Share

Bab 2

Penulis: Theresa Oliver
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:04:20
Estrea, Eropa

Grayson Pierce menaiki tangga apartemen miliknya yang terletak di pusat kota Estrea, sebuah negara kecil di Eropa. Merasa lelah karena tekanan sebagai Pangeran Estrea, dia merasa lelah dan hanya ingin pulang ke rumah dan bersantai. Menjadi penerus takhta bukannya tidak ada tanggung jawab.

Saat masuk, dia berharap Dima, tunangannya, tidak ada di rumah walaupun hanya sebentar. Grayson membutuhkan waktu sebentar untuk menenangkan diri sebelum berurusan dengannya. Meskipun Grayson mencintainya, tetap saja dia adalah Dima Franz, supermodel ternama di Eropa. Jika dia ada di rumah, pastinya akan ada dorongan dalam diri Grayson untuk menyenangkannya. Meskipun Grayson mencintainya, tetap saja dia manja dan merepotkan.

Ayahnya, Raja Maxwell Pierce, selalu mendesaknya untuk "putus dengannya" dan "menikah", tapi Grayson belum siap. Dia terkekeh, bertanya-tanya apa yang akan ayahnya pikirkan apabila dia menikahi Dima. Setidaknya itu akan membuatnya tidak lagi menyuruhnya untuk menikah namun tentunya itu akan membuat banyak masalah baru. Sebagian diri Grayson berpikir itu mungkin sepadan. Namun terlepas dari desakan ayahnya, Grayson tidak ingin menyerah dengan mudah. Meskipun dia adalah seorang pangeran dan jalan hidupnya serta adiknya, Xavier, telah ditentukan sejak lahir, tapi dia tetap ingin memutuskan sendiri ketika itu menyangkut tentang hidupnya.

"Dima! Aku pulang!" dia berteriak, berjalan masuk ke apartemen, menggantung kunci mobil dan menuangkan dirinya minuman. Wiski Skotch dengan es. Biasanya, dia akan mencampurnya dengan sesuatu, namun hari ini dia membutuhkan minuman keras. Sepupunya, Marcus Pierce, membuat masalah dengan mencoba memengaruhi opini publik untuk menjadikan dirinya penguasa yang sah. Ayahnya, Albert, merupakan saudara kembar Maxwell. Maxwell lahir dua menit lebih awal dari Albert, menjadikannya sebagai penerus takhta. Grayson menyeringai, merasa takjub bagaimana dua menit bisa mengubah hidup seseorang sepenuhnya. Albert mungkin baik-baik saja dengan semua itu, tapi beda lagi dengan putranya, Marcus. Grayson berharap Marcus menyerah dan dapat menerima bahwa memang begitulah hal ditentukan di negara mereka.

Ya, Grayson tahu dengan jelas bagaimana dua menit dapat mengubah ataupun menghancurkan hidup seseorang.

Grayson menekan tombol dan perapian langsung menyala, hal yang tidak pernah berhenti membuatnya takjub. Tidak perlu lagi membuat api seperti manusia gua. Manusia sekarang hanya perlu menekan satu tombol dan... poof! Api instan. Sambil menggelengkan kepalanya, dia duduk di sofa kulit empuk kesukaannya, menikmati waktu sendiri.

Biasanya dia tidak suka menonton televisi, namun seperti ada sesuatu yang mendorongnya untuk melihat berita saat itu. Dia menekan tombol remot untuk menyalakan televisi. Grayson kemudian meletakkan remot dan bangkit untuk membuat minuman lagi tanpa memperhatikan berita yang sedang tayang. Tapi kemudian sesuatu–atau lebih tepatnya seseorang–menarik perhatiannya. Grayson mendengus dan mengalihkan perhatiannya ke arah suara yang berasal dari televisi.

"Saya beritahu kalian bahwa keluarga yang berkuasa di Estrea itu memalukan! Sudah waktunya untuk kepemimpinan yang baru!" Suara serak Marcus terdengar lewat pengeras suara. "Grayson, si Putra Mahkota, belum menikah. Dia adalah seorang playboy dan mungkin tidak akan menikah! Dia memiliki banyak wanita yang tidak pantas..." Dia terus berbicara sampai titik di mana Grayson tidak tahan lagi dan mematikan televisi, bertekad untuk berurusan dengan sepupunya besok. Tidak peduli Marcus sadar atau tidak, apa yang dia ucapkan adalah pengkhianatan. Dan jika dia terus melakukannya, Grayson dapat membuatnya ditangkap dan diperlakukan sebagai pengkhianat. Sulit bagi Grayson untuk percaya bahwa laki-laki itu adalah sepupunya. Dia pikir Marcus akan menempatkan kepentingan keluarga dan negara di atas kepentingannya sendiri, namun ternyata dia bukanlah pria seperti itu.

Ketika televisi dimatikan, Grayson mendengar sesuatu ... sebuah suara ... dari arah kamar tidur.

Dia tidak sendirian.

