Share

Menolong gadis yang kerasukan

Author: TRexMakassar
last update Last Updated: 2024-08-31 03:28:00

Malam itu, Aaron dan ILHAM bertekad untuk menemui guru mereka, Ustadz Abdullah. Sejak kejadian malam sebelumnya, di mana mereka dihantui oleh bayangan hitam dan suara bisikan misterius, mereka merasa perlu mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang cara menghadapi kekuatan gelap yang semakin sering mengganggu mereka. Aaron, sebagai kakak, merasakan tanggung jawab besar untuk melindungi adiknya dan memastikan mereka tetap kuat dalam menghadapi segala ancaman.

Setelah melafalkan doa perlindungan, mereka berdua keluar dari rumah. Malam itu terasa lebih mencekam dari biasanya. Angin malam yang dingin menyusup ke tulang, membawa serta aroma lembap dari dedaunan yang berjatuhan di sepanjang jalan. Jalanan menuju rumah Ustadz Abdullah cukup sepi, hanya diterangi oleh beberapa lampu jalan yang redup. Namun, kesunyian malam itu tiba-tiba dipecahkan oleh suara jeritan mengerikan yang berasal dari sebuah rumah di ujung jalan.

Aaron dan ILHAM langsung berhenti. "Kak, kamu dengar itu?" bisik ILHAM dengan wajah pucat.

Aaron mengangguk, matanya terarah ke arah rumah yang tampak tua dan suram, tempat suara jeritan itu berasal. "Iya, suara itu datang dari sana. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres," jawabnya dengan nada waspada.

Mereka berdua memutuskan untuk mendekati rumah itu, meski rasa takut mulai merayap di benak mereka. Ketika semakin dekat, mereka bisa melihat sekelompok warga berkumpul di depan rumah, wajah-wajah mereka dipenuhi ketakutan dan bisikan-bisikan samar terdengar di antara mereka.

"Kenapa orang tuanya tidak segera memanggil bantuan? Kasihan sekali anak itu," seorang wanita paruh baya berbisik kepada tetangganya.

"Mereka bilang, gadis itu kerasukan sejak tadi sore," jawab tetangganya dengan suara bergetar. "Aku dengar ini semua karena pesugihan yang dilakukan pesaing bisnis ayahnya. Mereka menjadikan dia tumbal agar bisnis mereka sukses."

Aaron dan ILHAM saling bertukar pandang. ILHAM merasa ada sesuatu yang mendorongnya untuk ikut campur, meskipun tubuhnya gemetar. Aaron, yang selalu lebih tenang, mengangguk kepada adiknya, mengisyaratkan bahwa mereka perlu memeriksa keadaan lebih lanjut.

Mereka mendekati seorang pria tua yang berdiri di dekat pagar rumah. "Pak, apa yang sebenarnya terjadi di sini?" tanya Aaron dengan sopan.

Pria tua itu menoleh, wajahnya pucat dan matanya tampak lelah. "Anak perempuan di dalam rumah itu... dia kerasukan. Orang tuanya tidak tahu harus bagaimana. Mereka sudah memanggil dukun, tapi tak ada yang berhasil. Ada yang bilang ini akibat pesugihan dari pesaing bisnis ayahnya. Mereka tega menjadikan gadis itu tumbal," jawabnya dengan suara rendah.

ILHAM merasa hatinya tersayat mendengar kisah itu. "Apa kami bisa membantu, Pak?" tanyanya tanpa ragu.

Pria tua itu menatap mereka berdua dengan curiga, namun kemudian melihat ke dalam mata mereka yang penuh dengan niat tulus. "Jika kalian merasa mampu, silakan. Tapi hati-hati, Nak. Banyak yang sudah mencoba, tapi malah terjerat oleh kekuatan jahat itu."

Aaron dan ILHAM saling mengangguk, lalu dengan langkah hati-hati mereka mendekati pintu rumah. Dari dalam rumah, terdengar jeritan perempuan muda yang semakin memilukan. Suaranya bercampur dengan raungan penuh kesakitan, seolah-olah ada kekuatan lain yang sedang menguasai tubuhnya.

