Share

Bab 4

Penulis: Theresa Oliver
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:04:20

Meskipun Grayson tidak ingin keluar pada malam berikutnya, Carlton mengadakan pesta dan Grayson harus menghadirinya. Namun, Grayson telah berjanji untuk datang agar tampak hadir kemudian pergi. Jika bukan Carlton yang mengadakan pesta, Grayson bahkan tidak akan berpikir untuk menghadirinya. Grayson dan Carlton sudah berteman lama dan Grayson tidak ingin mengecewakannya, bahkan dengan apa yang sedang terjadi dalam hidupnya.

Grayson menghabiskan seharian untuk meyakinkan ayahnya bahwa dia tidak memukuli Dima, bahkan tidak menyentuhnya, kemudian Grayson memaparkan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, kini Grayson sudah tidak peduli lagi dengan apa yang dipikirkan ayahnya. Toh Grayson tidak menjalani hidup demi ayahnya, bahkan meskipun ayahnya seorang Raja. Grayson tidak pernah mengindahkan kehendak ayahnya dan dia tidak berniat untuk memulainya sekarang. Namun, Grayson setuju memang sudah waktunya dia menikah.

Grayson sudah muak dengan drama keluarga dan mantan tunangan. Setelah ini, Grayson mendambakan kehidupan normal. Sebelumnya, dia benci dengan "normal", tetapi sekarang, kehidupan normal terdengar menggiurkan.

Carlton menepuk punggung Grayson kemudian meremas pundaknya saat Grayson berada di bar. "Ayolah, Kawan. Buang wajah murungmu! Lupakan saja j* lang itu dan ayo bersenang-senang."

"Jangan panggil dia begitu." Meskipun Dima telah melakukan hal yang tidak terpuji, Grayson tidak akan berlaku sama seperti wanita itu.

Carlton menatap Grayson sejenak lalu berkata, "Ikut aku." Dia berjalan, berharap agar Grayson mengikutinya.

Grayson sedang tidak ingin menanggapi tingkah Carlton dan tergoda untuk segera keluar, tetapi Grayson meminum scotch-nya lalu mengikuti Carlton.

Carlton berhenti di suatu ruang dan dua wanita cantik dengan rambut panjang berwarna gelap merangkul dirinya. "Yang kau perlukan, Kawan, adalah melupakannya sejenak."

"Serius?" Grayson memutar bola mata sambil mengibaskan tangannya untuk menolak. "Aku pulang."

"Tidak secepat itu." Carlton menepuk bokong salah satu wanita. "Nona-nona, beri kami waktu sendiri. Oke?"

Wanita lainnya membelai pipi hingga dada Carlton dengan ujung jari. "Apa pun yang kau mau," katanya menggoda kemudian keluar. Wanita lainnya ikut keluar. Kemudian dia berbalik dan meniupkan ciuman jarak jauh kepada Grayson.

"Kau kadang keterlaluan!" Grayson berputar menghadap temannya setelah para wanita sudah jauh. "Dengan apa yang sedang terjadi di hidupku, kau malah bertingkah seperti ini?" Grayson melambaikan tangan ke arah para wanita sebelumnya.

"Hei! Santai!" Carlton berjalan memasuki bar, mengambil sebuah botol dari rak, berikut dengan dua gelas pendek, kemudian mulai menuangkannya. "Aku hanya menyarankan agar kau bersantai dan bersenang-senang." Carlton mendorong satu gelas ke arah Grayson.

Grayson mengambilnya kemudian mengenyakkan tubuhnya ke salah satu kursi klub. "Rasanya aku sudah cukup dengan kesenangan semacam itu."

Carlton membawa minumannya berikut dengan botolnya lalu duduk di seberang Grayson. "Aku tahu apa yang kau butuhkan—"

Grayson menyeringai. "Astaga, ini lagi—"

"Perawan!" Carlton tersenyum lebar.

