HAPPY READING MAN-TEMAN :,-)
Shireen menatap langit-langit kamar dengan sedih, gila! Keputusan yang dia ambil adalah hal gila. Sekarang dia sangat menyesal akan persetujuannya tentang kontrak itu, tapi tidak bisa menarik kembali ucapan dan stempel di kontrak tersebut.
__________________
Shireen menatap marah pada surat dan dua orang dihadapannya. Bagaimana mereka dengan entengnya mengatakan hal yang di luar nalar seperti itu? Meminjam rahim? Astaga, Shireen tidak bisa membayangkan bagaimana keadaannya nanti.
Dia akan menikah dan melahirkan tapi tidak punya hak atas anaknya kelak, ini gila. Sekali lagi Shireen dirugikan oleh laki-laki dihadapannya.
"Aku nggak mau!"
"Nggak ada kata tolakan!" Adam berkata tajam tidak ingin dibantah dan lagi-lagi suara kesakitan kakak Shireen menggema di ruangan itu seakan berpadu dengan sendok dan garpu yang di gunakan Mella.
Shireen terdiam tidak asa respon, hatinya memanas dan marah tapi dia mencoba bertahan dengan keputusannya, suara Fadlan semakin keras menjerit.
"Kau punya sepuluh detik untuk memutuskan." Adam kembali berucap dengan santainya memakan sarapannya.
Shireen masih berpikir tanpa menjawab iya ataupun menolak, suara Adam kembali terdengar. "Enam."
"Apa yang kau lakukan pada kakakku!"
"Lima."
"Dasar orang gila! Psikopat!"
"Empat."
"Lepaskan kakakku brengsek!"
"Tiga."
"Dasar gila!"
"Dua." Adam masih tenang menghitung tanpa memperdulikan Shireen yang mulai memberontak dan di tahan oleh bodyguard saat dirinya hendak mendekati Adam.
"Lepaskan!!" jerit Shireen.
"Satu."
"Aaaaaa ...."
"Oke-oke! Aku setuju ikut cara kamu! Lepasin kakakku!!"
Adam menghentikan gerakan menyendok nasi dan meletakkannya dengan tenang penuh kemenangan kemudian dia tersenyum. "Selamat datang di rumah yang penuh cinta, Sayang." Ucap Adam.
Nafas Shireen memburu menahan semua gejolak yang ada, rasa sakit di seluruh tubuhnya dan sakit hatinya bersatu seakan tidak melihat porsi pertahanan Shireen.
Adam beranjak dari duduknya dan melenggang pergi keluar untuk ke kantornya. Mella juga ikut beranjak dan pergi ke kamarnya, tapi ketika melewati Shireen wanita itu berhenti.
"Selamat datang di rumah penuh rasa sakit, maduku!" ucap tajam Mella tersenyum simpul dan meninggalkan Shireen yang jatuh tersungkur.
Shireen marah pada dirinya sendiri karena ketidak berdayaannya. Pikirannya sangat kacau.
__________________________
Shireen terduduk dari berbaringnya saat memikirkan sesuatu yang cemerlang menurutnya. Dia pun beranjak dengan semangat. Pelan-pelan Shireen membuka pintu yang sekarang menjadi kamarnya, memastikan tidak ada bodyguard atau pelayan yang masih terjaga saat ini.
"Aman," bisiknya, kemudian Shireen keluar dan menutup pintu dengan begitu pelan.
Pelan-pelan Shireen berjalan tanpa mengeluarkan suara, ditatapnya satu pintu yang lumayan jauh yang dia yakini adalah pintu kerja Adam.
Detak jantung Shireen begitu kencang seakan memenuhi rongga telinganya di malam yang sangat sunyi.
Shireen terus saja berjalan tapi saat melewati beberapa kamar dan saat hampir sampai di pintu ruang kerja Adam, dia menyenggol vas yang berada disamping pintu. Tapi karena otaknya yang sangat cepat tanggap, Shireen langsung memeluk vas itu hingga tidak jadi terjatuh dari meja. "Aduh ... Shireen ... ceroboh banget sih jadi orang!" gerutunya pelan.
Mengabaikan rasa cemasnya ia pun melanjutkan langkahnya karena sudah tidak bisa dia mundur lagi. Dengan pelan dia membuka pintu ruang kerja Adam, kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri memastikan jika tidak ada orang apalagi sang pemilik ruangan itu.
Shireen bernafas lega saat mengetahui jika ruangan itu benar-benar sangat kosong tidak ada kehidupan di dalamnya. Kakinya melangkah dengan pasti menuju meja kerja Adam.
