Lampu blitz kamera wartawan menyerbu tanpa ampun sosok Jaksa Emily Rosalyn Carter yang melangkah menuju ke ruang persidangan kasus Crawford. Perekam suara dan microfon disodorkan ke wajah wanita yang memasang tampang dingin melenggang tanpa memedulikan hiruk pikuk tersebut."Semua peserta persidangan harap berdiri!" seru petugas ruang sidang ketika Yang Mulia Hakim Malcom memasuki ruangan yang penuh sesak pengunjung. Tiga ketokan palu di meja hakim memulai segala ketegangan yang telah dinantikan oleh sebagian besar warga negeri Paman Sam tersebut. "Silakan saksi dari pihak penuntut untuk dihadirkan dalam persidangan!" ujar Hakim Malcom.Petugas negara berseragam serba hitam mengantarkan saksi Brenda Lindsey Hewitt terlebih dahulu ke kursi saksi. Perempuan muda tersebut akan bersaksi untuk kasus pelecehan yang dilakukan Henry Crawford.Dengan langkah tegap Emily menghampiri bilik saksi lalu menyapa Brenda sebelum menanyakan pertanyaan penting yang akan memberatkan Henry Crawford. "Bre
"TOK TOK TOK." Suara berat palu hakim yang diketok ke kayu terdengar dan membuat seisi ruang sidang menjadi hening."Kita akan memulai untuk mendengarkan pernyataan saksi dari kasus pembunuhan beberapa korban yang didalangi oleh Mister Gordon Crawford!" ujar Hakim Malcom yang berperawakan kurus dengan rambut beruban menipis dan kaca mata berbingkai tebal. Beliau hanya perlu menyelesaikan setahun terakhirnya sebelum memasuki masa pensiun sebagai seorang hakim yang berdinas di Chicago, negara bagian Illinois.Maka Emily pun bangkit berdiri seraya berkata, "Kami memanggil saksi sekaligus tersangka kaki tangan Mister Gordon Crawford yaitu Louis Harison untuk duduk ke kursi saksi."Seorang pria berambut pirang yang tadinya adalah perwira madya kepolisian Chicago dan kini dicopot segala jabatan dan wewenangnya itu duduk di bilik saksi. Emily berdiri di hadapannya dengan tatapan dingin yang tajam usai mendengarkan sumpah Louis Harison untuk memberikan kesaksian sejujurnya di pengadilan."Sir
"Damian, kurasa kita tak akan kesulitan untuk meraih vonis tak bersalah di persidangan mendatang!" ujar Senator Crawford yang sedang dinonaktifkan jabatannya di ruang kunjung tahanan sementara.Pengacara kepercayaannya, Damian Lockheart membenarkan ucapan congkak pria tersebut. Dia memang merasa posisinya di atas angin pasca kesaksian Brent dan Louis yang meringankan posisi kliennya tadi."Tak ada salahnya berharap tak akan ada lagi bukti atau saksi tambahan yang pihak jaksa penuntut umum dapatkan!" sahut Damian disertai kekehan senang.Kemudian Senator Crawford pun diam-diam menerima ponsel berukuran mini dari balik telapak tangan pengacaranya saat mereka bersalaman. "Thanks, Damian. Ini yang kubutuhkan. Kau boleh pergi sekarang!" ujar pria tersebut sebelum petugas polisi menjemputnya kembali ke sel tahanan sementara sebelum resmi menjadi narapidana di penjara negara bagian Illinois.Di sebuah bar berpencahayaan remang-remang, Douglas Archer sedang menikmati segelas bir Carlsberg sam
"Emily, bukti yang dikirim ke alamat emailmu ini sangat penting. Apakah kita bisa menggunakannya dengan keterangan anonim di persidangan?" ujar Murat dengan bimbang usai memeriksa file-file yang dilampirkan di email jaksa cantik itu.Sambil membaca ulang isi percakapan sang senator dengan seorang pria yang dipanggil Doug oleh Gordon Crawford tersebut, dia menyimpulkan sesuatu. "Murat, pria ini adalah pelaku pembunuh Cecilia Sommerhalder. Gambar tangkap layar ini pasti dibuat sendiri oleh pria tersebut," tutur Emily. Dia merasa harus mendiskusikan hal ini dengan Hakim Malcom dan Letnan Benjamin Roosevelt besok pagi."Sepertinya kau benar, Emily. Apa kau ingin membalas email ini dan meminta janji temu dengan pria itu?" tanya Murat dengan risau sembari menatap wajah lelah Emily di mana bayangan hitam nampak jelas di bawah sepasang mata indahnya yang berwarna hazel."Aku akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan Letnan Ben dan Hakim Malcom. Kemungkinan besar bukti yang kuterima ini cukup