"Yang benar saja! Aku tidak butuh yang seperti itu." Grayson menenggak minumannya dan bergegas keluar, tetapi Carlton menghalanginya.

"Tunggu, tunggu! Dengarkan dulu!"

Grayson diam dan mengangkat alisnya.

Carlton mendekat. "Ada situs yang aku tahu, Snow White Escort, mereka khusus menyediakan perawan."

Grayson menggeleng. "Lupakan saja. Setelah apa yang Dima lakukan, aku sudah muak." Grayson kembali beranjak pergi, tetapi Carlton menangkap tangannya. Grayson menatap tangan pria itu, mengisyaratkan agar Carlton melepaskan tangannya ... sekarang. Meski Grayson sering kali menilai Carlton orang yang jenaka, sekarang dia sama sekali tidak berpendapat begitu.

Carlton melepaskan tangannya. "Hei! Kalau kau mencari yang serius ... seperti istri ...." Carlton tampak meringis. "Kenapa kau tidak coba AmericanMate atau AnastasiaDate? Ada juga situs lain, yang menawarkan wanita Spanyol, Asia, India ... apa pun yang kau mau."

"Aku tidak berminat dengan hubungan satu malam atau prostitusi."

"Bukan, Kawan! Tidak seperti itu!" Carlton mencondongkan badannya ke depan. "Ini adalah broker pernikahan ternama. Semuanya sah."

Grayson mengangkat alis. "Seperti layanan kencan?"

Carlton tertawa. "Seperti layanan kencan, tapi lebih hebat lagi." Carlton beringsut ke tepi kursinya. "Maksudku adalah pengantin modern yang langsung dikirim sesuai pesanan."

"Pengantin yang dikirim sesuai pesanan?" Grayson bertanya kebingungan. "Aku tidak tahu ternyata mereka masih ada."

"Sekarang mereka dikenal sebagai broker pernikahan internasional. Tapi, intinya, iya." Carlton mengangkat bahu. "Setidaknya kau tidak perlu khawatir mencari seseorang yang cocok. Mereka yang akan mengaturnya untukmu." Carlton menyikut bahu Grayson. "Kau hanya perlu memutuskan mana yang kau mau." Carlton kembali menuangkan minuman dan baru akan menuangkan satu lagi untuk Grayson, tetapi Grayson menolaknya. Carlton kembali duduk. "Tingkat kesuksesan mereka tinggi."

Grayson berdiri. "Ah, setelah Dima, aku tidak ingin berkencan dulu."

"Siapa yang bilang berkencan? Aku sedang membicarakan pernikahan." Carlton ikut berdiri. "Coba pikirkan dulu. Mungkin saja ini adalah jawaban yang kau cari."

Grayson menyeringai. "Kau beralih profesi? Jadi anggota rekrutmen mereka?"

"Tentu saja tidak." Carlton menggelengkan kepalanya. "Banyak sekali yang bisa aku gapai, kau tidak akan melihatku berada di altar pernikahan secepat itu."

"Tahu tidak? Kau membuatku meragukan pertemanan kita," kata Grayson datar. Meski bercanda, dia juga setengah serius. Saat muda, mereka memang banyak berpetualang bersama, tetapi gaya hidup seperti itu sudah tidak menarik lagi sekarang. Jelas bagi Grayson bahwa dirinya sudah tidak berada di tempat yang sama dengan temannya.

Carlton tertawa. "Kau menyayangiku. Dan tidak bisa tanpa bertahan tanpa aku."

Grayson menggelengkan kepalanya. "Yang benar saja." Grayson berjalan menuju pintu. "Sampai nanti," katanya dari balik bahunya ketika dia berjalan keluar.

Grayson melewati wanita-wanita itu dan hadirin pesta lainnya, yang setengahnya tidak dia kenal, lalu menuju Mercedes miliknya. Meski Carlton jelas tidak waras dengan gagasan tercelanya, gagasan kemungkinan mendapatkan istri tersebut menetap dalam pikiran Grayson.

