Share

Bab 3

Author: Theresa Oliver
last update Last Updated: 2025-05-31 15:04:20
Keesokan paginya, Grayson mendengar nada dering telepon genggamnya berbunyi. Nada deringnya seperti musik yang menggelegar dari kejauhan dan menghantam kepalanya, tetapi seiring dia siuman, semakin dia menyadari bahwa nada deringnya merupakan nada yang dia pasang untuk saudaranya.

Kenapa Xavier menghubungiku sepagi ini? pikirnya yang tidur di kursi kulit coklatnya yang sangat tebal. Kemudian dia melihat jam di atas meja, dan waktu menunjukkan jam sepuluh pagi. Tidak terlalu pagi juga sebenarnya.

Grayson duduk dan meregangkan tubuhnya, mengusap leher belakangnya yang kaku akibat tidur di kursi sepanjang malam. Perapian masih menyala dari malam sebelumnya. Untungnya, ini masih bulan Oktober dan cuaca Estrea masih cukup dingin sehingga melindunginya dari bahaya sengatan panas saat tidur. Dia tertawa kecil memikirkan hal itu. Saat dia berdiri, seluruh otot dan tulang dalam tubuhnya terasa sakit. Dia mengumpat lirih, berjanji tidak akan tertidur di kursi lagi. Meskipun kursinya nyaman untuk duduk, kursi tersebut bukan tempat tidur yang baik.

Deringan telepon berhenti.

Grayson melihat sekeliling apartemen, lalu semua yang terjadi pada malam sebelumnya kembali terlintas di benaknya. Dia menangkap basah Dima berselingkuh dengan pria lain di ranjangnya. Meski Grayson pulang lebih awal dari biasanya, dia heran Dima berani melakukan hal itu. Dima beruntung karena Grayson tidak membunuhnya berikut pacarnya. Di sisi lain, Grayson tahu bahwa pada akhirnya mereka akan putus. Wanita seperti Dima sulit puas, dan menjaganya bahkan lebih sulit lagi.

Nada dering Where We Belong, karya Nick Neblo, yang dipilih Grayson untuk Xavier kembali berkumandang. Grayson memilih lagu tersebut untuk saudaranya karena Xavier merupakan pria yang berpikiran jernih dan tenang. Sementara itu, alasan Grayson memilih lagu Crazy Train karya Ozzy Osborne, untuk temannya Carson Malley, adalah hal yang tidak perlu dijelaskan lagi.

Setelah malam itu, Grayson tidak ingin berbicara dengan siapa pun, termasuk saudaranya, tetapi Grayson tetap mengangkat teleponnya. "Ada apa?"

"Nyalakan televisi. Sekarang." Suara Xavier terdengar genting, tidak seperti biasanya.

Grayson terduduk tegak, sontak menjadi awas. "Apa yang terjadi?"

"Dima."

Grayson menghela napas. "Aku akan telepon lagi nanti." Dia mematikan telepon lalu segera menyalakan televisi. Dia menyaksikan saluran berita, dan Dima muncul dengan riasannya yang bersih, tidak lagi luntur menodai wajahnya akibat bercinta dengan liar, dan rambut cokelat kehitamannya yang pendek tertata indah.

"Aku beruntung bisa keluar dari sana hidup-hidup!" Dima memekik ke arah kamera, menghapus air mata palsunya. "Dia memukuli dan mengancamku dengan pengorek api unggun! Aku yakin dia gila! Gila! Aku beruntung keluar bisa hidup-hidup!"

Lalu potret Grayson yang memegang pengorek api unggun terpampang di layar.

