Share

Sosok Menyeramkan suruhan dukun sakti

Penulis: TRexMakassar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-31 03:28:40

Malam semakin larut ketika Aaron dan ILHAM duduk di hadapan Ustadz Abdullah, hati mereka masih dipenuhi ketegangan dari peristiwa yang baru saja terjadi. Ruangan tempat mereka berada dipenuhi dengan suasana tenang, namun ada perasaan mendalam bahwa sesuatu yang lebih besar menanti di depan mereka.

Ustadz Abdullah memandang keduanya dengan tatapan tajam namun penuh kebijaksanaan. "Kalian berdua telah menghadapi sesuatu yang tidak bisa dianggap remeh. Kekuatan yang kalian usir tadi bukan hanya sekadar entitas biasa. Pesugihan semacam itu memiliki akar yang kuat, dan biasanya mereka tidak akan menyerah begitu saja."

Aaron mengangguk pelan, mencoba mencerna setiap kata gurunya. Namun, ILHAM yang duduk di sampingnya tampak gelisah. "Ustadz, bagaimana jika mereka kembali? Bagaimana jika kami tidak cukup kuat untuk menghadapi mereka lagi?" tanyanya dengan suara bergetar.

Ustadz Abdullah tersenyum lembut, "Keberanian, ILHAM, bukan berarti tidak merasa takut. Keberanian adalah kemampuan untuk tetap teguh di tengah ketakutan itu. Namun, kalian memang perlu mempersiapkan diri lebih baik. Ada ilmu-ilmu lain yang bisa kalian pelajari, yang tidak hanya akan menambah kekuatan kalian, tetapi juga menebalkan keberanian kalian."

Aaron segera menyela, "Ustadz, tolong ajarkan kami. Kami ingin siap menghadapi apa pun yang datang, terutama untuk melindungi yang lemah."

Ustadz Abdullah mengangguk pelan. "Baiklah, ada beberapa ilmu yang bisa kalian pelajari. Ilmu ini tidak hanya akan meningkatkan kemampuan supranatural kalian, tetapi juga memperkuat pondasi spiritual kalian agar kalian tidak mudah goyah."

Selama beberapa minggu berikutnya, Aaron dan ILHAM belajar dengan tekun di bawah bimbingan Ustadz Abdullah. Setiap malam mereka melafalkan doa-doa, memperkuat dzikir mereka, dan memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran-ajaran kejawen yang telah mereka pelajari sejak dulu. Ustadz Abdullah mengajarkan mereka ilmu-ilmu seperti memanipulasi energi, memperkuat mental, dan mengenali tanda-tanda bahaya yang tidak terlihat oleh mata biasa.

ILHAM, yang awalnya sering merasa takut, perlahan mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Setiap doa dan latihan yang dilakukan semakin menumbuhkan kepercayaan dirinya. Aaron terus mendorong adiknya, memberikan dukungan dan semangat agar ILHAM bisa mengatasi ketakutannya. Mereka berdua semakin menyatu dalam tekad untuk menjadi lebih kuat.

Namun, di balik semua latihan dan pelajaran yang mereka jalani, ada sesuatu yang mereka tidak sadari. Entitas jahat yang mereka usir dari gadis yang kerasukan itu tidak hilang begitu saja. Sosok itu, yang dulunya merupakan pesugihan, ternyata memiliki hubungan yang lebih dalam dengan seorang dukun sakti yang dikenal oleh para pesaing bisnis ayah gadis tersebut.

Dukun itu, seorang pria tua dengan wajah yang dipenuhi garis-garis kejahatan, merasakan kegagalan dari ritual yang dia lakukan. Tidak terima dengan kekalahan, dia memanggil kembali entitas pesugihan itu dan memberinya perintah baru: mengawasi dan menunggu saat yang tepat untuk menyerang kedua pemuda yang telah menghalangi rencananya.

Malam demi malam, saat Aaron dan ILHAM sibuk dengan pelajaran mereka, sosok pesugihan itu mengintai dari kegelapan. Ia tidak pernah jauh dari mereka, selalu berada di tempat yang tidak bisa mereka lihat, namun cukup dekat untuk merasakan setiap kelemahan dan keraguan yang mungkin muncul.

Suatu malam, setelah sesi latihan yang cukup intens, ILHAM merasakan sesuatu yang aneh. Meskipun tubuhnya lelah, ada perasaan tidak nyaman yang membuatnya susah tidur. Dia mencoba mengabaikan perasaan itu, tetapi semakin dia mencoba, semakin kuat perasaan itu muncul. Seperti ada mata yang terus mengawasinya dari sudut-sudut gelap ruangan.

Aaron, yang tidur di sebelah ILHAM, merasakan hal yang sama. Dia membuka matanya dan melihat adiknya yang masih terjaga. "ILHAM, kamu juga merasakannya?" tanya Aaron pelan.

ILHAM mengangguk, "Ada sesuatu yang tidak beres, Kak. Rasanya... seperti kita sedang diawasi."