Grayson menyingkirkan pikiran itu dari benaknya ketika dia mengemudi pulang, tetapi kemungkinan itu terus kembali. Hubungan satu malam adalah hal terakhir yang dia inginkan, tetapi mendapatkan seorang istri adalah cerita lain.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 147

    Grayson bangga pada usaha Ayahnya untuk menyatukan Estrea sekali lagi. Jelas baginya bahwa cara yang lama sudah tidak bekerja. Sudah waktunya untuk permulaan baru. Dan Raja Maxwell dari Estrea bertekad untuk melakukannya.Pemilihannya dilaksanakan bulan selanjutnya, seperti yang dijanjikan Raja Maxwell, dan Anggota Dewan Kerajaan telah dipilih. Setelah melewati segalanya, keadaan di Estrea telah berubah menuju sebuah harapan baru. Di media massa, Raja Maxwell dipuji atas inisiatif beraninya untuk membawa negaranya menuju Abad Dua Puluh Satu.Beberapa minggu kemudian, pertemuan pertama Dewan Kerajaan dilaksanakan pada 1 April. Dewan memilih untuk terus melaksanakan pertemuan untuk dua kali dalam sebulan, pada hari Senin pertama dan ketiga, untuk membuat dewan selalu tahu tentang keadaan terkini Estrea. Raja lalu berjanji untuk membuat semua laporan rapat dan keputusan yang dibuat oleh dewan diketahui oleh masyarakat secara transparan. Terdapat juga prosedur untuk penyampaian keluhan

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 146

    Keesokan harinya, Grayson sedang bekerja di kantornya di kastel saat Xavier masuk. Tanpa berkata-kata, pria itu menyusuri ruangan menuju televisi dan menyalakannya. Ia kemudian berdiri dan melipat tangan di depan dadanya."Dan berita hari ini," Ella J. Scott berkata kepada kamera. "Mayat Pangeran Marcus Pierce ditemukan di sebuah gudang tua yang terbengkalai, bersama beberapa mayat lain. Salah satu mayat yang teridentifikasi adalah Piers Wingfield, mantan kepala keamanan Keluarga Kerajaan. Raja Maxwell Pierce dan anggota Keluarga Kerajaan belum memberikan komentar tentang penyebab kematian mereka. Untuk berita lain - "Xavier menghela napas, tangannya masih terlipat di depan dada. "Kurasa kau tak perlu mengkhawatirkan harus membayar Piers sekarang.""Ayo bicara dengan Ayah," kata Grayson, sudah beranjak menuju pintu.Xavier mengikuti di belakangnya. "Apa yang harus kita bilang kepadanya?"Grayson mendesah, berbalik untuk menghadap adiknya dengan tangan yang terletak pada pint

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 145

    Seminggu kemudian saat Ari sudah pulih, ia akhirnya bertemu dengan direktur rumah sakit untuk membahas Rumah Henley. Kali ini, Henley, ibunya, serta Vickie hadir di pertemuannya. Grayson juga ingin hadir, tetapi Ari harus membujuknya untuk membiarkan dirinya pergi tanpa pria itu. Lagi pula, ia tak bisa terus-menerus hidup dalam rasa takut."Ini merupakan ide yang mengagumkan. Saya menghargai Anda telah menyarankannya pada kami," kata sang direktur rumah sakit, dr. Sienna Gallagher. "Kami akan menunggu kabar lebih lanjut tentang ini. Dan tolong beri tahu Baginda Raja Maxwell Pierce serta Yang Mulia Pangeran Grayson Pierce betapa bersyukurnya kami. Pasien kanker dan keluarga mereka pasti akan sangat berterima kasih."Setelah berbicara dengan dr. Gallagher, dan dari desakan Henley, Ari memutuskan untuk mengembangkan layanan Rumah Henley agar mencakup semua pasien kanker yang dirawat di Rumah Sakit Medis Estrea, bukan hanya pasien leukemia.Ari menyodorkan tangannya. "Kami turut sena

