Share

Pertemuan Pertama

#DBn

Bab 3 Pertemuan Pertama

"Maaf," ucap Hanna tanpa melihat siapa yang ia tabrak. Dalam keadaan masih terisak Hanna pun berlari meninggalkan orang itu tanpa menunggu respon darinya. 

Kim Yoongi. Nama lelaki yang barusan Hanna tabrak tanpa sengaja itu memperhatikan langkah Hanna yang pergi begitu saja. Tanpa banyak berpikir Yoongi –nama panggilan Kim Yoongi– mengejar Hanna yang lebih dulu pergi. 

Hanna menghentikan langkahnya. Gadis cantik itu mendudukkan dirinya di atas bangku taman yang berada tak jauh dari masjid Arrahman. Masjid dimana Mala dan Hafiz baru saja melangsungkan akad pernikahan mereka. 

"Kuatkan aku ya Allah. Kuatkan hambaMu yang sangatlah rapuh ini." Hanna membiarkan air matanya terus membasahi kedua pipinya. Ia ingin melegakan hatinya. Ia tak memedulikan lagi orang-orang disekitarnya. 

Sementara itu dari kejauhan terlihat Yoongi yang sedang memperhatikan Hanna yang tengah menangis di bangku taman. Cukup lama pemuda berdarah campuran Indonesia-Korea Selatan itu memperhatikan Hanna. Hingga akhirnya Yoongi memutuskan untuk menghampiri Hanna dan berniat memberikan sebuah sapu tangan miliknya. 

"Ambil ini." Yoongi menyodorkan sebuah sapu tangan tepat di depan Hanna. 

Hanna mendongakkan kepalanya. Menatap Yoongi beberapa detik. "Terima kasih," kata Hanna seraya mengambil sapu tangan tersebut. Lalu kembali menundukkan kepalanya. Menghapus sisa-sisa air matanya. 

Yoongi lantas duduk di sebelah gadis berjilbab hijau toska itu. Menunggunya hingga Hanna tampak tenang kembali. 

Yoongi dan Hanna pun terlibat dalam keheningan. Mereka saling terdiam dalam waktu yang cukup lama. Hingga pada akhirnya Hanna membuka suaranya. 

"Kamu siapa?" tanya Hanna yang sebelumnya ia telah memperhatikan penampilan Yoongi.

Dimana penampilan Yoongi yang memakai stelan baju dari atas sampai bawah berwarna hitam.  Ditambah topi dan masker wajah dengan warna yang senada, sehingga hanya memperlihatkan kedua matanya. Pantas bukan jika Hanna merasa curiga? 

"Tenang aja, aku orang baik, kok," cetus Yoongi seakan tahi apa yang sedang dipikirkan Hanna. 

Hanna tersenyum tipis. Lalu meminta maaf pada lelaki blasteran yang duduk tak jauh darinya itu. 

Cukup lama Hanna dan Yoongi berada di bangku taman. Pertemuan awal yang tak disengaja itu membawa keduanya tenggelam dalam asyiknya pembicaraan. Sampai tiba-tiba ponsel Hanna yang berada di saku gamisnya bergetar. 

Sebuah panggilan masuk dari Budhe Rasmi alias ibu dari sahabatnya. 

"Iya, Budhe, Hanna akan ke sana sekarang. Wa'alaikumsalam." Hanna menutup panggilannya dengan raut wajah panik. 

"Ada apa?" tanya Yoongi pada Hanna. 

Hanna menjelaskan jika baru saja ia mendapatkan kabar kalau Mala sedang dibawa ke rumah sakit terdekat. Dan sekarang ini sahabatnya itu terus-menerus mencari dirinya. 

Entah berapa lama Hanna dan Yoongi terlibat dalam obrolan pada pagi itu, sampai-sampai gadis ayu itu lupa dengan keadaan sahabatnya yang masih mengadakan acara pernikahan. 

"Maaf, aku harus pergi sekarang," kata Hanna pada Yoongi. 

"Mau ku antar?" tawar Yoongi yang membuat Hanna bingung. 

"Antar?" 

"Kamu tunggu di sini." Yoongi berlari meninggalkan Hanna. 

Beberapa saat kemudian Yoongi kembali mendatangi Hanna. Tetapi kali ini pemuda yang gemar mengenakan pakaian serba hitam itu datang dengan sebuah mobil berwarna senada dengan pakaiannya ke hadapan Hanna. 

Hanna yang menengok hal itu tentu merasa keheranan sekaligus dilema. Sebab, kalau ia menerima tawaran Yoongi itu artinya ia akan berada di satu tempat tanpa adanya mahram. Jelas Hanna tak mau jika seperti itu keadaannya karena hal tersebut dilarang dalam agamanya. 

Karena tak kunjung menjawab dan Yoongi juga menyadari  apa yang membuat Hanna ragu akhirnya pemuda berdarah campuran itu membuka semua kaca jendela mobilnya. Hal itu sengaja ia lakukan agar selama perjalanan Hanna tetap merasa nyaman bersamanya. Sekaligus menepis ketakutan yang menerpa gadis ayu yang baru dikenalnya itu. 

