sinopsis Di balik gemerlapnya kota Makassar, tersembunyi rahasia gelap yang menghantui setiap sudut Tamalate, sebuah kawasan yang dikenal angker oleh penduduk lokal. Aaron dan ILHAM, dua pemuda bersaudara yang memiliki kekuatan supranatural, mewarisi ilmu kejawen dan spiritual dari leluhur mereka. Dengan bacaan Islami sebagai pelindung, mereka berniat menggunakan ilmu ini untuk menolong sesama. Namun, perjalanan mereka berubah mencekam saat bayangan dari masa lalu mulai muncul, menebar teror di sekitar mereka. Ketika kekuatan gelap yang tak terlihat mulai menguji keberanian mereka, Aaron dan ILHAM menyadari bahwa misi mereka bukan hanya untuk melindungi, tetapi juga untuk mengungkap rahasia yang telah lama terkubur. Bisikan malam, sosok wanita misterius, dan makhluk-makhluk tak kasat mata menjadi bagian dari perjuangan mereka untuk bertahan hidup. Apakah mereka mampu menghadapi kegelapan yang semakin mendekat? Atau justru akan terseret ke dalam rahasia kelam yang menanti di balik bayangan Tamalate Cerita yang penuh ketegangan dan kengerian ini akan membawa pembaca merasakan setiap detik ketakutan yang dialami Aaron dan ILHAM dalam menghadapi kekuatan yang jauh di luar nalar manusia
View MoreDi sudut kota Makassar, dalam sebuah rumah tua yang dikelilingi oleh pepohonan rimbun, hidup dua pemuda bersaudara, Aaron dan ILHAM. Rumah itu, terletak di kawasan Tamalate yang dikenal angker oleh penduduk sekitar, menjadi tempat mereka berteduh sejak kecil. Sejak orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan misterius, Aaron dan ILHAM memutuskan untuk mempelajari ilmu supranatural guna melindungi diri dan membantu sesama.
Malam itu, angin bertiup kencang, memecah keheningan malam di rumah tua itu. Aaron, yang berusia lebih tua, duduk bersila di ruang tengah yang diterangi oleh cahaya temaram dari lilin yang menyala di sudut ruangan. Di hadapannya, terbuka kitab kuno yang ditulis dalam aksara Jawa. ILHAM, adik bungsunya, duduk di sebelahnya, menatap kakaknya dengan penuh keseriusan.
"Kak, apa benar kita bisa menggunakan ilmu ini untuk menolong orang?" tanya ILHAM, suaranya sedikit bergetar. Aaron mengangguk, matanya masih terpaku pada kitab di depannya.
"Ilmu ini adalah warisan leluhur kita. Bukan untuk menyakiti, tapi untuk melindungi. Namun, kita harus selalu ingat untuk menggunakan bacaan Islami sebagai perlindungan. Guru kita sudah mengajarkan itu," jawab Aaron dengan nada tenang.
ILHAM menatap kakaknya, merasa sedikit lega. Sejak mereka memulai perjalanan ini, banyak hal aneh yang mereka alami. Namun, ILHAM percaya pada kakaknya dan pada ilmu yang mereka pelajari dari guru mereka, seorang ulama dan ahli spiritual dari sebuah pesantren di Maros.
Malam semakin larut, dan suara burung hantu yang melengking terdengar dari kejauhan. Aaron menutup kitabnya dan berdiri. "ILHAM, sudah saatnya kita melakukan doa malam. Mari kita persiapkan diri," katanya sambil berjalan menuju sebuah ruangan kecil di ujung rumah yang mereka jadikan tempat ibadah.
Mereka berdua mengambil air wudhu dan mulai melafalkan doa-doa, diiringi dengan dzikir. Suasana yang semula tenang tiba-tiba berubah mencekam ketika angin bertiup lebih kencang, dan pintu ruangan berderit pelan, seperti ada sesuatu yang berusaha masuk.
Aaron dan ILHAM segera menyadari ada sesuatu yang tidak beres. ILHAM bisa merasakan hawa dingin yang tiba-tiba menyelimuti ruangan itu. "Kak, kamu merasakan ini?" tanyanya dengan suara rendah.