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 144

    Ari tertidur di perjalanan pulang, meski ia sudah berusaha dengan sebaik mungkin untuk tetap terjaga. Namun kekurangan tidur dan Grayson yang terus menerus mengelus rambutnya dengan lembut membuat tidur menjadi tak terhindarkan. Dengan kembalinya dia di sisi Grayson, dunia bisa saja runtuh dan ia tak akan peduli.Perutnya nyeri sedikit, membangunkannya."Kau tak apa-apa?" Grayson bertanya, terdengar kecemasan dalam suaranya.Ari mengangguk. "Perutku sedikit sakit, tapi aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh istirahat.""Dan makan," tambah Xavier, memandanginya dari spion tengah. Ari tertawa. "Yah, itu, 'kan, wajar." Ia tertegun sejenak, ingin menyusun kata-katanya dengan benar. "Xavier, Grayson, terima kasih sudah menyelamatkanku.""Dengan senang hati, Nyonya," goda Xavier"Kau tahu, 'kan, kalau aku rela melakukan segalanya demi menyelamatkanmu," Grayson menjawab, suaranya rendah dan serak.Xavier mengangguk. "Dan dia tidak berlebihan."Ari tertawa. "Yah, aku sungguh men

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 143

    Ari berlari menyusuri hutan secepat yang ia mampu, menuju ke tempat entah berantah. Ia ingat terdapat sebuah jalan yang mengarah kembali ke desa, dan ia harus menemukannya. Wanita itu tak bisa pergi ke pantai karena ia tak akan bisa pulang ke rumah.Rumah.Sebuah kata sepele yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Selagi ia berlari, yang terlintas di pikirannya hanyalah Grayson dan pulang ke rumah, rumah mereka bersama, di kastel. Ia lalu terjatuh, tersandung akar yang mencuat dari tanah, tetapi ia berhasil menahan tubuh dengan tangannya. Ia pun kembali berdiri dan lanjut berlari. Setelah beberapa saat, ia melihat ke belakang untuk melihat apa ada seseorang yang mengikutinya ... dan menabrak sesuatu. Ketika ia mendongak ... ia telah menabrak Piers."Tidak!" Wanita itu menjerit dengan sekuat tenaga, lututnya melemas. Namun, di luar dugaannya, Piers menangkapnya."Diam!" kata Piers sambil menaruh jari telunjuk di depan bibir."Berhenti di sana." Ketika Ari mendongak dan melihat

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 142

    Grayson berkendara dengan Xavier menuju pantai pada malam hari. Meski kemungkinan mereka menemukan Ari di tengah malam sangatlah kecil, ia tahu setidaknya ia harus berusaha. Dan begitu Xavier mendengarnya, adiknya langsung ikut tanpa banyak tanya."Terima kasih untuk ini," kata Grayson sambil menatap adiknya.Sudut bibir Xavier menyunggingkan sebuah senyuman. "Kau tak perlu berterima kasih padaku. Kau akan melakukan hal yang sama, jika situasinya terbalik.""Tanpa ragu."Xavier mengedikkan bahu. "Lagi pula, aku akan melakukannya demi Ari."Grayson terkekeh. "Tentu saja kau akan melakukannya," ledeknya. "Aku senang kalian sangat akrab dengan satu sama lain.""Apa yang bisa kukatakan? Ari gadis yang baik ...." Xavier lalu tersenyum lebar. "dan aku adalah pria baik-baik."Grayson tertawa. "Benar ... tapi aku tidak bilang begitu.""Tentu saja tidak." Xavier menatap kakaknya dan tersenyum. "Jadi, apa kau melihat sesuatu yang mencurigakan?"Grayson menggeleng. "Tidak. Tak a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status