Dicarinya surat kontrak yang sudah ditandatangani tadi siang dengan terburu-buru tapi tetap hati-hati, kalau kalau ada yang mendengar mungkin dia akan mati di tempat.
Meskipun ruangan itu dingin tapi keringat masih saja bandel keluar membasahi dahi Shireen. "Ah! Ketemu!" pekik Shireen senang dengan suara pelan.
Matanya melirik kanan dan kiri, setelah merasa aman dia tutup pelan kembali pintu laci. Dengan tenang dan senang Shireen berjalan keluar ruangan, tapi saat kakinya baru beberapa melangkah, langkahnya terhenti saat ekor matanya menangkap satu bayangan.
Suara kekehan kemudian terdengar bersamaan dengan suara kaki yang melangkah semakin mendekat padanya. Gadis itu menelan ludah dengan gugup, hatinya merapalkan doa supaya dia tidak mati ditempat saat ini.
Dipikir-pikir itu sebuah tindakan yang sangat bodoh, dia sudah memberanikan diri untuk melangkah dan tahu apa resikonya namun, tetap merapalkan doa supaya dia tidak mati ditempat saat itu juga, konyol.
"Sudah dapat apa yang kamu cari, Sayang?" tanya Adam berbisik di telinga Shireen.
Shireen menegang dan matanya membulat, ada rasa takut yang tiba-tiba datang saat ini apalagi mendengar suara lembut dari Adam yang berbisik di telinganya.
Nafas Shiren memburu, dia memejamkan mata kemudian dengan berani menampik tangan Adam yang bermain di rambutnya.
"Jangan sentuh aku!" ketus Shireen.
Adam terkekeh, "jika aku tidak menyentuhmu bagaimana kamu bisa mengandung anakku nantinya?" ejek Adam.
"Dan--" ucapan Adam tergantung seraya tangannya mengambil alih kertas yang digenggam Shireen.
Gadis itu tersentak dan dengan marah menatap ke arah Adam.
"Jangan pernah bermain-main denganku Sayang, karena ada nyawa yang harus kamu jaga dengan perlakuanmu, jika kamu baik maka aku akan membebaskan kakakmu tapi, jika terus membangkang maka besok kakakmu akan tinggal nama saja."
"Ah! Namanya saja juga tidak berguna," bisik Adam yang masih didengar oleh Shireen.
Adam menjauh dari Shireen menuju meja kerjanya lalu meletakkan kertas perjanjian itu pada tempatnya dengan sangat hati-hati seolah itu adalah barang yang sangat berharga.
"Pergi ke kamarmu dan tidurlah. Atau kau mau mempercepat proses pembuatannya?" Adam mengatakannya dengan posisi membelakangi Shireen.
"Dasar sinting! Heh!" ucap Shireen kemudian pergi keluar dengan kesal.
Sudah tidak dapat kertas itu dan sekarang dia seperti sudah membuat kesabaran Adam semakin menipis, atau Adam malah senang dengan kehadiran Shireen lalu menggodanya? Entahlah, hanya lelaki itu yang tahu apa yang dia rasakan.