Mereka memasuki rumah itu dengan perasaan was-was. Di dalam, ruang tamu yang biasanya tenang berubah menjadi tempat penuh ketegangan. Ayah gadis itu berdiri di sudut ruangan, wajahnya dipenuhi kesedihan dan keputusasaan. Di tengah ruangan, seorang gadis muda tergeletak di lantai, tubuhnya bergetar hebat dan matanya terbelalak kosong. Mulutnya mengeluarkan suara yang tidak manusiawi, seperti jeritan dari kedalaman neraka.

Aaron segera melangkah maju, mendekati gadis itu. ILHAM mengikuti dari belakang, memegang tasbih di tangannya dengan erat. "Pak, izinkan kami mencoba membantu," kata Aaron kepada ayah gadis itu.

Pria itu menatap mereka dengan harapan yang nyaris pudar, lalu mengangguk pelan. "Tolonglah anak saya... Saya mohon..."

Aaron berlutut di sebelah gadis itu dan mulai melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Suara jeritan gadis itu semakin keras, tubuhnya bergetar lebih hebat, seolah ada sesuatu yang mencoba melawan bacaan Aaron. ILHAM, yang berada di sisi lain, ikut melafalkan doa-doa yang diajarkan oleh guru mereka.

Tiba-tiba, gadis itu berhenti berteriak dan hanya mengeluarkan desahan pelan, tubuhnya menjadi kaku. Matanya yang kosong menatap langsung ke arah Aaron, dan dalam sekejap, sebuah senyum jahat muncul di wajahnya. "Kalian tidak akan bisa mengalahkanku," suara yang keluar dari mulutnya bukan suara gadis itu, tetapi suara yang dalam dan mengerikan.

Aaron tidak gentar. Dia menguatkan hatinya dan terus melafalkan ayat-ayat suci dengan lebih lantang. ILHAM pun menambah intensitas doanya, memfokuskan seluruh pikirannya untuk mengusir entitas jahat yang merasuki tubuh gadis itu.

Suasana di dalam ruangan menjadi semakin menakutkan. Angin dingin tiba-tiba berhembus dari jendela yang tertutup, membuat lilin-lilin di ruangan itu berkedip-kedip. Wajah gadis itu berubah-ubah, kadang terlihat seperti wajah iblis dengan mata merah menyala, kadang kembali seperti wajah aslinya yang penuh kepedihan.

ILHAM merasakan kekuatan jahat itu mulai melemah, namun entitas tersebut masih bertahan keras. "Aaron, kita hampir berhasil!" teriaknya dengan penuh semangat.

Aaron tidak berhenti, dia terus melafalkan ayat Kursi dengan seluruh keyakinannya. Gadis itu menjerit sekali lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya, sebelum akhirnya tubuhnya terkulai lemas. Ruangan itu menjadi hening, hanya terdengar suara napas gadis itu yang terengah-engah.

Ayah gadis itu segera berlari mendekat, memeluk anaknya yang kini tampak kelelahan. "Terima kasih... Terima kasih banyak..." ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Aaron dan ILHAM berdiri, tubuh mereka dipenuhi keringat dingin. Mereka merasa lega namun juga lelah setelah pertempuran batin yang mereka hadapi. Aaron menoleh ke arah ayah gadis itu. "Pak, sebaiknya anak bapak dijaga dengan lebih baik. Jangan biarkan energi negatif mendekat lagi. Dan teruslah berdoa, karena itu adalah pelindung terkuat," nasihatnya.

Ayah gadis itu mengangguk penuh rasa syukur. "Saya akan lakukan, Nak. Saya akan menjaga anak saya dengan lebih baik."

Setelah memastikan gadis itu aman, Aaron dan ILHAM melanjutkan perjalanan mereka ke rumah Ustadz Abdullah. Mereka berdua merasa bahwa pengalaman yang baru saja mereka alami bukanlah kebetulan. Kekuatan jahat yang mereka hadapi mungkin hanyalah sebagian kecil dari apa yang menanti mereka di masa depan.

