Share

Bab 18

“Hubungi Bu Yasmine. Pokoknya masalah ini harus diselidiki sampai tuntas!” Saat ini Willy sangat emosi. Dia menoleh, lalu berteriak pada Louis, “Kalau benar ada pencuri di kampus, bagaimana dengan reputasi kampus kita nantinya? Apa kampus kita masih bisa beroperasional? Apa masih ada orang tua yang bersedia menyekolahkan anak mereka ke sini?

“Baik, Pak Willy tenang saja. Saya akan menghubungi Bu Yasmine sekarang ….” Louis menatap Nicholas sejenak, baru berjalan keluar.

Monica mengeluarkan kartu nama dan menyerahkannya kepada Louis. Louis juga tidak menunda waktu lagi, dia langsung mengeluarkan ponsel sambil berjalan ke ujung koridor, mulai menekan nomor yang tertera di atas kartu nama.

Panggilan akhirnya tersambung, Louis langsung melembutkan nada bicaranya. “Halo, apa benar kamu adalah Bu Yasmine?”

“Iya, benar. Siapa kamu?” terdengar suara lembut Yasmine.

Suara lembut itu membuat senyuman di wajah Louis semakin lebar lagi. “Begini Bu Yasmine, kampus kami sedang menyelidiki seorang mahasiswa yang bernama Nicholas. Dia diduga telah mencuri dompet. Aku harap kamu bisa segera datang ke kampus!”

“Nicholas? Mencuri dompet?” Yasmine tertegun.

“Betul! Kami membutuhkan bantuanmu. Aku harap kamu bisa meluangkan waktu untuk datang ke kampus! Pihak kampus berencana memecat mahasiswa ini, jadi kami memerlukanmu untuk menjadi saksi,” jelas Louis dengan tersenyum.

“Baik, aku sudah mengerti! Aku akan segera ke sana! Sebelum aku sampai, aku harap kalian jangan melakukan apa pun. Aku ingin bertemu dengan Nicholas!” Suara Yasmine yang awalnya sangat lembut langsung berubah menjadi sangat dingin.

Louis merasa agak kaget dan aneh dengan perubahan drastis sikap pengacara itu. Namun setelah dipikir-pikir, mungkin Yasmine kaget karena mengetahui Nicholas adalah seorang pencuri.

Nicholas, tamatlah riwayatmu!

Louis tersenyum sinis, lalu berjalan kembali ke pos satpam. Sewaktu berpapasan dengan sosok Monica yang malang itu, Louis pun pergi menghiburnya.

“Monica, kamu tenang saja. Masalah ini pasti akan diusut sampai tuntas. Aku tidak akan mengizinkan ada orang di kampus kita melakukan hal memalukan seperti ini!’

“Emm!” Monica mengangguk sambil menyeka air matanya.

Gambaran ini terlihat sangat konyol di mata Nicholas. Dia memang tidak begitu mengenal sosok Yasmine, tapi dia sangat mengenal Yona. Dia yakin, Yona bisa mengatur Yasmine untuk bekerja dengannya, itu berarti Yasmine adalah orang yang bisa diandalkan.

Siapa juga yang tidak tahu dengan seberapa kejam sosok Yona di dunia bisnis? Setelah Yona mengetahui masalah ini, bukan hanya Universitas Mano saja, bahkan seluruh Kota Mano juga akan terkena imbasnya.

Senyum sinis di wajah Nicholas langsung membangkitkan emosi Willy. Dia tidak bisa menahan amarahnya, langsung menunjuk ke arah Nicholas. “Dasar br*ngsek! Kamu sudah mempermalukan kampus ini!”

“Meski kamu tidak mengatakannya, aku juga bisa menebak apa yang sudah terjadi! Saat kamu melihat ada orang kaya masuk ke restoran, kamu mencuri dompetnya, lalu sengaja mengembalikannya. Kamu berharap orang itu bisa balas budi, ‘kan? Semua ini pasti adalah jebakanmu! Padahal kamu masih muda, tapi hatimu sebusuk itu!”

Nicholas mengangkat kepalanya, tampak darah mengalir dari sudut bibirnya. “Pak Willy, atas dasar apa kamu berasumsi seperti itu?”

“Atas dasar aku lebih tua daripada kamu, dan aku lebih berpengalaman daripada kamu!” Willy sungguh emosi dengan tingkah arogan Nicholas. Saking emosinya, sekujur tubuh Willy pun gemetar.

“Kenapa bisa ada mahasiswa kurang ajar seperti ini di kampus kita? Masalah ini tidak perlu diselidiki lagi, kita juga tidak perlu menunggu Bu Yasmine lagi, aku akan memecatnya sekarang ….”