Aaron mengangguk, matanya waspada. "Tetap tenang. Jangan biarkan rasa takut menguasai dirimu," bisiknya sambil melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari lorong depan. Aaron segera menoleh, matanya menyipit menatap kegelapan di luar pintu ruangan. "Siapa di sana?" teriaknya, namun hanya keheningan yang menjawab.
ILHAM, yang duduk di sampingnya, mulai merasakan kehadiran sosok lain di dalam rumah mereka. "Kak, sepertinya ada yang masuk," bisiknya. Aaron mengangguk dan mengambil sebuah keris pusaka yang tergeletak di sampingnya, keris yang diberikan oleh guru mereka sebagai pelindung dari makhluk halus.
Mereka berdua keluar dari ruangan ibadah, berjalan perlahan menuju lorong. Di ujung lorong, tampak bayangan seorang wanita berdiri membelakangi mereka. Gaun putihnya yang panjang menyentuh lantai, dan rambutnya yang terurai menutupi wajahnya. Aaron menelan ludah, mencoba mengendalikan rasa takut yang mulai merayap.
"Siapa kamu?" tanya Aaron dengan suara tegas, namun wanita itu tidak menjawab. Sebaliknya, dia mulai berbalik perlahan, menampakkan wajahnya yang pucat dengan mata yang kosong.
ILHAM mundur beberapa langkah, merasakan bulu kuduknya meremang. "Kak, itu bukan manusia," bisiknya.
Aaron mengangguk, lalu dengan cepat melafalkan ayat Kursi dengan lantang. Wanita itu menjerit dengan suara yang memekakkan telinga, tubuhnya bergetar hebat sebelum akhirnya lenyap dalam sekejap, meninggalkan aroma anyir di udara.
Mereka berdua berdiri di sana, terdiam dalam ketegangan yang mencekam. ILHAM menoleh kepada kakaknya, matanya penuh ketakutan. "Kak, ini baru permulaan, bukan?" tanyanya.
Aaron menghela napas panjang. "Iya, ILHAM. Sepertinya ada sesuatu yang ingin menguji kita. Tapi kita tidak boleh takut. Kita harus kuat, karena tugas kita adalah melindungi," jawabnya dengan suara tegas.
***
Malam berikutnya, mereka memutuskan untuk pergi ke rumah guru mereka, Ustadz Abdullah, yang tinggal di pinggiran kota. Aaron dan ILHAM merasa ada sesuatu yang harus mereka tanyakan tentang kejadian malam sebelumnya.
Ketika mereka tiba di rumah Ustadz Abdullah, suasana di sana terasa lebih tenang, seakan semua masalah duniawi tidak memiliki tempat di dalamnya. Ustadz Abdullah menyambut mereka dengan senyum hangat, namun wajahnya berubah serius ketika mendengar cerita mereka.
"Anak-anakku, kalian sedang diuji. Apa yang kalian alami adalah bagian dari perjalanan kalian. Kalian telah memilih jalan ini, dan akan banyak rintangan yang harus kalian hadapi," kata Ustadz Abdullah dengan nada bijak.
Aaron dan ILHAM mendengarkan dengan penuh perhatian. "Apa yang harus kami lakukan, Ustadz?" tanya Aaron.
"Kalian harus memperkuat dzikir dan selalu menjaga niat. Bacaan Islami yang kalian lafalkan adalah perlindungan terkuat kalian. Dan ingat, jangan pernah biarkan rasa takut menguasai hati kalian," jawab Ustadz Abdullah.
Malam itu, setelah memberikan beberapa amalan tambahan, Ustadz Abdullah mengantarkan mereka ke pintu. "Ingatlah, anak-anakku, kalian tidak sendiri. Ada banyak makhluk di sekitar kita, yang baik maupun yang jahat. Tetap waspada, dan jangan lengah," pesannya sebelum mereka pergi.
***
Ketika Aaron dan ILHAM kembali ke rumah, mereka merasa lebih tenang. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Malam berikutnya, setelah mereka melakukan ibadah malam, ILHAM mendengar suara bisikan di telinganya. Bisikan itu begitu jelas, seolah-olah ada seseorang yang berdiri tepat di sampingnya.
ILHAM membuka mata dan melihat sekeliling, namun tidak ada siapa-siapa. "Aaron, kamu dengar itu?" tanyanya, suaranya bergetar.
Aaron menggeleng. "Apa yang kamu dengar, ILHAM?"
