Satu tebasan ganas dari Alvan langsung membuat para pembunuh itu tertegun. Total jumlah mereka adalah tiga puluh hingga empat puluh orang dan semuanya adalah ahli yang dipilih dengan saksama. Namun, hanya dengan satu tebasan saja, Alvan sudah membunuh hampir setengah dari mereka. Kekuatan yang mengerikan ini benar-benar menakutkan.Sebelum datang, para pembunuh itu sudah memastikan para ahli Organisasi Mondial di sekitar sudah diutus keluar. Pertahanan di sekitar Greta dan Roselia sedang kosong, sehingga mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk menyergap keduanya. Namun, mereka tidak menyangka masih ada seorang ahli muda yang begitu kuat di dalam vila itu.Bang!Setelah melayangkan satu tebasan, Alvan meletakkan gagang pedangnya ke tanah dan langsung membuat sebuah lubang. Dia berteriak dengan nada dingin, "Siapa lagi yang berani maju untuk mati?"Suara Alvan bergema dan membuat para pembunuh itu secara refleks mundur dua langkah."Huh! Sekumpulan orang bodoh yang nggak tahu diri. Siap
"Apa yang terjadi? Bukankah tadi dia sudah terkena tebasan? Kenapa masih hidup?""Orang itu terlalu cepat. Serangan Kak Alvan terlihat mengenainya, tapi sebenarnya hanya berhasil menebas bayangannya saja.""Sialan! Siapa sebenarnya orang itu? Tekniknya terlihat seperti hantu."Melihat pria tua berjubah hitam itu tidak terluka sedikit pun, para murid Organisasi Mondial sangat terkejut. Alvan adalah ahli tingkat master dan tebasannya tadi sangat cepat. Namun, dia bahkan tidak berhasil menyentuh rambut lawannya itu, benar-benar sulit untuk dipercaya. Mereka belum pernah melihat teknik sehebat ini, perpindahan posisi pria itu sangat cepat sampai tak terlihat."Kak Greta, kamu bisa melihat ada apa dengar gerakan orang tua itu?" tanya Roselia yang berada di kerumunan sambil mengernyitkan alis dan ekspresi serius. Meskipun memiliki penglihatan yang sangat tajam, dia juga tidak bisa mendeteksi gerakan pria tua berjubah hitam tadi.Greta menggelengkan kepala dan berkata dengan nada serius, "Ter
"Keluar! Keluar kamu!" Setelah tebasannya memelesat beberapa kali, emosi Alvan langsung meledak. Ekspresinya terlihat sangat marah dan mengayunkan pedang besar di tangannya dengan liar. Cahaya pedang terus memelesat dan menghancurkan pepohonan serta tanaman dalam radius dua puluh meter, sehingga meninggalkan kekacauan.Ekspresi para murid Organisasi Mondial terlihat terkejut. Mereka segera mundur dan menjaga jarak, khawatir akan terkena serangan Alvan. Saat ini, Alvan sudah benar-benar kehilangan kendali sampai matanya memerah, terlihat akan mengamuk. Serangan Alvan yang liar sudah tidak membedakan kawan atau teman lagi, akan mudah terluka jika terlalu dekat dengan Alvan."Yaa! Dasar pengecut! Keluar dan matilah!" teriak Alvan sambil menggertakkan gigi dengan marah, matanya memerah, dan serangannya makin ganas."Anak muda, gerakanmu terlalu lambat. Kamu bahkan nggak bisa menemukan tubuh asliku, bagaimana kamu bisa melawanku? Hahahahaha ...." Terdengar suara tawa pria tua berjubah hitam