“Willy, apa kamu sudah memikirkan risikonya?” Nicholas menyipitkan matanya.

“Kurang ajar!” Louis langsung maju, mencengkeram kerah baju Nicholas, dan menindihnya di atas sofa. “Apa kamu tidak sadar kamu sedang bicara dengan siapa? Berani-beraninya kamu bersikap tidak sopan di hadapan Pak Willy?”

“Awas!” Seluruh tubuh Nicholas gemetar.

“Kamu tunggu saja …,” ucap Louis dengan galak.

“Iya, aku akan tunggu … aku akan tunggu melihat bagaimana kalian memohon padaku nanti ….” Nicholas tertawa terbahak-bahak.

Raut wajah Willy memucat. “Kalian jaga dia di sini. Aku akan segera mencari Pak Edwin, meminta tanda tangan dan cap stempel. Pokoknya, aku pasti memecatnya hari ini ….” Seusai berbicara, Willy langsung berjalan pergi.

Louis memelototi Nicholas dengan tatapan galak dan dingin. Sementara, Nicholas duduk tegak dan melirik ke sisi koridor dengan tersenyum sinis. Semua orang yang tidak tahu diri ini pasti akan mati hari ini!

Saat ini, Willy sudah berjalan keluar dari ruangan dengan emosi tinggi. Dia segera kembali ke ruang kerjanya, mengeluarkan selembar kertas, dan menulis nama “Nicholas Winata” di atasnya. Itu adalah formulir pemecatan mahasiswa!

Akhirnya formulir sudah selesai diisi, Willy pun tidak ingin menunda waktu lagi, langsung berjalan menuju ruangan rektor.

“Tok! Tok! Tok!” Willy mengetuk pintu ruangan rektor, lalu berbicara dengan suara pelan, “Pak Edwin, apa kamu di dalam? Aku, Willy, ada yang ingin saya bicarakan dengan Bapak!”

“Masuk!” terdengar suara Edwin dari dalam ruangan.

Willy membuka pintu ruangan dengan perlahan, mengintip sejenak, baru berjalan ke dalam. “Pak, tadi saya menerima komplain dari mahasiswa, katanya seorang mahasiswa tahun ajaran kedua yang bernama Nicholas, mencuri dompet di saat bekerja di restoran. Jadi, aku memutuskan untuk memecat mahasiswa itu!” Willy berdiri tegak di hadapan Edwin.

Edwin yang beruban itu mengangkat kepalanya, dan menatapnya dengan ekspresi bingung. “Nicholas?”

“Iya, dia mahasiswa tahun ajaran kedua!” ucap Edwin.

“Kalau masalah memang seperti yang kamu katakan, pecat saja! Cap ada di sana, kamu bisa stempel sendiri …,” jawab Edwin sambil mengangguk.

“Baik, Pak!” Willy sungguh gembira.

Edwin kembali menundukkan kepala, lanjut membaca dokumennya. Dia tampak mengernyitkan alisnya seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.

Setelah semua prosedur selesai, Willy membalikkan badan dan tersenyum. “Pak Edwin, kalau tidak ada urusan lain lagi, saya pamit dulu, ya! Pak Edwin tenang saja, saya pasti tidak akan mengizinkan ada orang yang merusak nama baik universitas kita!”

“Emm!” Edwin mengangguk.

Willy memberi hormat, lalu berjalan keluar ruang rektor dengan girang.

Saat ini, Edwin yang berada di dalam ruangan langsung menghela napas lega. Dia sebenarnya merasa segan dengan Willy, karena dia memiliki kerabat di Dinas Pendidikan. Jadi, Edwin sangat jarang menolak kemauan Willy. Lagi pula, hanya memecat seorang mahasiswa saja, ‘kan? Hal ini seharusnya bukan masalah besar.

Sembari berpikir, ponsel Edwin tiba-tiba berbunyi. Dia spontan melihat tampilan ponselnya, dan raut wajahnya berubah menjadi sangat serius. Tanpa menunda waktu, dia langsung mengangkat panggilan, “Pak Osman, kenapa Bapak ada waktu untuk menghubungi saya?”

“Kenapa aku ada waktu? Justru aku ingin bertanya padamu! Apa di kampus kalian ada mahasiswa yang bernama Nicholas? Apa kamu sudah memecatnya?” tanya Osman dengan suara keras.

Edwin merasa bingung. “Pak Osman, maksudnya ….”

“Benar atau tidak?” jerit Osman dengan amarah tinggi.

“Benar, Pak!” Edwin terkejut hingga sekujur tubuhnya gemetar.

“Tamatlah riwayatmu!” Osman berbicara dengan nada sinis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status