Malam semakin larut ketika mereka tiba di rumah Ustadz Abdullah. Ustadz Abdullah menyambut mereka dengan senyum tenang, meskipun matanya menunjukkan bahwa dia sudah mengetahui apa yang baru saja terjadi.

"Kalian berdua sudah melakukan hal yang benar. Tapi ingatlah, semakin kalian terlibat dalam dunia ini, semakin banyak rintangan yang akan kalian hadapi," kata Ustadz Abdullah bijak.

Aaron dan ILHAM mendengarkan dengan penuh perhatian. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan apa yang mereka hadapi malam itu hanyalah permulaan. Namun, mereka juga tahu bahwa dengan bantuan dari guru mereka dan kekuatan doa, mereka akan mampu menghadapi apa pun yang datang. Mereka berdua siap untuk melanjutkan perjalanan ini, apapun risikonya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   ##ARC2-SEASON3**BAB 59: Ilham Melawan Saudaranya

    BAB 59: Ilham Melawan Saudaranya Part 1 — Awal Konflik SaudaraAngin lembut berhembus di atas puncak sarang yang baru tenang. Cahaya lembayung menari di antara bayangan yang kini damai, seolah memberi selamat atas berakhirnya perang saudara sebelumnya. Namun, di balik kedamaian yang tampak, Ilham merasakan getaran aneh. Sebuah energi familiar namun berbeda, seperti gema dari masa lalu yang menolak menyerah.Ilham berdiri di tepi inti pusat, memandang ke arah lembah energi yang bersinar lembut. Tiba-tiba, bayangan gelap muncul, menyatu dengan cahaya, tetapi bergerak dengan ritme yang asing. Ada aura yang mengingatkannya pada masa kecil, pada saudara yang pernah ia kenal, tetapi kini berbeda.“Ilham…” suara itu terdengar samar, seperti bayangan yang mencoba berbisik melalui ruang dan waktu.Ilham menatap tajam. Energi itu terasa seperti separuh dari dirinya sendiri, namun diwarnai kemarahan dan kebingungan yang intens. Ia menyadari, dengan perasaan cam

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   ##ARC2-SEASON3**BAB 58: Aaron Menjadi Raja Kelabang

    BAB 58: Aaron Menjadi Raja KelabangPart 1 — Awal Takhta dan Gelombang PertamaSetelah kedamaian yang perlahan menyejukkan sarang, Aaron berdiri di atas puncak menara pusat, menyaksikan gelombang cahaya lembayung dan bayangan yang kini menari harmonis di seluruh sarang. Atmosfer terasa berat sekaligus ringan; energi yang dulu liar kini tersaring menjadi aliran yang jelas, menuntun setiap makhluk dan setiap bayangan menuju keseimbangan. Ia bisa merasakan setiap denyut kehidupan, bukan hanya fisik, tapi metafisik—jiwa sarang seakan bernapas bersama dirinya.Aaron memejamkan mata sejenak, membiarkan energi baru itu meresap ke dalam dirinya. Ia merasakan sensasi yang asing namun familiar—perpaduan antara kekuatan primitif T-Rex yang pernah ia warisi dan kesadaran yang kini berkembang dari bayangan-bayangan yang diterima. Ini bukan hanya kekuatan fisik, tetapi energi kosmik yang beresonansi dengan jiwa seluruh sarang.“Sekarang, ini tangg

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   ##ARC2-SEASON3**BAB 57: Perang Saudara di Sarang

    BAB 57: Perang Saudara di SarangPart 1 — Bayangan yang Berbagi RahasiaSarang Kelabang terbentang luas di bawah permukaan bumi, jaringan lorong dan ruang yang berkilau lembayung oleh cahaya organik yang terpancar dari dinding-dinding yang hidup. Setiap lekuk, setiap pori, berdenyut seolah makhluk itu sendiri bernapas. Udara di dalam sarang kental, bercampur aroma tanah basah, resin purba, dan sesuatu yang asing tapi memikat; energi yang bergetar seiring denyut hati makhluk-makhluk yang menghuni tempat ini.Aaron berdiri di pintu masuk salah satu lorong utama, menatap gelap yang mengular seperti sungai berkelok. Ilham ada di sisinya, matanya yang kini mampu menembus bayangan, menyapu setiap sudut, menyingkap rahasia yang tersembunyi dalam gelap. Bayangan-bayangan yang dulu menakutkan kini tampak lebih jinak, berbaur dengan cahaya lembayung, tapi tetap memancarkan peringatan: ada sesuatu yang sedang bergerak di balik kegelapan.“Kau merasakannya