Grayson perlahan mengambil tongkat pengorek api besi dari perapian dan menuju ke lorong, merasa pasti ada penyusup di rumah. Jika Dima ada di rumah, dia pasti akan menyambutnya ketika dia masuk.

Dia memegang tongkat besinya, berjaga-jaga apabila membutuhkannya untuk melindungi diri. Suara itu semakin keras saat dia mendekati pintu kamar, dia kemudian berhenti ... dan mendengarkan.

Hatinya menciut.

Grayson membuka pintu dengan keras sampai pintu membentur tembok, membuat Dima dan pria di bawahnya terkejut. Mata Dima terbelalak saat dia melihat Grayson. Dalam keadaan telanjang dan berada di atas pria itu, rambut pendeknya yang berwarna cokelat gelap menutupi matanya dan basah oleh keringat, dia hanya bisa mengucapkan satu kata, "Grayson..."

Grayson menurunkan tongkat besi perapiannya dan menutup mata, mencoba menghilangkan bayangan Dima dengan laki-laki lain dalam pikirannya. Matanya terbuka ketika dia melihat kilatan di kelopak matanya.

Ketika dia membuka mata, Dima sudah turun dari kasur, mengambil baju dan mengunci dirinya di dalam kamar mandi, meninggalkan komplotannya sendirian.

"Keluar!" Grayson berteriak ke pria tersebut.

"Tenanglah. Beri aku waktu untuk berpakaian." Pria itu menyeringai, dengan perlahan dan tenang duduk di tepi tempat tidur, telanjang sepenuhnya.

Mata Grayson berkobar saat dia melangkah ke depannya. "Sekarang!" Dia berteriak di depan wajahnya, tanpa sadar mencengkeram tongkat perapian dengan kuat.

Pria itu dengan cepat melompat berdiri, meraih pakaiannya, dan berlari keluar, tidak sempat mengenakannya karena Grayson mengusirnya.

Grayson segera kembali ke apartemen, menaruh kembali tongkat besi ke perapian dan memandang api dalam diam.

"A... aku... aku minta maaf..." Kata Dima terbata-bata di belakangnya, namun Grayson bahkan tidak membalikkan badan.

"Aku ingin kau pergi dari sini sekarang. Kau bisa mengirim barang-barangmu nanti." Suaranya terdengar tenang selagi menatap api yang berkobar, hatinya menjadi dingin.

Sesaat kemudian, terdengar langkah kaki yang samar menuju pintu, dengan pelan membuka dan menutup pintu di belakangnya, meninggalkan Grayson dengan hati yang hancur berkeping-keping ... sendirian.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 147

    Grayson bangga pada usaha Ayahnya untuk menyatukan Estrea sekali lagi. Jelas baginya bahwa cara yang lama sudah tidak bekerja. Sudah waktunya untuk permulaan baru. Dan Raja Maxwell dari Estrea bertekad untuk melakukannya.Pemilihannya dilaksanakan bulan selanjutnya, seperti yang dijanjikan Raja Maxwell, dan Anggota Dewan Kerajaan telah dipilih. Setelah melewati segalanya, keadaan di Estrea telah berubah menuju sebuah harapan baru. Di media massa, Raja Maxwell dipuji atas inisiatif beraninya untuk membawa negaranya menuju Abad Dua Puluh Satu.Beberapa minggu kemudian, pertemuan pertama Dewan Kerajaan dilaksanakan pada 1 April. Dewan memilih untuk terus melaksanakan pertemuan untuk dua kali dalam sebulan, pada hari Senin pertama dan ketiga, untuk membuat dewan selalu tahu tentang keadaan terkini Estrea. Raja lalu berjanji untuk membuat semua laporan rapat dan keputusan yang dibuat oleh dewan diketahui oleh masyarakat secara transparan. Terdapat juga prosedur untuk penyampaian keluhan

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 146

    Keesokan harinya, Grayson sedang bekerja di kantornya di kastel saat Xavier masuk. Tanpa berkata-kata, pria itu menyusuri ruangan menuju televisi dan menyalakannya. Ia kemudian berdiri dan melipat tangan di depan dadanya."Dan berita hari ini," Ella J. Scott berkata kepada kamera. "Mayat Pangeran Marcus Pierce ditemukan di sebuah gudang tua yang terbengkalai, bersama beberapa mayat lain. Salah satu mayat yang teridentifikasi adalah Piers Wingfield, mantan kepala keamanan Keluarga Kerajaan. Raja Maxwell Pierce dan anggota Keluarga Kerajaan belum memberikan komentar tentang penyebab kematian mereka. Untuk berita lain - "Xavier menghela napas, tangannya masih terlipat di depan dada. "Kurasa kau tak perlu mengkhawatirkan harus membayar Piers sekarang.""Ayo bicara dengan Ayah," kata Grayson, sudah beranjak menuju pintu.Xavier mengikuti di belakangnya. "Apa yang harus kita bilang kepadanya?"Grayson mendesah, berbalik untuk menghadap adiknya dengan tangan yang terletak pada pint