Grayson kembali terhempas duduk di kursinya, tidak habis pikir atas apa yang dia lihat. Dia menduga Dima akan membalas, tetapi tidak seperti ini. Dia tahu Dima terkadang memelintir kebenaran, tetapi Dima tidak pernah berbohong segamblang ini. Itu membuatnya memikirkan ulang segala hal yang pernah Dima katakan padanya. Benar bahwa Grayson membawa pengorek api ke kamar tidur untuk perlindungan barangkali ada perampok, tetapi dia tidak menggunakannya terhadap Dima atau kekasih Dima. Dia tidak berniat demikian. Dan dia tidak mengancam akan membunuhnya meski Grayson sempat tergoda. Kenyataan bahwa Dima masih bernapas menunjukkan tingginya pengendalian diri Grayson.

"Keluarga Kerajaan harus ditindaklanjuti! Grayson gila dan saudaranya, Xavier, homo!" teriak Dima ke arah kamera. Satu-satunya yang komentar Grayson atas wanita ini adalah dia seorang aktris yang mumpuni. Meyakinkan. Grayson menggeleng, tidak percaya bahwa Dima telah membongkar keadaan saudaranya kepada pers.

"Dan apa komentar Anda mengenai insiden ini?" tanya wartawan pada seseorang di luar kamera.

Grayson duduk di tepi kursinya, menyimak.

Lalu kamera beralih ke Marcus Pierce, sepupunya yang begitu menginginkan takhta sampai-sampai terbawa mimpi. Tentu saja, Marcus akan memanfaatkan hal ini. Grayson tahu jika Dima meminta pertolongannya. Jika tidak, bagaimana mungkin Marcus bisa tahu secepat ini?

"Aku pikir kerajaan sudah terlalu lama di bawah pemerintahan Maxwell Pierce. Pangeran Grayson telah mempermalukan Estrea dengan perilaku buayanya, dan saudaranya, Pangeran Xavier, juga sama buruknya. Tidak heran Xavier belum punya istri! Jika kedua pangeran tidak memiliki anak, bagaimana mungkin monarki bisa bertahan? Ada yang harus dilakukan, tapi bukan tergantung pada kemauanku. Itu tergantung pada kemauan kalian, para rakyat." Marcus menatap kamera, tatapannya begitu tajam sementara kerutan tercipta di antara matanya. "Sudah waktunya kita mempertimbangkan kemungkinan lain." Meskipun dia berkata secara terselubung, Marcus cukup piawai untuk tidak dengan lugas menyatakan keluarga kerajaan harus turun takhta. Terang saja karena jika sebaliknya, maka itu akan dinilai sebagai pengkhianatan karena mengganggu pewarisan alami dari monarki.

Kamera memperbesar tangkapannya hingga mencakup sang wartawan. "Anda jelas tahu bahwa yang Anda katakan adalah pengkhianatan, Pak."

Marcus menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan mengangkat tangan. "Aku tidak menyatakan agar kita membubarkan kekuasaannya. Maksudku adalah kita harus meninjau dengan teliti apa yang mereka lakukan dan mempertimbangkan kemungkinan lainnya."

Kamera kembali berfokus pada wartawan serta Dima dan Marcus yang berdiri di samping. "Demikianlah. Perkataan tegas dari orang berpengaruh. Apakah tindakan-tindakan monarki perlu dipertanyakan?" Wartawan tersebut mengangkat sebelah alisnya lalu memiringkan kepalanya. "Anda yang menentukan. Ini adalah Ella J. Scott dari Berita WTZN. Kembali kepadamu, Jacob." Kamera beralih ke studio pembawa berita.

Grayson mengambil teleponnya lalu menghubungi saudaranya.

"Ya?" jawab Xavier setelah mengangkatnya pada dering pertama. "Bagaimana menurutmu?"

"Maaf, Kawan." Grayson menghela napas panjang, masih tidak percaya bahwa Dima mengungkapkan kondisi saudaranya di siaran televisi umum. "Menurutku wanita itu sangat berani."

"Grayson, aku akan datang." Sambungan telepon terputus.

Meski Grayson sedang tidak ingin bertemu siapa pun, Grayson tetap akan menerima saudaranya, tidak peduli apa yang sedang terjadi dalam hidupnya. Xavier selalu menjadi tumpuannya saat mengalami badai masalah.

