel yang masih bertanya-tanya dan penasaran, dengan sosok Aarav yang muncul dari mulut anak-anak panti.“Anes.” Panggil Shakeel memecah keheningan.“Iya?” Anes menjawab dengan fokus pada ponselnya.“Siapa Arav itu?” tanyanya melirik Aneska.“Oh, dia temanku.”“Teman? Teman bagaimana?”“Waktu itu dia menolong kami, saat kami dikeluarkan dari rumah panti sebelumnya, lalu bertemu dengannya, dan menawarkan bantuan dengan tinggal dirumahnya, kalau tidak salah dua atau tiga hari. Tapi sebelumnya kami pernah bertemu saat dia membeli banyak koran dariku.” Jawab Anes tanpa curiga.“Beli koran? Maksudnya?”
Karena Shakeel yang meminta untuk ikut bersama Aneska, dan dia juga tidak bisa menolak karena melihat kesungguhan Shakeel. Mereka berdua sekarang dalam perjalanan menuju pantiasuhan, saat ini mereka sedang dalam mobil, Anes duduk disamping Shakeel, di depan. Tidak ada pembicaraan diantara mereka, sama-sama diam dan canggung. “Shakeel, nanti kita mampir ke minimarket ya, aku ingin membeli beberapa cemilan untuk anak-anak.” Pinta Anes. “Oh, iya.” Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi, mereka kembali diam lagi. Hingga mereka tiba disalah satu minimarket dan berhenti. Aneska turun, dan Shakeel juga ikut setelah menutup kembali pintu mobilnya. Mereka bersama masuk, dan langsung menuju rak yang berisi makanan-makanan jajanan. Anes memilih-milih, dan Shakeel masih mengikutinya sambil memperhatikan Anes. Sesekali dia mempertimbangkan mana yang akan dibeli, membanding-bandingkan jenis jajanan yang baik. Tanpa di
SARAPAN BERSAMAAneska masih sibuk didapur menyiapkan sarapan. Dia tidak pernah dan tidak bisa kalau telat makan pagi atau sarapan, pasti perutnya akan terus berbunyi dan pandangannya juga akan kabur.Bau harum dari bumbu yang sedang di goreng Anes tercium sampai kamar, saat itu Shakeel sudah bangun dan baru saja selesai mandi.“Baunya enak banget, siapa yang masak?” tanyanya sendiri sambil terus menikmati bau masakan itu.Kkruuyuukkk…. Kkkruuyuuukk…Shakeel memegang perutnya yang berbunyi karena sudah lapar.“Hm.. ternyata aku sudah lapar ya, tapi biasanya aku sudah terbiasa melewatkan sarapan.”Dia cepat-cepat memakai pakaian biasanya, karena hampir setiap Sabtu dan Minggu dia libur kerja. Setiap dia libur, dia akan menghabiskan waktu dengan Daviand didalam kamar seharian, lalu makan dan tidur lagi. Tapi Sabtu ini, terasa b