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 145

    Seminggu kemudian saat Ari sudah pulih, ia akhirnya bertemu dengan direktur rumah sakit untuk membahas Rumah Henley. Kali ini, Henley, ibunya, serta Vickie hadir di pertemuannya. Grayson juga ingin hadir, tetapi Ari harus membujuknya untuk membiarkan dirinya pergi tanpa pria itu. Lagi pula, ia tak bisa terus-menerus hidup dalam rasa takut."Ini merupakan ide yang mengagumkan. Saya menghargai Anda telah menyarankannya pada kami," kata sang direktur rumah sakit, dr. Sienna Gallagher. "Kami akan menunggu kabar lebih lanjut tentang ini. Dan tolong beri tahu Baginda Raja Maxwell Pierce serta Yang Mulia Pangeran Grayson Pierce betapa bersyukurnya kami. Pasien kanker dan keluarga mereka pasti akan sangat berterima kasih."Setelah berbicara dengan dr. Gallagher, dan dari desakan Henley, Ari memutuskan untuk mengembangkan layanan Rumah Henley agar mencakup semua pasien kanker yang dirawat di Rumah Sakit Medis Estrea, bukan hanya pasien leukemia.Ari menyodorkan tangannya. "Kami turut sena

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 144

    Ari tertidur di perjalanan pulang, meski ia sudah berusaha dengan sebaik mungkin untuk tetap terjaga. Namun kekurangan tidur dan Grayson yang terus menerus mengelus rambutnya dengan lembut membuat tidur menjadi tak terhindarkan. Dengan kembalinya dia di sisi Grayson, dunia bisa saja runtuh dan ia tak akan peduli.Perutnya nyeri sedikit, membangunkannya."Kau tak apa-apa?" Grayson bertanya, terdengar kecemasan dalam suaranya.Ari mengangguk. "Perutku sedikit sakit, tapi aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh istirahat.""Dan makan," tambah Xavier, memandanginya dari spion tengah. Ari tertawa. "Yah, itu, 'kan, wajar." Ia tertegun sejenak, ingin menyusun kata-katanya dengan benar. "Xavier, Grayson, terima kasih sudah menyelamatkanku.""Dengan senang hati, Nyonya," goda Xavier"Kau tahu, 'kan, kalau aku rela melakukan segalanya demi menyelamatkanmu," Grayson menjawab, suaranya rendah dan serak.Xavier mengangguk. "Dan dia tidak berlebihan."Ari tertawa. "Yah, aku sungguh men

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 143

    Ari berlari menyusuri hutan secepat yang ia mampu, menuju ke tempat entah berantah. Ia ingat terdapat sebuah jalan yang mengarah kembali ke desa, dan ia harus menemukannya. Wanita itu tak bisa pergi ke pantai karena ia tak akan bisa pulang ke rumah.Rumah.Sebuah kata sepele yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Selagi ia berlari, yang terlintas di pikirannya hanyalah Grayson dan pulang ke rumah, rumah mereka bersama, di kastel. Ia lalu terjatuh, tersandung akar yang mencuat dari tanah, tetapi ia berhasil menahan tubuh dengan tangannya. Ia pun kembali berdiri dan lanjut berlari. Setelah beberapa saat, ia melihat ke belakang untuk melihat apa ada seseorang yang mengikutinya ... dan menabrak sesuatu. Ketika ia mendongak ... ia telah menabrak Piers."Tidak!" Wanita itu menjerit dengan sekuat tenaga, lututnya melemas. Namun, di luar dugaannya, Piers menangkapnya."Diam!" kata Piers sambil menaruh jari telunjuk di depan bibir."Berhenti di sana." Ketika Ari mendongak dan melihat

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 142

    Grayson berkendara dengan Xavier menuju pantai pada malam hari. Meski kemungkinan mereka menemukan Ari di tengah malam sangatlah kecil, ia tahu setidaknya ia harus berusaha. Dan begitu Xavier mendengarnya, adiknya langsung ikut tanpa banyak tanya."Terima kasih untuk ini," kata Grayson sambil menatap adiknya.Sudut bibir Xavier menyunggingkan sebuah senyuman. "Kau tak perlu berterima kasih padaku. Kau akan melakukan hal yang sama, jika situasinya terbalik.""Tanpa ragu."Xavier mengedikkan bahu. "Lagi pula, aku akan melakukannya demi Ari."Grayson terkekeh. "Tentu saja kau akan melakukannya," ledeknya. "Aku senang kalian sangat akrab dengan satu sama lain.""Apa yang bisa kukatakan? Ari gadis yang baik ...." Xavier lalu tersenyum lebar. "dan aku adalah pria baik-baik."Grayson tertawa. "Benar ... tapi aku tidak bilang begitu.""Tentu saja tidak." Xavier menatap kakaknya dan tersenyum. "Jadi, apa kau melihat sesuatu yang mencurigakan?"Grayson menggeleng. "Tidak. Tak a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status