Cara Luther memang cepat, hanya saja cara itu tidak terbayangkan. Greta memang meminta Luther untuk membuat Alvan tenang dengan cepat agar Alvan yang kehilangan akal sehat tidak kehabisan tenaga. Jika itu terjadi, tidak ada yang bisa melawan pria tua berjubah hitam itu lagi.Namun, Greta tidak menyangka Luther akan membuat Alvan pingsan. Meskipun sudah mengatasi situasi Alvan yang menggila, masalah adalah sekarang tidak ada yang akan menghadapi pria tua berjubah hitam itu."Kak Alvan!" Setelah terdiam sejenak, para murid Organisasi Mondial segera berlari mendekat dan mengangkat Alvan yang pingsan. Mereka sudah menggoyang-goyangkan dan memanggil-manggil, tetapi Alvan tertidur pulas dan tetap tidak bangun."Dokter Luther, kamu sudah membuat Kak Alvan pingsan, siapa yang akan menghadapi para pembunuh ini sekarang?" tanya Roselia dengan ekspresi muram dan khawatir."Kalian hanya memintaku untuk membuatnya tenang dengan cepat, nggak bilang dia harus tetap sadar," kata Luther sambil mengangk
"Terima kasih banyak ya," kata Luther dengan kesal. Awalnya, dia hanya bertugas untuk menyelamatkan orang, sekarang malah harus bekerja keras untuk bertarung lagi. Seharian penuh yang penuh lelah dan tidak mendapatkan keuntungan apa pun, benar-benar merugikan."Jangan begitu banyak mengeluh. Kalau kamu bisa menunjukkan sedikit kegagahanmu di depan dua wanita ini, mungkin saja kamu bisa mendapatkan hati mereka," bisik Misandari yang menggoda."Sudahlah. Kedua wanita ini penuh dengan masalah, aku nggak sanggup menanggungnya," kata Luther sambil mengalihkan pandangannya.Pada saat itu, pria tua berjubah hitam di depan akhirnya tidak tahan lagi dan berkata, "Hei! Kalian sedang berbisik apa? Sekarang aku beri kalian dua pilihan, menyerah sekarang juga atau kepala kalian semua terpisah dari tubuh."Luther maju beberapa langkah, lalu menatap pria tua berjubah hitam dan berkata dengan dingin, "Kepala terpisah dari tubuh? Kamu benar-benar berani omong kosong. Kamu hanya mengandalkan teknik tubu
"Apa yang terjadi? Apa Dokter Luther baru saja menahan serangan itu?""Astaga! Itu adalah serangan dari ahli tingkat master, tapi Dokter Luther malah menahannya dengan tubuhnya sendiri dan nggak terluka sedikit pun. Sungguh luar biasa!""Nggak disangka. Dokter Luther yang masih begitu muda pun sudah punya kekuatan yang begitu hebat. Dia benar-benar pandai menyembunyikan kekuatannya."Melihat Luther yang menerima serangan itu dengan tanpa terluka, para murid Organisasi Mondial merasa kagum dan sangat terkejut. Bagaimanapun juga, pria tua berjubah hitam itu adalah sosok luar biasa yang bahkan tidak bisa dikalahkan oleh kakak senior mereka.Awalnya, para murid itu tidak menaruh harapan saat melihat Luther maju untuk bertarung dan bahkan merasa Luther hanya mencari mati saja. Namun, tidak ada yang menyangka Luther yang terlihat biasa-biasa saja ini memiliki kultivasi yang begitu hebat."Sasha, jangan-jangan Dokter Luther sudah mencapai tingkat master?" tanya Greta sambil memelotot, jelas m
"Ternyata begitu." Setelah mendengar penjelasan Misandari, Greta dan Roselia langsung menyadari ternyata pria tua berjubah hitam itu adalah penipu yang berpura-pura kuat.Pria tua itu hanya terlihat hebat dari penampilannya saja, tetapi sebenarnya kebalikannya. Bisa menindas yang lemah, tetapi hanya bisa menakut-nakuti saat menghadapi yang kuat. Pantas saja pria tua itu tidak pernah benar-benar bertarung saat menghadapi Alvan. Bukan karena kekuatan pria itu luar biasa, melainkan kekuatannya tidak cukup dan tidak berani bertindak sembarangan."Anak muda, aku akan memberimu kesempatan terakhir. Cepat berlutut dan menyerah, aku akan mengampunimu. Kalau kamu tetap bersikeras, hari ini aku akan menghabisimu!" teriak pria tua berjubah hitam dengan marah dengan suara yang bergemuruh dan aura yang menakutkan. Dari penampilan luarnya, dia memang terlihat seperti seorang ahli tingkat master."Jangan banyak omong kosong. Kalau ingin bertarung, ayo mulai saja. Hari ini aku ingin melihat sendiri s
