***Plak!Plak!Bu Hajjah Aminah menampar pipi Reina kanan dan kiri. Wanita cantik itu meringis dengan memegangi kedua pipinya yang terlihat memerah."Kakak nggak nyangka kamu ternyata semurah ini, Rei!" desis Bu Hajjah Aminah. Aku yakin, hatinya tengah diliputi rasa marah, sampai menghardik Reina pun tidak bisa dia tunda hingga pulang nanti. Wajar sih, jika aku jadi Bu Hajjah Aminah, tentu hatiku akan sangat hancur, adik kandung telah hamil dengan suami kakaknya. Bukankah tidak ada yang lebih memalukan dari pada ini?Dia datang dan berkoar-koar meminta pertanggungjawaban pada Krisna, tapi apa yang didapat, rasa malu akibat keganjenan Reina hingga menyebabkan Pak Ferdinan tergoda. Ah, entahlah. Aku tidak berhak menghakimi masalah mereka, yang jelas Krisna sudah bisa lepas dari jerat Reina sekarang."Bukan aku yang murahan, Kak! Tapi kakak yang ngga bisa urus suami dengan becus, sampai-sampai dia harus mendatangi kamarku malam-malam dan merenggut kesucianku kala itu!" teriak Reina tid
***"Ada apa, Dan?" tanya ibu mendekat ke arah kami."Mang Kosim dan ayah mengalami kecelakaan, Bu. Barusan adalah pihak kepolisian yang menelpon, sekarang mereka sudah di larikan ke Rumah Sakit Bhakti Medis, tapi--"Aku meremas jemari Mas Danu, takut kesehatan ibu terganggu jika harus mendengar kabar buruk apalagi tentang ayah."Tapi apa, Dan? Jangan bikin ibu khawatir!" desak ibu, membuat Mas Danu melirik ragu ke arahku."Kris, lebih baik kamu sama Mas Danu berangkat sekarang, aku dan ibu akan bersiap-siap dulu." Aku menyela ucapan, sebelum Mas Danu meluncurkan kalimatnya di depan ibu.Krisna mengangguk dan berjalan keluar rumah, Mas Danu mengikuti adik lelakiku untuk menuju ke Rumah Sakit yang dimaksud."Maaf, ibu-ibu, kami ada urusan mendesak. Bisa tinggalkan rumah saya, sekarang?" usirku, entah apa sebutan yang pas, tapi aku rasa memang aku sudah mengusir mereka, mau bagaimana lagi, lagipula Bu Hajjah juga sudah sadar dari pingsannya."Ah, maaf, Bu Endang, kalau begitu kami semua
***Keluarga Mang Kosim sudah datang, beruntung mereka tidak menyalahkan kami atas semua yang sudah terjadi."Kami ikhlas, Neng. Mungkin memang umur suami saya sampai di sinj, maaf, jika selama bekerja suami saya banyak melakukan kesalahan," ucap Bu Tuti, ibu semakin mengencangkan tangisnya. "Kami meminta maaf, Bu, insyaallah saya yang akan menanggung semua biaya sekolah dan kuliah anak-anak." Bu Tuti meneteskan air matanya, beliau memeluk anak perempuan sulungnya yang kutahu kini tengah menempuh pendidikan Strata 1 di sebuah Universitas di Yogyakarta, Mang Kosim pernah bercerita padaku saat itu, setelah urusan Ayah beres, aku akan membantu gadis itu untuk membiayai studinya hingga selesai dan mendapatkan pekerjaan yang tepat."Ini terlalu berlebihan, Neng. Kematian adalah kuasa Allah, Neng Endang tidak perlu merasa bersalah sampai harus menanggung biaya anak-anak kami." Tulus sekali hatinya, ucapan yang Bu Tuti lontarkan membuatku semakin merasa ingin membantu keluarga mereka, apala
***"Siapa anda?" Kutatap wanita paruh baya dengan dandanan modis di depanku. Dia menarik sudut bibirnya dan membuka kacamata hitam yang melekat di ujung hidungnya yang mancung. Sepertinya aku tidak asing dengan wanita ini, tapi siapa? Aku mengerutkan kening, mencoba mengingat-ingat barangkali aku dan dia pernah bertemu, tapi nihil! Ingatanku benar-benar kosong tentang wajah wanita di depanku."Apa kamu lupa, Endang? Coba ingat-ingat lagi, belum terlalu lama kita harus saling melupakan." Astaga, Tante Cecil? Ibu dari wanita yang sempat dijodohkan dengan Krisna. Tapi kenapa tampilannya sungguh modis sekarang?Flashback on."Kami harap, perjodohan ini bisa berjalan dengan lancar. Kita sudah bersahabat sejak kecil, semoga persahabatan kita semakin erat dengan menikahkan Krisna dan Adelia." Tante