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   ##ARC2-SEASON3**BAB 56: Kebangkitan Lelana sebagai Kelabang

    BAB 56: Kebangkitan Lelana sebagai KelabangPart 1 — Getaran Pertama Kelahiran BaruSarang bawah tanah bergetar lembut, seakan dunia itu sendiri menahan napas. Setiap dinding batu yang pekat, setiap terowongan sempit, bergetar bersama dengan denyut energi yang baru terbentuk. Di tengah ruang utama, tubuh Lelana yang pernah fana terbaring diam, tapi kini cahaya lembayung mulai merembes melalui celah-celah sisik yang mengeras, menciptakan pola iridesen yang menakjubkan. Cahaya itu berdenyut, berkoordinasi dengan napas bumi, dan menghasilkan resonansi yang bisa dirasakan hingga ke dalam tulang Aaron dan Ilham.Aaron menatap dengan mata terbuka lebar, dada berdebar tidak hanya karena kekaguman, tapi juga karena rasa takut dan harapan bercampur. Energi yang terpancar dari Lelana berbeda dari apapun yang pernah mereka alami — bukan sekadar kekuatan fisik atau spiritual, tetapi kombinasi dari kesadaran purba, ingatan yang hilang, dan rasa empati yang mendalam

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   ##ARC2-SEASON3**BAB 55: Kematian Lelana yang Pertama

    BAB 55: Kematian Lelana yang PertamaPart 1 — Bayangan yang Tak Mau MatiLangit sore menggantung bagai kain lembut yang basah oleh cahaya terakhir. Di tepi dataran yang dulu menjadi medan pertempuran Kelabang, kini hanya tersisa batu-batu hitam dan sisa kabut yang berbau logam. Aaron berdiri di sana dengan tangan bergetar, sementara Ilham berlutut di tanah, memeluk tubuh Lelana yang nyaris tanpa napas.Dunia sedang tenang — tapi terlalu tenang. Seolah setiap roh, setiap daun, bahkan udara menahan diri untuk tidak bergetar. Lelana terbaring dalam pelukan Ilham, wajahnya pucat, bibirnya masih menyisakan senyum tipis. Bukan senyum bahagia, melainkan semacam penerimaan halus terhadap sesuatu yang tak bisa ia ubah.“Dia… belum pergi,” bisik Aaron pelan, nyaris tanpa suara.“Aku tahu,” jawab Ilham. Suaranya retak, seperti kaca yang digores kuku. “Tapi jiwanya sudah tidak di sini.”Udara di sekitar

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   ##ARC2-SEASON3**BAB 54: “Jagat yang Belajar Bernapas”

    BAB 54: “Jagat yang Belajar Bernapas”BAB 54 — Part 1: Denyut Pertama Dunia BaruHening itu bukan sekadar ketiadaan suara — ia adalah napas pertama sebuah dunia.Setelah Putusan Jagat dilafalkan, waktu berhenti bukan karena kehabisan tenaga, melainkan karena sedang menata ulang arti keberadaannya. Di antara reruntuhan cahaya dan puing-puing realitas yang menguap seperti debu bintang, Aaron dan Ilham berdiri — bukan sebagai manusia, bukan pula sebagai anomali. Mereka adalah saksi dari sesuatu yang baru saja lahir.Tanah di bawah kaki mereka terasa lembut, seolah baru saja diukir dari doa-doa yang belum selesai. Warna-warna melayang di udara, bukan sebagai cahaya, tapi sebagai perasaan. Setiap nuansa biru menenangkan, setiap semburat jingga membawa rasa hangat yang belum pernah ada sebelumnya. Angin berhembus seperti tangan dunia yang ragu menyentuh kulit mereka — lembut, gugup, seperti bayi yang baru mengenal ibunya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status