Semua orang bertanya-tanya apa yang telah terjadi. Bukankah tadi pria tua berjubah hitam itu masih berteriak dan berlagak sombong? Mengapa sekarang dia tiba-tiba langsung melarikan diri dengan terbirit-birit? Apa yang sebenarnya telah terjadi?Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang tertegun. Mereka tidak menyangka pria tua berjubah hitam yang tadinya masih angkuh, saat ini malah melarikan diri. Dia bahkan melarikan diri dengan kecepatan yang luar biasa dan meninggalkan beberapa bayangan yang sulit dibedakan mana yang asli."Eh?" Melihat pria tua berjubah hitam yang kabur ke segala arah, Luther tertegun sejenak. Dia mengira lawannya itu akan memanfaatkan teknik tubuhnya untuk melawan, tak disangka pria itu malah langsung melarikan diri setelah melayangkan dua pukulan."Orang tua ini memang licik," kata Luther yang merasa konyol. Dia mengakui pria tua berjubah hitam itu sangat waspada. Melihat situasinya tidak menguntungkan, pria itu langsung kabur tanpa basa-basi dan memedulika
Wajah Luther menunjukkan ketidakpuasan dan kata-katanya pun terdengar lebih tajam dari sebelumnya. Jika dia diam saja dan membiarkan Nivan menggeledah, justru akan membuat orang semakin curiga."Gerald, ada pencuri di kediamanku. Sekarang seluruh tempat dalam kondisi siaga penuh. Demi keselamatanmu, kami harus menggeledah tempat ini!" kata Nivan dengan wajah muram.Saat ini, dia sangat mencurigai Luther adalah pencurinya. Hanya saja tanpa bukti, dia belum bisa langsung bertindak kasar. Tentunya, jika Luther terus-menerus menghalangi, dia juga tidak akan bersikap ramah lagi."Pencuri?" Luther mengangkat alis. "Jadi, keributan tadi ada hubungannya dengan pencuri?""Nanti aku jelaskan detailnya. Untuk mencegah pencuri kabur, tempat ini harus digeledah dulu." Nivan malas menjelaskan. Dia melambaikan tangan, memberi isyarat pada Benton dan Yoku untuk bertindak.Keduanya bertatapan. Tanpa berbasa-basi, mereka langsung memimpin pasukan pengawal untuk menerobos masuk ke ruangan dalam. Nivan me
"Cepat, cepat! Semua lari lebih cepat lagi!" Nivan sangat cemas, terus-menerus mendesak para pengawal. Saat ini, dia tiba-tiba menyesal karena membangun kediamannya terlalu besar sehingga tidak bisa segera tiba di lokasi kejadian."Pangeran! Apa yang terjadi?" Benton dan Yoku tiba bersama pasukan elite yang mendengar suara alarm. Sebagian besar dari mereka bahkan bertelanjang dada karena belum sempat memakai baju. Bagaimanapun, ini pertama kalinya mereka mendengar alarm darurat di dalam kediaman."Ada pencuri yang menyusup masuk! Segera tutup semua pintu! Jangan biarkan pencuri itu kabur!" Nivan tak sempat menjelaskan, langsung memberikan perintah."Cepat! Tutup seluruh area!" seru Benton sambil memimpin pasukannya segera bertindak. Latihan selama bertahun-tahun akhirnya dibutuhkan pada saat seperti ini."Ayo! Ikut aku!" Nivan terus berlari tanpa berhenti, memimpin satu regu pengawal menuju lokasi.Tepat saat itu, dari arah ruang rahasia terdengar suara ledakan besar. Seolah-olah terja