Cecil berbicara dengan penuh harap ketika kami sekeluarga bertandang ke rumahnya.Ibu dan Tante Cecil adalah sahabat karib, kurang lebih seperti itulah yang kudengar dari cerita ibu. Sayangnya,
****Aku mengubungi Krisna dan meminta dia bersiap-siap untuk membawa Ayah dan Ibu ke kantor polisi. Jo bilang, pelaku yang sudah sengaja membuat Ayah celaka sudah ditemukan, melalui rekaman CCTV, meskipun aku sudah tahu, jika Tante Cecil lah dalang di balik semuanya. Aku ingin lihat, siapa saja kacung yang sudah rela mengorbankan hidupnya demi utusan Tante Cecil.Mas Danu terlihat menahan amarahnya setelah aku bercerita tentang pertemuanku dengan Tante Cecil barusan. Selain ingin mengungkap siapa di balik kecelakaan Ayah dan Mang Kosim, aku juga ingin melihat perkembangan kasus Pak Ferdinan dan kawan-kawannya.Sesampainya di rumah ibu, Krisna sudah siap dengan mobil kesayangannya. Ayah dan ibu duduk di belakang sedangkan Krisna yang menyetir, karena kami belum menemukan pengganti Mang Kosim. Sengaja aku membawa mobil sendiri dengan Mas Danu, karena setelah dari kantor polisi nanti, kami ada keperluan yang mendesak.____________________"Beruntung rekaman CCTV di salah satu sudut jala
***"Diam, Hans! Kamu mau kita semua mati, hah?!" bentak salah satu pelaku pada lelaki yang hendak membuka suaranya, yang dia panggil Hans."Aku tidak peduli! Asalkan keluargaku selamat!" sahut Hans sengit.Lelaki tadi melengos, aku bisa melihat raut penyesalan dari mukanya."Bu Cecil. Kami melakukan ini atas perintah Bu Cecil dengan bayaran masing-masing 10 juta."Mendengar penuturan salah satu pelaku, sontak membuat ibu berdiri dengan mata membeliak lebar. Kedua tangannya menutup mulut, tanpa menunggu lama, cairan bening sudah mengalir di pipinya."Gi-la! Kita bukan hanya tidak bisa bebas, Hans. Tapi keluargaku di rumah akan mendapat musibah," tutur lelaki tadi dengan frustasi."Tenanglah. Kalian memang tidak akan bisa bebas begitu saja, karena harus menjalani proses hukum. Tapi keluarga kalian, aku pastikan aman di bawah naunganku." Ucapan Mas Danu membuat keempat lelaki tadi menunduk.Setelah mendapat alamat Tante Cecil dari salah satu pelaku tadi, petugas polisi membuat surat pen
***Aku masih bergeming di tempat, sementara Adelia berjalan mendekat ke arah dimana Pak Adi tengah berdiri. Tante Cecil melirik ibu dengan tatapan sinis. Beruntung Ayah sedang ke mushollah bersama Mas Danu dan Krisna, sehingga Tante Cecil belum mengetahui jika Ayah ternyata masih hidup."Mas! Diajakin ngomong malah bengong! Kamu itu kemana aja sih?" tanya Adelia manja, dengan membetulkan dasi di leher Pak Adi.Mbak Anggi yang melihat gelagat aneh Adelia, bergegas mendekati suaminya yang kini lengannya sudah digelayuti manja oleh Adelia.Ditepisnya tangan Adelia hingga wanita itu meringis, tubuhnya hampir saja terjatuh jika Pak Adi tidak dengan sigap menarik kembali lengannya. Melihat hal itu, kentara sekali kemarahan Mbak Anggi, wajahnya memerah dan menarik paksa tubuh Adelia agar menjauh dari suaminya."Siapa kamu? Murah*n sekali, jangan kecentilan!" sungut Mbak Anggi.Tante Cecil yang sedari tadi sibuk memphatikanku dan Ibu, seketika menoleh ke sumber suara yang tengah menghardik p
****"Ma, dengan dulu penjelasan Papa. Kita bisa bicarakan ini baik-baik, lagipula kalian bisa menjadi istri yang akur, Papa yakin Adelia akan menjadi madu yang baik untukmu," jelas Pak Adi. Ketahuan buayanya kan, enteng sekali dia bicara begitu."Ja-jadi, dia istri kamu, Mas?" tanya Adelia tidak percaya."Iya, Sayang. Maaf, Mas harus menyembunyikan identitas Mas, kamu nggak pa-pa kan punya kakak madu?" tanya Pak Adi sok manis. Aku begidig jijik dibuatnya."Nggak masalah, kok, asal bisa sama Mas Adi selamanya!" jawab Adelia tak kalah menjijikkan."Hei, wanita jal-ang! Siapa bilang aku mau menjadi kaka