"Sepertinya ada yang berbisik di telingaku. Tapi aku tidak bisa mengerti apa yang dikatakannya," jawab ILHAM dengan wajah pucat.
Aaron merasakan kegelisahan yang sama. Dia berdiri, meraih keris pusaka di dekatnya, dan mulai melafalkan ayat-ayat Al-Qur'an. ILHAM mengikuti, namun bisikan itu semakin kencang, seakan mengejek mereka.
Malam itu, tidur mereka tidak tenang. Suara bisikan dan bayangan aneh terus menghantui mereka. Hingga pada suatu titik, ILHAM merasakan ada sesuatu yang menarik selimutnya dengan paksa. Dia terbangun dengan kaget dan melihat bayangan hitam berdiri di ujung ranjangnya, menatapnya dengan mata merah menyala.
Aaron terbangun oleh suara jeritan ILHAM dan segera melafalkan doa perlindungan. Bayangan hitam itu perlahan memudar, namun meninggalkan kesan mendalam pada ILHAM yang masih gemetar ketakutan.
"Kak, aku tidak tahu apakah kita bisa terus menghadapi ini," ucap ILHAM dengan suara lemah.
"Kita harus bisa, ILHAM. Kita tidak punya pilihan lain," jawab Aaron, matanya memandang keluar jendela yang tertutup. Di luar, angin malam kembali bertiup kencang, membawa serta misteri yang belum terungkap.
Aaron tahu, bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan apa yang mereka hadapi hanyalah permukaan dari kegelapan yang lebih dalam. Sebuah kekuatan yang jauh lebih besar tengah mengintai, menunggu saat yang tepat untuk menyerang. Dan Aaron serta ILHAM harus bersiap menghadapi apa pun yang akan datang.
Azan dan Zahra bersiap dengan keyakinan yang besar, bersandar pada semua pelajaran yang telah mereka terima dari Ustadz Abdullah, orang tua mereka, dan juga pengalaman latihan keras di padepokan. Sebelum keberangkatan mereka, di hadapan orang tua dan semua yang hadir di padepokan, Azan dan Zahra mengulurkan tangan, masing-masing melafalkan doa perlindungan dan kekuatan yang pernah diberikan oleh Ustadz Abdullah dan semua wali gaib yang mengawasi mereka.Azan memandang wajah-wajah penuh kasih di sekelilingnya, terutama pada Aaron dan Aisyah, yang terlihat campur aduk antara haru dan bangga. "Ayah, Ibu, semua… ini bukanlah perpisahan. Kami hanya melanjutkan perjalanan yang sudah Ayah dan Ibu mulai," kata Azan dengan nada tegas.Aaron tersenyum dan memegang bahu Azan dengan erat. “Anakku, kekuatan bukan hanya soal apa yang bisa kau lakukan. Kekuasaan terbesar adalah menjaga keseimbangan dan kebijaksanaan dalam setiap langkah. Ingatlah itu.”Zahra
Setelah pertempuran besar yang mereka menangkan di dalam kuil, Azan dan Zahra akhirnya melangkah keluar dengan sisa-sisa kekuatan yang masih terasa di sekitar mereka. Hembusan angin malam berhembus pelan, seolah mengucapkan selamat kepada mereka atas kemenangan yang telah mereka raih. Tetapi di sisi lain, ada keheningan yang tidak biasa di sekitar, yang membuat mereka merasa ada sesuatu yang tidak selesai.Zahra menyeka peluh di dahinya, lalu memandang kakaknya dengan cemas. “Kak, meskipun kita berhasil mengalahkan sosok itu, aku merasa bahwa ini bukanlah akhir dari semuanya.”Azan terdiam sesaat, memandang ke arah kuil yang semakin suram di belakang mereka. "Aku merasakan hal yang sama. Energi kegelapan yang selama ini kita rasakan masih ada di dunia ini, meskipun sosok itu telah hancur. Ada yang lebih besar lagi di balik semua ini, dan kita harus siap menghadapi apa pun yang datang.”Dengan tekad yang semakin kuat, mereka melanjutkan perjalan