Grayson terkejut bahwa ayahnya belum menghubunginya. Dia mungkin masih murka dan perlu waktu untuk mendinginkan kepala.

Dan seketika itu juga, telepon Grayson berbunyi. Dia melihat nama penelepon yang menampilkan juru bicara kerajaan. Ya, ayahnya terlalu murka untuk menghubungi langsung.

Grayson tahu bahwa ini akan menjadi salah satu hari terburuknya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 147

    Grayson bangga pada usaha Ayahnya untuk menyatukan Estrea sekali lagi. Jelas baginya bahwa cara yang lama sudah tidak bekerja. Sudah waktunya untuk permulaan baru. Dan Raja Maxwell dari Estrea bertekad untuk melakukannya.Pemilihannya dilaksanakan bulan selanjutnya, seperti yang dijanjikan Raja Maxwell, dan Anggota Dewan Kerajaan telah dipilih. Setelah melewati segalanya, keadaan di Estrea telah berubah menuju sebuah harapan baru. Di media massa, Raja Maxwell dipuji atas inisiatif beraninya untuk membawa negaranya menuju Abad Dua Puluh Satu.Beberapa minggu kemudian, pertemuan pertama Dewan Kerajaan dilaksanakan pada 1 April. Dewan memilih untuk terus melaksanakan pertemuan untuk dua kali dalam sebulan, pada hari Senin pertama dan ketiga, untuk membuat dewan selalu tahu tentang keadaan terkini Estrea. Raja lalu berjanji untuk membuat semua laporan rapat dan keputusan yang dibuat oleh dewan diketahui oleh masyarakat secara transparan. Terdapat juga prosedur untuk penyampaian keluhan

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 146

    Keesokan harinya, Grayson sedang bekerja di kantornya di kastel saat Xavier masuk. Tanpa berkata-kata, pria itu menyusuri ruangan menuju televisi dan menyalakannya. Ia kemudian berdiri dan melipat tangan di depan dadanya."Dan berita hari ini," Ella J. Scott berkata kepada kamera. "Mayat Pangeran Marcus Pierce ditemukan di sebuah gudang tua yang terbengkalai, bersama beberapa mayat lain. Salah satu mayat yang teridentifikasi adalah Piers Wingfield, mantan kepala keamanan Keluarga Kerajaan. Raja Maxwell Pierce dan anggota Keluarga Kerajaan belum memberikan komentar tentang penyebab kematian mereka. Untuk berita lain - "Xavier menghela napas, tangannya masih terlipat di depan dada. "Kurasa kau tak perlu mengkhawatirkan harus membayar Piers sekarang.""Ayo bicara dengan Ayah," kata Grayson, sudah beranjak menuju pintu.Xavier mengikuti di belakangnya. "Apa yang harus kita bilang kepadanya?"Grayson mendesah, berbalik untuk menghadap adiknya dengan tangan yang terletak pada pint

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 145

    Seminggu kemudian saat Ari sudah pulih, ia akhirnya bertemu dengan direktur rumah sakit untuk membahas Rumah Henley. Kali ini, Henley, ibunya, serta Vickie hadir di pertemuannya. Grayson juga ingin hadir, tetapi Ari harus membujuknya untuk membiarkan dirinya pergi tanpa pria itu. Lagi pula, ia tak bisa terus-menerus hidup dalam rasa takut."Ini merupakan ide yang mengagumkan. Saya menghargai Anda telah menyarankannya pada kami," kata sang direktur rumah sakit, dr. Sienna Gallagher. "Kami akan menunggu kabar lebih lanjut tentang ini. Dan tolong beri tahu Baginda Raja Maxwell Pierce serta Yang Mulia Pangeran Grayson Pierce betapa bersyukurnya kami. Pasien kanker dan keluarga mereka pasti akan sangat berterima kasih."Setelah berbicara dengan dr. Gallagher, dan dari desakan Henley, Ari memutuskan untuk mengembangkan layanan Rumah Henley agar mencakup semua pasien kanker yang dirawat di Rumah Sakit Medis Estrea, bukan hanya pasien leukemia.Ari menyodorkan tangannya. "Kami turut sena

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 144

    Ari tertidur di perjalanan pulang, meski ia sudah berusaha dengan sebaik mungkin untuk tetap terjaga. Namun kekurangan tidur dan Grayson yang terus menerus mengelus rambutnya dengan lembut membuat tidur menjadi tak terhindarkan. Dengan kembalinya dia di sisi Grayson, dunia bisa saja runtuh dan ia tak akan peduli.Perutnya nyeri sedikit, membangunkannya."Kau tak apa-apa?" Grayson bertanya, terdengar kecemasan dalam suaranya.Ari mengangguk. "Perutku sedikit sakit, tapi aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh istirahat.""Dan makan," tambah Xavier, memandanginya dari spion tengah. Ari tertawa. "Yah, itu, 'kan, wajar." Ia tertegun sejenak, ingin menyusun kata-katanya dengan benar. "Xavier, Grayson, terima kasih sudah menyelamatkanku.""Dengan senang hati, Nyonya," goda Xavier"Kau tahu, 'kan, kalau aku rela melakukan segalanya demi menyelamatkanmu," Grayson menjawab, suaranya rendah dan serak.Xavier mengangguk. "Dan dia tidak berlebihan."Ari tertawa. "Yah, aku sungguh men

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 143

    Ari berlari menyusuri hutan secepat yang ia mampu, menuju ke tempat entah berantah. Ia ingat terdapat sebuah jalan yang mengarah kembali ke desa, dan ia harus menemukannya. Wanita itu tak bisa pergi ke pantai karena ia tak akan bisa pulang ke rumah.Rumah.Sebuah kata sepele yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Selagi ia berlari, yang terlintas di pikirannya hanyalah Grayson dan pulang ke rumah, rumah mereka bersama, di kastel. Ia lalu terjatuh, tersandung akar yang mencuat dari tanah, tetapi ia berhasil menahan tubuh dengan tangannya. Ia pun kembali berdiri dan lanjut berlari. Setelah beberapa saat, ia melihat ke belakang untuk melihat apa ada seseorang yang mengikutinya ... dan menabrak sesuatu. Ketika ia mendongak ... ia telah menabrak Piers."Tidak!" Wanita itu menjerit dengan sekuat tenaga, lututnya melemas. Namun, di luar dugaannya, Piers menangkapnya."Diam!" kata Piers sambil menaruh jari telunjuk di depan bibir."Berhenti di sana." Ketika Ari mendongak dan melihat

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 142

    Grayson berkendara dengan Xavier menuju pantai pada malam hari. Meski kemungkinan mereka menemukan Ari di tengah malam sangatlah kecil, ia tahu setidaknya ia harus berusaha. Dan begitu Xavier mendengarnya, adiknya langsung ikut tanpa banyak tanya."Terima kasih untuk ini," kata Grayson sambil menatap adiknya.Sudut bibir Xavier menyunggingkan sebuah senyuman. "Kau tak perlu berterima kasih padaku. Kau akan melakukan hal yang sama, jika situasinya terbalik.""Tanpa ragu."Xavier mengedikkan bahu. "Lagi pula, aku akan melakukannya demi Ari."Grayson terkekeh. "Tentu saja kau akan melakukannya," ledeknya. "Aku senang kalian sangat akrab dengan satu sama lain.""Apa yang bisa kukatakan? Ari gadis yang baik ...." Xavier lalu tersenyum lebar. "dan aku adalah pria baik-baik."Grayson tertawa. "Benar ... tapi aku tidak bilang begitu.""Tentu saja tidak." Xavier menatap kakaknya dan tersenyum. "Jadi, apa kau melihat sesuatu yang mencurigakan?"Grayson menggeleng. "Tidak. Tak a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status