Aaron mencoba menenangkan adiknya. "Ini mungkin hanya efek dari latihan kita. Cobalah untuk tidur, besok kita akan bicara dengan Ustadz Abdullah."

Namun, dalam hati, Aaron tidak bisa mengabaikan perasaan aneh itu. Dia mulai melakukan dzikir dalam hati, mencoba menenangkan pikirannya, tetapi perasaan bahwa mereka sedang diawasi tidak hilang.

Sementara itu, di luar rumah, sosok pesugihan itu berdiri di bawah bayangan pohon, menatap ke arah jendela kamar mereka. Wajahnya yang tidak lagi sepenuhnya manusia tampak penuh kebencian. Ia menunggu perintah dari dukun sakti yang mengendalikannya, siap untuk melancarkan serangan begitu waktunya tiba.

Keesokan harinya, Aaron dan ILHAM menceritakan apa yang mereka rasakan kepada Ustadz Abdullah. Wajah sang Ustadz menjadi serius. "Ini bukan hal yang bisa dianggap enteng. Perasaan kalian benar, dan ini menandakan bahwa entitas yang kalian hadapi belum benar-benar pergi."

ILHAM merasa ketakutan mulai merayap kembali dalam dirinya. "Ustadz, apa yang harus kita lakukan?"

Ustadz Abdullah menatap mereka berdua dengan tegas. "Kalian harus terus memperkuat dzikir dan doa kalian. Ingat, kekuatan terbesar datang dari Allah. Jangan biarkan rasa takut menguasai hati kalian, karena itulah yang mereka cari. Kalian juga harus waspada, karena serangan bisa datang kapan saja."

Aaron menggenggam tangan ILHAM, memberikan kekuatan pada adiknya. "Kami akan mengikuti semua arahan Ustadz. Kami tidak akan membiarkan rasa takut menguasai kami."

Malam itu, Aaron dan ILHAM melanjutkan latihan mereka dengan lebih tekun. Mereka melakukan dzikir hingga larut malam, mengisi setiap sudut hati mereka dengan kekuatan iman. Namun, meskipun mereka terus berdoa dan memperkuat diri, bayangan pesugihan itu semakin mendekat, menunggu saat yang tepat untuk menghancurkan pertahanan mereka.

Di kejauhan, dukun sakti yang mengendalikan pesugihan itu tersenyum dingin. Dia tahu bahwa waktu untuk melancarkan serangan telah dekat, dan dia yakin bahwa dua pemuda ini tidak akan bisa melawan kekuatan yang akan dia lepaskan.

Saat malam berganti dengan fajar, Aaron dan ILHAM tidak menyadari bahwa hari-hari tenang mereka akan segera berakhir. Sebuah pertempuran yang jauh lebih besar dari apa yang pernah mereka bayangkan sedang mendekat. Entitas jahat itu, bersama dengan kekuatan dukun yang mengendalikannya, bersiap untuk menyerang dengan cara yang tak terduga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   Tantangan itulah yang membuat kita tumbuh

    Azan dan Zahra bersiap dengan keyakinan yang besar, bersandar pada semua pelajaran yang telah mereka terima dari Ustadz Abdullah, orang tua mereka, dan juga pengalaman latihan keras di padepokan. Sebelum keberangkatan mereka, di hadapan orang tua dan semua yang hadir di padepokan, Azan dan Zahra mengulurkan tangan, masing-masing melafalkan doa perlindungan dan kekuatan yang pernah diberikan oleh Ustadz Abdullah dan semua wali gaib yang mengawasi mereka.Azan memandang wajah-wajah penuh kasih di sekelilingnya, terutama pada Aaron dan Aisyah, yang terlihat campur aduk antara haru dan bangga. "Ayah, Ibu, semua… ini bukanlah perpisahan. Kami hanya melanjutkan perjalanan yang sudah Ayah dan Ibu mulai," kata Azan dengan nada tegas.Aaron tersenyum dan memegang bahu Azan dengan erat. “Anakku, kekuatan bukan hanya soal apa yang bisa kau lakukan. Kekuasaan terbesar adalah menjaga keseimbangan dan kebijaksanaan dalam setiap langkah. Ingatlah itu.”Zahra

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   Raden Mahesa, penguasa bayangan

    Setelah pertempuran besar yang mereka menangkan di dalam kuil, Azan dan Zahra akhirnya melangkah keluar dengan sisa-sisa kekuatan yang masih terasa di sekitar mereka. Hembusan angin malam berhembus pelan, seolah mengucapkan selamat kepada mereka atas kemenangan yang telah mereka raih. Tetapi di sisi lain, ada keheningan yang tidak biasa di sekitar, yang membuat mereka merasa ada sesuatu yang tidak selesai.Zahra menyeka peluh di dahinya, lalu memandang kakaknya dengan cemas. “Kak, meskipun kita berhasil mengalahkan sosok itu, aku merasa bahwa ini bukanlah akhir dari semuanya.”Azan terdiam sesaat, memandang ke arah kuil yang semakin suram di belakang mereka. "Aku merasakan hal yang sama. Energi kegelapan yang selama ini kita rasakan masih ada di dunia ini, meskipun sosok itu telah hancur. Ada yang lebih besar lagi di balik semua ini, dan kita harus siap menghadapi apa pun yang datang.”Dengan tekad yang semakin kuat, mereka melanjutkan perjalan