Ketika Azan dan Zahra keluar dari gua, mereka disambut dengan ketenangan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Energi yang sebelumnya bergejolak di sekitar pegunungan itu kini berangsur damai, dan suara angin yang mengalun membawa bisikan ketenangan yang hampir magis. Keduanya duduk di tepi tebing, menikmati pemandangan hamparan hijau yang luas di bawah mereka.“Rasanya seperti beban besar baru saja diangkat dari bahu kita,” kata Zahra sambil memandang jauh ke cakrawala.Azan tersenyum, menoleh pada adiknya yang tampak tenang. “Kau benar, Zahra. Tapi perjalanan kita belum selesai. Kita masih punya banyak tanggung jawab dan janji untuk menegakkan keseimbangan di dunia ini.”Zahra menatap kakaknya dengan penuh kesungguhan. “Aku siap, Kak. Apa pun yang terjadi, kita akan melakukannya bersama-sama.”Mereka beristirahat sebentar, lalu mulai menuruni gunung untuk melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan, mereka mendap
Setelah pertempuran sengit di desa kecil yang diteror oleh Bayangan Kelam, Azan dan Zahra melanjutkan perjalanan mereka ke arah barat, melewati hutan belantara yang dipenuhi suara-suara burung eksotis dan pohon-pohon raksasa yang menjulang tinggi. Keduanya merasakan sesuatu yang berbeda—seperti keberanian baru yang membara dalam diri mereka. Bayangan Kelam yang baru saja mereka hadapi hanyalah permulaan dari serangkaian tantangan yang akan datang.Selama perjalanan, Azan dan Zahra semakin memperkuat ikatan kekuatan mereka. Meskipun usia mereka masih muda, kemampuan mereka jauh melebihi siapa pun yang pernah mereka kenal, bahkan ayah dan ibu mereka, Aaron dan Aisyah. Berkat bimbingan sejak dini, keduanya telah memahami cara menggabungkan kekuatan mereka dengan efisien, menciptakan energi yang sangat dahsyat yang bahkan dapat menghancurkan makhluk-makhluk gaib yang lebih tua dan kuat.Suatu malam, ketika mereka beristirahat di tepi sebuah danau yang tenang dan berk
Azan dan Zahra terus berjalan melintasi berbagai daerah. Setelah sebulan meninggalkan padepokan, mereka telah melewati hutan-hutan lebat, lembah-lembah curam, dan desa-desa kecil yang terkadang dihuni oleh manusia dan kadang-kadang oleh makhluk-makhluk gaib. Mereka belajar untuk membedakan mana yang nyata dan mana yang ilusi, mengandalkan insting, latihan, serta kekuatan batin yang mereka peroleh selama bertahun-tahun. Perjalanan mereka menjadi tidak hanya perjalanan fisik, tetapi juga batiniah.Suatu malam yang tenang, mereka tiba di sebuah desa kecil di tepi sungai yang luas dan deras. Saat mereka masuk ke desa, mereka melihat bahwa tempat itu tampak sangat sepi, seperti semua penduduknya hilang atau bersembunyi.Zahra melihat ke sekeliling dan bergidik. "Azan, tempat ini aneh. Rasanya… seakan ada sesuatu yang menunggu di balik bayangan."Azan menatap lurus ke depan, seolah merasakan hal yang sama. "Ya, Zahra. Aku juga merasakannya. Seperti ada sesuatu
Angin pagi berhembus lembut di padepokan. Di halaman utama, Zahra dan Azan berdiri tegak, siap memulai perjalanan panjang yang sudah lama mereka rencanakan. Usia mereka kini sepuluh tahun, namun kekuatan dan kebijaksanaan mereka sudah melampaui siapa pun di sekitarnya. Semua orang di padepokan, termasuk Aaron, Aisyah, ILHAM, Ustadz Abdullah, Samira, dan Putri Khadijah, berkumpul untuk mengantar mereka pergi.Aaron memandang kedua anaknya dengan tatapan campuran antara bangga dan cemas. "Kalian yakin ingin melakukan ini sendirian?" Azan tersenyum kecil, matanya memancarkan ketenangan. "Ayah, perjalanan ini adalah sesuatu yang harus kami lakukan. Ada jawaban di luar sana yang hanya bisa kami temukan sendiri." Aisyah menarik napas panjang, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya. "Tapi kalian masih begitu muda…" Zahra melangkah maju dan menggenggam tangan ibunya. "Kami sudah siap, Ibu. Dan kami tidak akan benar-benar pergi tanpa meninggalkan sesuatu." Azan mengangkat tangannya, dii
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments