Share

pain

Kurasakan tubuhku naik turun senada dengan langkah kakinya. Aku menyayangkan kenapa harus terbangun sesingkat ini. Mungkin karena langkah kakinya melambat?

“Angkara...”

“Loh? Kenapa sudah bangun?” tanyanya heran.

“Kita mau ke mana?”

Karena masih betah di pundaknya, aku bertanya tanpa mendongakkan kepala.

“Ke rumah Reyvan.”

Mendengar jawabannya sontak saja aku membelalak kaget.

“Turunkan aku! Aku nggak sudi ke sana lagi!” protesku sambil menyentak-nyentakkan kaki.

“Tenanglah bayi besar. Tidak ada Reyvan di sana. Pak Taruna dan timnya menyuruh kita ke sana.”

Aku terdiam, malu sekali rasanya sudah merengek seperti bayi. MALUUUU.

“Kamu yakin nggak ada jebakan di sana?” tanyaku memastikan.

Angkara menggeleng singkat. Entah apa yang membuatnya pendiam, tapi aku merasa mood-nya agak berubah. Apalagi saat Pak Taruna menyambut kami dengan cemas. Aku menyuruh Angkara menurunkanku dan ia menurut. Kulihat beberapa anggotany berjaga dan mengelili
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status