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   Ancaman gaib

    Ketika Azan dan Zahra keluar dari gua, mereka disambut dengan ketenangan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Energi yang sebelumnya bergejolak di sekitar pegunungan itu kini berangsur damai, dan suara angin yang mengalun membawa bisikan ketenangan yang hampir magis. Keduanya duduk di tepi tebing, menikmati pemandangan hamparan hijau yang luas di bawah mereka.“Rasanya seperti beban besar baru saja diangkat dari bahu kita,” kata Zahra sambil memandang jauh ke cakrawala.Azan tersenyum, menoleh pada adiknya yang tampak tenang. “Kau benar, Zahra. Tapi perjalanan kita belum selesai. Kita masih punya banyak tanggung jawab dan janji untuk menegakkan keseimbangan di dunia ini.”Zahra menatap kakaknya dengan penuh kesungguhan. “Aku siap, Kak. Apa pun yang terjadi, kita akan melakukannya bersama-sama.”Mereka beristirahat sebentar, lalu mulai menuruni gunung untuk melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan, mereka mendap

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   osok gaib berwujud pria tua

    Setelah pertempuran sengit di desa kecil yang diteror oleh Bayangan Kelam, Azan dan Zahra melanjutkan perjalanan mereka ke arah barat, melewati hutan belantara yang dipenuhi suara-suara burung eksotis dan pohon-pohon raksasa yang menjulang tinggi. Keduanya merasakan sesuatu yang berbeda—seperti keberanian baru yang membara dalam diri mereka. Bayangan Kelam yang baru saja mereka hadapi hanyalah permulaan dari serangkaian tantangan yang akan datang.Selama perjalanan, Azan dan Zahra semakin memperkuat ikatan kekuatan mereka. Meskipun usia mereka masih muda, kemampuan mereka jauh melebihi siapa pun yang pernah mereka kenal, bahkan ayah dan ibu mereka, Aaron dan Aisyah. Berkat bimbingan sejak dini, keduanya telah memahami cara menggabungkan kekuatan mereka dengan efisien, menciptakan energi yang sangat dahsyat yang bahkan dapat menghancurkan makhluk-makhluk gaib yang lebih tua dan kuat.Suatu malam, ketika mereka beristirahat di tepi sebuah danau yang tenang dan berk

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   Perjalanan Azan & Zahra

    Azan dan Zahra terus berjalan melintasi berbagai daerah. Setelah sebulan meninggalkan padepokan, mereka telah melewati hutan-hutan lebat, lembah-lembah curam, dan desa-desa kecil yang terkadang dihuni oleh manusia dan kadang-kadang oleh makhluk-makhluk gaib. Mereka belajar untuk membedakan mana yang nyata dan mana yang ilusi, mengandalkan insting, latihan, serta kekuatan batin yang mereka peroleh selama bertahun-tahun. Perjalanan mereka menjadi tidak hanya perjalanan fisik, tetapi juga batiniah.Suatu malam yang tenang, mereka tiba di sebuah desa kecil di tepi sungai yang luas dan deras. Saat mereka masuk ke desa, mereka melihat bahwa tempat itu tampak sangat sepi, seperti semua penduduknya hilang atau bersembunyi.Zahra melihat ke sekeliling dan bergidik. "Azan, tempat ini aneh. Rasanya… seakan ada sesuatu yang menunggu di balik bayangan."Azan menatap lurus ke depan, seolah merasakan hal yang sama. "Ya, Zahra. Aku juga merasakannya. Seperti ada sesuatu

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   Perpisahan dan Petualangan Baru

    Angin pagi berhembus lembut di padepokan. Di halaman utama, Zahra dan Azan berdiri tegak, siap memulai perjalanan panjang yang sudah lama mereka rencanakan. Usia mereka kini sepuluh tahun, namun kekuatan dan kebijaksanaan mereka sudah melampaui siapa pun di sekitarnya. Semua orang di padepokan, termasuk Aaron, Aisyah, ILHAM, Ustadz Abdullah, Samira, dan Putri Khadijah, berkumpul untuk mengantar mereka pergi.Aaron memandang kedua anaknya dengan tatapan campuran antara bangga dan cemas. "Kalian yakin ingin melakukan ini sendirian?" Azan tersenyum kecil, matanya memancarkan ketenangan. "Ayah, perjalanan ini adalah sesuatu yang harus kami lakukan. Ada jawaban di luar sana yang hanya bisa kami temukan sendiri." Aisyah menarik napas panjang, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya. "Tapi kalian masih begitu muda…" Zahra melangkah maju dan menggenggam tangan ibunya. "Kami sudah siap, Ibu. Dan kami tidak akan benar-benar pergi tanpa meninggalkan sesuatu." Azan mengangkat tangannya, dii

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status