Share

03. Ketahuan

HAPPY READING MAN-TEMAN :,-)

Shireen menatap langit-langit kamar dengan sedih, gila! Keputusan yang dia ambil adalah hal gila. Sekarang dia sangat menyesal akan persetujuannya tentang kontrak itu, tapi tidak bisa menarik kembali ucapan dan stempel di kontrak tersebut.

__________________

Shireen menatap marah pada surat dan dua orang dihadapannya. Bagaimana mereka dengan entengnya mengatakan hal yang di luar nalar seperti itu? Meminjam rahim? Astaga, Shireen tidak bisa membayangkan bagaimana keadaannya nanti.

Dia akan menikah dan melahirkan tapi tidak punya hak atas anaknya kelak, ini gila. Sekali lagi Shireen dirugikan oleh laki-laki dihadapannya.

"Aku nggak mau!"

"Nggak ada kata tolakan!" Adam berkata tajam tidak ingin dibantah dan lagi-lagi suara kesakitan kakak Shireen menggema di ruangan itu seakan berpadu dengan sendok dan garpu yang di gunakan Mella.

Shireen terdiam tidak asa respon, hatinya memanas dan marah tapi dia mencoba bertahan dengan keputusannya, suara Fadlan semakin keras menjerit.

"Kau punya sepuluh detik untuk memutuskan." Adam kembali berucap dengan santainya memakan sarapannya.

Shireen masih berpikir tanpa menjawab iya ataupun menolak, suara Adam kembali terdengar. "Enam."

"Apa yang kau lakukan pada kakakku!"

"Lima."

"Dasar orang gila! Psikopat!"

"Empat."

"Lepaskan kakakku brengsek!"

"Tiga."

"Dasar gila!"

"Dua." Adam masih tenang menghitung tanpa memperdulikan Shireen yang mulai memberontak dan di tahan oleh bodyguard saat dirinya hendak mendekati Adam.

"Lepaskan!!" jerit Shireen.

"Satu."

"Aaaaaa ...."

"Oke-oke! Aku setuju ikut cara kamu! Lepasin kakakku!!"

Adam menghentikan gerakan menyendok nasi dan meletakkannya dengan tenang penuh kemenangan kemudian dia tersenyum. "Selamat datang di rumah yang penuh cinta, Sayang." Ucap Adam.

Nafas Shireen memburu menahan semua gejolak yang ada, rasa sakit di seluruh tubuhnya dan sakit hatinya bersatu seakan tidak melihat porsi pertahanan Shireen.

Adam beranjak dari duduknya dan melenggang pergi keluar untuk ke kantornya. Mella juga ikut beranjak dan pergi ke kamarnya, tapi ketika melewati Shireen wanita itu berhenti.

"Selamat datang di rumah penuh rasa sakit, maduku!" ucap tajam Mella tersenyum simpul dan meninggalkan Shireen yang jatuh tersungkur.

Shireen marah pada dirinya sendiri karena ketidak berdayaannya. Pikirannya sangat kacau.

__________________________

Shireen terduduk dari berbaringnya saat memikirkan sesuatu yang cemerlang menurutnya. Dia pun beranjak dengan semangat. Pelan-pelan Shireen membuka pintu yang sekarang menjadi kamarnya, memastikan tidak ada bodyguard atau pelayan yang masih terjaga saat ini.

"Aman," bisiknya, kemudian Shireen keluar dan menutup pintu dengan begitu pelan.

Pelan-pelan Shireen berjalan tanpa mengeluarkan suara, ditatapnya satu pintu yang lumayan jauh yang dia yakini adalah pintu kerja Adam.

Detak jantung Shireen begitu kencang seakan memenuhi rongga telinganya di malam yang sangat sunyi.