SALAM HANGAT DARI AUTHOR KECE^_^
SELAMAT MEMBACA.Di dalam sebuah rumah, terlihat seorang wanita yang tengah duduk di sofa di dalam kamarnya. Wanita itu duduk sembari memandangi wajah cantik yang terdapat pada bingkai foto."Apa kamu di sana baik-baik saja? Aku harap iya. Oh tidak! Pasti kamu baik-baik saja." Wanita itu tersenyum. "Tenanglah, anakmu sudah aku temukan. Maafkan aku yang nggak percaya sama kamu dulu, ya ....""Ma!"Wanita itu terhenyak dan menoleh. "Mama di sini, Sayang!" serunya memberi tahu.Seorang pemuda masuk tanpa mengetuk. "Ma, dasi aku warna biru ke mana?" tanyanya terburu-buru."Ada di lemari kecil dekat tempat kamu menyimpan jam.""Benarkah? Kenapa tadi aku mencari nggak ada ya?" gumam pemuda yang tidak lain adalah anak perempuan itu.Perempuan itu tersenyum, "Cari yang benar," katanya lembut."Ya ya ya ... terima kasih, Ma." Setelah mengatakan itupun pemuda yang akrab dipanggil Harus itupun mengecup pipi sang mama sebelum hilang untuk mencari dasinya kembali.Di meja makan sudah ada Anas, sua
SELAMAT MEMBACA. Adam terus saja mengusap-usap punggung Shireen, Shireen sudah mulai tenang ... tapi otak jahil Adam pun keluar. Tangannya semakin turun dan membuat Shireen mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu lakukan?!" pekik Shireen memukul tangan nakal Adam. Adam hanya menyeringai saja tanpa mengindahkan kata-kata sang istri. "Dasar mesum! Enyah kau!" geram Shireen. Adam kembali menyeringai lalu berbalik berjalan keluar. Shireen menggeram marah. Selalu saja di buat marah oleh laki-laki yang berstatus suami itu. Adam kembali duduk dan menelpon salah satu bawahannya untuk meminta mereka membelikan makanan, Adam mendengar bunyi yang unik dari perut Shireen tadi yang tandanya istrinya itu lapar . &
SELAMAT MEMBACA. Hari sudah sore dan Shireen sudah kembali terjaga dari tidurnya. Perutnya terasa kram saat dirinya hendak terbangun. "Aw!" pekik Shireen mengeluh seraya memegang perut bagian bawah. "Tenang sayang ... tenang ya." Shireen terus meringis merasakan sakit. "Ada apa?" tanya seseorang dari pintu lalu mendatangi Shireen cepat. Shireen menoleh ke orang itu dengan masih menahan kram di perutnya. Adam, suaminya itu memegang perut istrinya juga dan menenangkannya. Di usapnya penuh kelembutan dan kasih sayang. Shireen sedikit demi sedikit merasa rileks setelah kram di perutnya makin mereda. "Sudah enakan?" tanya Adam
Di dalam kamar Shireen dan juga Dika saling mengobrol dan suara tawa mereka terdengar sampai keluar kamar. Kebetulan Adam yang akan masuk ke dalam kamar dan mendengar suara tawa riang Shireen, tawa yang jarang sekali didengarnya.Adam terhenti dan suara itu semakin menariknya untuk mendekat. Suasana yang sepi itu menjadikan suara Shireen terdengar begitu jelas meski jarak antara kamarnya dan Shireen cukup jauh.Tiba di depan pintu, Adam berhenti dan berdiri sembari mendengarkan. Shireen begitu cerewet saat ini dan Adam suka, sangat suka.Sedangkan di dalam, Shireen tengah di suapi Dika. Dika sekarang seperti layaknya suami sedang meladeni kemanjaan istri yang sedang hamil besar yang seharusnya tugas itu di lakukan oleh Adam."Ayo buru habiskan
Adam melempar jas mahalnya di atas sofa di dalam ruang kerjanya. Merasa kesal di sindir oleh orang yang menurutnya tidak selevel dia."Kurang ajar!" kesal Adam.Tok tok tok!Saat tengah mengumpat suara ketukan terdengar mengalihkan perhatiannya pada asal suara. Pintu terbuka perlahan dan menampilkan Mella yang tersenyum cantik. Adam menatap datar saja Mella yang sudah berdiri di hadapannya.Mella mengerutkan keningnya heran melihat mata Adam yang dingin tidak seperti biasanya. Tangan Mella hendak menyentuh wajah tampan Adam. Namun, suaminya itu mengalihkan wajahnya. Mella tertegun untuk sesaat dan tangan yang menggantung di udara dia tarik kembali.Perempuan itu mencoba untuk tersenyum dan baik-baik saja meski hatinya sakit karena merasa tidak di butuhkan saat dia tahu jika suaminya tidak baik-baik saja."Kau baik-baik saja?" tanya Mella. 
Adam pulang saat jam makan siang. Niatnya hanya ingin melihat Shireen di rumah karena dia tidak bisa menjemput istrinya itu saat pulang tadi.Berjalan dengan sedikit tergesa menghampiri kamar yang di tempati Shireen. Di bukanya pelan pintu yang tertutup rapat. Adam masuk ke dalam dan melihat Shireen yang sedang tertidur pulas.Adam berjongkok dan menatap seksama wajah damai Shireen, "Sepertinya dia begitu pulas? Apa senyaman itu tidur di kamar sendiri?" gumam Adam.Terkadang bodoh melanda laki-laki itu. Siapa yang tidak akan nyaman jika kembali ke tempat yang biasa di tempati apalagi tempat tidur. Tapi, di balik kenyamanan yang di rasakan Shireen, perempuan hamil itu sekarang malah merasakan kram di perut bagian bawahnya. Menjelang hari lahir memang begitu nikmat.Adam yang melihat itupun men