Hanna tersenyum melihat perilaku yang diberikan Yoongi padanya. Lantas tanpa banyak berbasa-basi ia pun masuk ke dalam mobil milik pemuda berparas tampan tersebut. 

***

"Assalamualaikum," ucap Hanna ketika ia telah sampai di UGD. Tempat dimana Mala tengah di tangani. 

Tante Rumi pun membalas salam dari Hanna lalu memeluknya. 

Beberapa saat kemudian Budhe Rasmi pun mulai menceritakan kronologi bagaimana Mala bisa sampai di bawa ke rumah sakit. Dimana kala itu Mala tengah mengobrol santai dengan beberapa kerabatnya. Tanpa menunjukkan gejala apapun tiba-tiba Mala terjatuh pingsan. Sontak hal itu membuat Tante Rumi dan suaminya serta Hafiz yang baru saja sah menjadi suami dari Mala pun panik. 

Mereka pun membawa Mala ke rumah sakit dengan harapan bisa mengetahui penyebab pengantin baru itu tak sadarkan diri. Namun sayangnya sampai Hanna datang pun Mala belum diketahui pasti apa yang membuatnya pingsan. 

Sampai lah beberapa jam kemudian Mala berhasil dipindahkan ke ruang rawat inap. Dan hasil pemeriksaan pun menunjukkan jika ternyata Mala hanya mengalami kelelahan saja. Mengingat bagaimana padatnya acara pernikahannya tersebut yang mengharuskan Mala bangun lebih pagi dari hari biasanya. 

Ditambah pula rupanya malam sebelum hari pernikahannya tersebut Mala diketahui betul-betul tidak bisa tertidur dengan cepat. Alhasil ia begadang sampai-sampai ia baru bisa terlelap manakala waktu sudah menunjukkan sekitar pukul satu pagi. Pantas saja jika hal tersebut menjadikan Mala kekurangan cairan sehingga membuatnya pingsan. 

Beruntungnya Mala tak perlu dirawat lebih lama. Sebab kata dokter, ia cukup satu hari saja untuk menjalankan perawatannya tersebut. 

Mendapati sahabatnya sudah mulai membaik, Hanna berniat pamit untuk pulang kepada Budhe Rasmi dan Pakdhe Tejo selalu orang tua Mala. Lagipula Hanna juga merasa tak enak pada Hafiz yang sejak tadi ikut menunggu di rumah sakit. 

Ah, lebih tepatnya Hanna masih merasa tak kuasa akan sakit hatinya yang mendapati sahabatnya adalah takdir bagi laki-laki yang ia cintai. Terlebih manakala Hanna juga mengetahui sebuah kenyataan jika ternyata Hafiz juga memiliki rasa yang sama padanya. Hal itu membuat gadis ayu berjilbab syar'i itu semakin sulit melupakan sosok Hafiz. 

***

Sementara itu di tempat lain, Kim Yoongi kini tengah dihadapkan dalam situasi yang cukup tegang. Dimana ia dituntut oleh orang tuanya untuk segera menerima perjodohan yang sebelumnya ditawarkan padanya. 

"Aku kan udah bilang berulang kali, aku gak bisa terima, Ma," tolak Yoongi pada mamanya. 

"Kenapa? Apa yang kurang dari Sheila? Dia wanita baik-baik dan berpendidikan," balas Yunita. Wanita berdarah Jawa yang telah melahirkan Yoongi dua puluh lima tahun yang lalu. 

Benar, Kim Yoongi adalah seorang pemuda berdarah campuran. Ibunya yang berdarah Jawa sedangkan ayahnya berdarah Korea Selatan. Sayangnya, sang ayah lebih dulu meninggalkan ia, ibunya dan adik perempuannya yang bernama Kim Nara beberapa bulan yang lalu. Sebab itu lah Yunita memutuskan untuk pulang ke Indonesia dengan membawa kedua anaknya. 

Karena adanya darah Jawa inilah yang membuat Yoongi cukup fasih dalam berbahasa Indonesia. Meski memiliki darah Jawa tak lantas membuat Yoongi juga fasih berbahasa Jawa pula. Ia paham jika ada orang yang berbicara dengan bahasa Jawa, namun ia tak bisa membalas atau berucap dengan bahasa yang sama. 

"Hati Yoongi udah ada wanita lain, Ma," jawab Yoongi yang membuat mamanya terkejut. 

"Lupakan dia! Sheila lebih baik dari siapapun!" tegas Yunita pada anak lelakinya itu. Lalu pergi begitu saja tanpa menunggu respon darinya. 

Yoongi hanya bisa menghela napasnya. Begitu sulit mengubah pikiran Ibunya yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Meski begitu kali ini Yoongi tidak akan menyerah begitu saja. Ia yang akan menikah dan ia sendiri lah yang seharusnya menentukan siapa pendamping hidupnya. Walaupun saat ini ia tak begitu yakin dengan gadis yang telah memikat hatinya akan membalas cintanya. Sebab, ia sadar betul dinding pembatas antara dirinya dengan gadis ayu itu sangatlah tinggi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status