Shireen terus saja berjalan tapi saat melewati beberapa kamar dan saat hampir sampai di pintu ruang kerja Adam, dia menyenggol vas yang berada disamping pintu. Tapi karena otaknya yang sangat cepat tanggap, Shireen langsung memeluk vas itu hingga tidak jadi terjatuh dari meja. "Aduh ... Shireen ... ceroboh banget sih jadi orang!" gerutunya pelan.

Mengabaikan rasa cemasnya ia pun melanjutkan langkahnya karena sudah tidak bisa dia mundur lagi. Dengan pelan dia membuka pintu ruang kerja Adam, kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri memastikan jika tidak ada orang apalagi sang pemilik ruangan itu.

Shireen bernafas lega saat mengetahui jika ruangan itu benar-benar sangat kosong tidak ada kehidupan di dalamnya. Kakinya melangkah dengan pasti menuju meja kerja Adam.

Dicarinya surat kontrak yang sudah ditandatangani tadi siang dengan terburu-buru tapi tetap hati-hati, kalau kalau ada yang mendengar mungkin dia akan mati di tempat.

Meskipun ruangan itu dingin tapi keringat masih saja bandel keluar membasahi dahi Shireen. "Ah! Ketemu!" pekik Shireen senang dengan suara pelan.

Matanya melirik kanan dan kiri, setelah merasa aman dia tutup pelan kembali pintu laci. Dengan tenang dan senang Shireen berjalan keluar ruangan, tapi saat kakinya baru beberapa melangkah, langkahnya terhenti saat ekor matanya menangkap satu bayangan.

Suara kekehan kemudian terdengar bersamaan dengan suara kaki yang melangkah semakin mendekat padanya. Gadis itu menelan ludah dengan gugup, hatinya merapalkan doa supaya dia tidak mati ditempat saat ini.

Dipikir-pikir itu sebuah tindakan yang sangat bodoh, dia sudah memberanikan diri untuk melangkah dan tahu apa resikonya namun, tetap merapalkan doa supaya dia tidak mati ditempat saat itu juga, konyol.

"Sudah dapat apa yang kamu cari, Sayang?" tanya Adam berbisik di telinga Shireen.

Shireen menegang dan matanya membulat, ada rasa takut yang tiba-tiba datang saat ini apalagi mendengar suara lembut dari Adam yang berbisik di telinganya.

Nafas Shiren memburu, dia memejamkan mata kemudian dengan berani menampik tangan Adam yang bermain di rambutnya.

"Jangan sentuh aku!" ketus Shireen.

Adam terkekeh, "jika aku tidak menyentuhmu bagaimana kamu bisa mengandung anakku nantinya?" ejek Adam.

"Dan--" ucapan Adam tergantung seraya tangannya mengambil alih kertas yang digenggam Shireen.

Gadis itu tersentak dan dengan marah menatap ke arah Adam.

"Jangan pernah bermain-main denganku Sayang, karena ada nyawa yang harus kamu jaga dengan perlakuanmu, jika kamu baik maka aku akan membebaskan kakakmu tapi, jika terus membangkang maka besok kakakmu akan tinggal nama saja."

"Ah! Namanya saja juga tidak berguna," bisik Adam yang masih didengar oleh Shireen.

Adam menjauh dari Shireen menuju meja kerjanya lalu meletakkan kertas perjanjian itu pada tempatnya dengan sangat hati-hati seolah itu adalah barang yang sangat berharga.

"Pergi ke kamarmu dan tidurlah. Atau kau mau mempercepat proses pembuatannya?" Adam mengatakannya dengan posisi membelakangi Shireen.

"Dasar sinting! Heh!" ucap Shireen kemudian pergi keluar dengan kesal.

Sudah tidak dapat kertas itu dan sekarang dia seperti sudah membuat kesabaran Adam semakin menipis, atau Adam malah senang dengan kehadiran Shireen lalu menggodanya? Entahlah, hanya lelaki itu yang tahu apa yang dia rasakan.

SALAM HANGAT DARI AUTHOR KECE^_^

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status