"Lepaskan aku! Hey, dengar—kalau kau masih ingin melenggang bebas di luar penjara, lebih baik jangan menggangguku lagi, Rayden!" ujar Emily dengan nada keras sambil meronta di dekapan Rayden Dabusche.Pria Perancis itu mengerutkan keningnya, penjara adalah kata sensitif yang membuat telinganya berdenging sebagai seorang kriminil. "Kenapa kau ingin memenjarakanku, Darling?" tanya Rayden penasaran.Emily yang terlepas dari belitan lengan kokoh pria itu pun mundur menjaga jarak darinya. Dia bersedekap dan tersenyum miring lalu berkata, "Kau pernah meninggalkan jejak kejahatanmu, informasimu bocor di internet. Aku beruntung mendapatkannya. Penyelundupan narkotika, senjata api, dan human traficking. Ckckck ... sungguh mengerikan, kau sampah menjijikan!" "Apa?! Dari mana kau mendapatkan informasi ngawur seperti itu, Emily? Berikan sumbernya kepadaku!" tuntut Rayden maju ingin meraih tangan wanita tersebut."No! Menjauh dariku, Penjahat Terkutuk!" desis Emily seolah dia najis disentuh oleh
"Semua hadirin dimohon berdiri!" seru petugas pengadilan yang mengamankan proses persidangan terakhir kasus Crawford siang itu.Hakim Malcom memasuki ruangan lalu duduk di tempat kehormatannya. Dia mengetok palu hakim sebanyak tiga kali lalu dengan tenang memulai jalannya sidang. Seisi ruang tersebut hening karena ketegangan yang mencekam.Setelah pada persidangan sebelumnya saksi sekaligus pembunuh yang merupakan kaki tangan Gordon Crawford dihadirkan. Kemudian disusul masa tenang juri, kini saatnya membacakan hasil perundingan dan pemungutan suara juri sidang kasus tersebut."Hasil perundingan juri memutuskan Mister Gordon Crawford bersalah dalam kasus konspirasi pembunuhan beberapa korban, di antaranya; Miss Cecilia Sommerhalder, Mister Ronald Banning, Tuan Thomas Simpson, dan keluarga Barnes, serta masih banyak korban lainnya. Maka hukuman pidana terkait keputusan tersebut, terdakwa dijatuhi kurungan selama 50 tahun tanpa keringanan remisi hukuman," ujar Hakim Malcom dengan suara
"FREEZE ... FREEZE ... FREEZE!!" Teriakan sekompi petugas kepolisian Chicago mengejutkan para teroris yang tadinya akan membawa kabur narapidana yang tak lain adalah Gordon dan Henry Crawford.Kedua narapidana yang gagal melarikan diri tersebut juga mengangkat kedua tangannya tanda menyerah kepada polisi. Ayah dan anak itu basah kuyup dalam pakaian oranye bertuliskan TAHANAN di bagian punggung mereka. Semua awak dalam helikopter yang tadi berhasil ditembak baling-baling dan mesinnya oleh Sersan Rodney Bradford melompat ke Chicago River. Itu adalah pilihan terbaik dari pada mereka tenggelam dan mati konyol bila tetap bertahan di dalam helikopter oleng tersebut."Kalian ditangkap atas percobaan membawa kabur narapidana. Dan selamat datang kembali Mister Gordon dan Mistet Henry, kalian gagal kabur!" ujar Letnan Myles Rodrigues sembari meringkus para penjahat yang terkepung di tepian Sungai Chicago.Mobil tahanan yang telah bersiaga di jalan raya jembatan di sisi sungai besar itu segera
Seusai makan malam di unit apartment milik Emily, pasangan kekasih itu duduk di kursi besi yang ada di balkon. Malam ini memang rembulan purnama bersinar begitu terang dan nampak bulat berukuran besar."Apa benar fenomena yang dikatakan di internet bahwa malam ini adalah penampakan supermoon?" celetuk Emily sembari memandangi benda langit yang bersinar paling terang di langit malam yang berwarna hitam sedikit biru tua itu.Murat yang sedang sibuk dengan pikirannya karena harus berpamitan kepada wanita kesayangannya itu berdehem lalu menjawab, "Iya, Emily. Ahli astronomi berkata begitu. Namun, entah apa bedanya dan efeknya dengan makhluk di bumi?"Mendengar perkataan skeptis dari Murat, maka Emily tergelak. Dia menyahut, "Pastilah ada pengaruhnya ke makhluk di bumi. Akan tetapi, bagi kita yang lebih mendalami ilmu hukum dibanding perbintangan dan benda langit lainnya, jelas saja tak terlalu berpengaruh."Dengan tatapan sayu Murat berkata, "Em, aku harus berpamitan denganmu sebelum aku