Melihat anak tangga batu yang menurun ke bawah, Luther menarik napas dalam-dalam dan perlahan melangkah masuk.Jalur rahasia itu cukup panjang, tetapi di dalamnya ada cahaya. Setelah turun cukup jauh, jalur itu mulai mendatar dan menjadi semakin luas.Sepanjang perjalanan, tidak ada hal yang mencurigakan dan tidak ada lagi perangkap yang terpicu.Tak lama kemudian, Luther tiba di sebuah ruang rahasia yang cukup luas. Di dalam ruangan itu, di segala sisi, tersusun berbagai macam harta karun yang langka.Ada senjata-senjata sakti, kitab-kitab teknik bela diri, ramuan langka, dan benda-benda berharga lainnya.Luther memeriksa dengan saksama, tetapi tidak menemukan kotak giok yang menyimpan energi naga. Akhirnya, pandangannya tertuju ke bagian paling dalam dari ruang rahasia itu.Di sana tampak sebuah pintu besar yang terbuat dari baja berkualitas tinggi, penuh dengan ukiran simbol-simbol rumit di permukaannya.Luther mengeluarkan kompas dan memperhatikannya baik-baik. Jarum kompas terus m
Nivan berjalan ke depan ruang harta karun, lalu mengetuk pintunya dengan cepat beberapa kali. Terdengar suara keras, lalu pintu besar ruangan itu perlahan terbuka.Di dalamnya, harta-harta tampak berkilauan dan memukau. Ada liontin giok yang memancarkan aura abadi, tungku perunggu yang dipenuhi pola misterius, serta pil ajaib yang bersinar dengan cahaya aneh.Di posisi paling tengah, terdapat sebuah kotak giok yang disimpan di dalam kaca antipeluru.Nivan melangkah maju, memasukkan kata sandi, membuka pelindung itu, lalu membuka kotak giok itu. Di dalamnya, tampak sebuah energi naga.Energi naga itu berbentuk seperti mutiara sebesar telur ayam, di dalamnya terdapat arus berbentuk naga yang terus berputar."Luar biasa!" Nivan menaruh energi naga yang dipersembahkan oleh Luther di sebelahnya, ekspresi kegembiraan tak bisa disembunyikan di wajahnya.Energi naga bisa mengubah takdir seseorang dan membawa keberuntungan besar. Awalnya, Nivan berjuang mati-matian untuk mendapatkan satu energi
"Tuan Gerald begitu murah hati, Anna benar-benar nggak tahu harus bagaimana membalasnya," kata Anna sambil mengelus permukaan kotak giok yang halus dengan ujung jarinya secara lembut. Saat menatap Luther, matanya yang berkaca-kaca terlihat penuh dengan perasaan bersyukur.Luther tersenyum dan berkata dengan tenang, "Hanya membantu saja, Nona Anna nggak perlu terlalu memikirkannya. Lagi pula, benda ini memang berjodoh dengan Pangeran Nivan, aku hanya menjadi perantaranya saja.""Apa ada yang Tuan Gerald inginkan? Asalkan mampu, Anna pasti akan memenuhinya," kata Anna sambil tersenyum."Aku nggak menginginkan apa pun. Aku hanya berharap Pangeran Nivan bisa membantuku dengan sepenuh hati saat aku dalam kesulitan nantinya," jawab Luther."Ternyata begitu, aku mengerti," kata Anna sambil menganggukkan kepala. Ternyata Luther tidak mengincar harta, melainkan ingin Nivan berutang budi.Dengan kedudukan Nivan yang saat ini, sebuah utang budi jauh lebih berharga daripada harta apa pun. Jika Niv
Mendengar perkataan itu, tangan Luther yang sedang memegang bidak putih langsung berhenti. Setelah itu, dia perlahan-lahan meletakkan bidaknya dan berkata sambil tersenyum, "Aku kira Nona Anna datang untuk bermain catur. Nggak disangka, ternyata tugasmu untuk membujukku."Anna tersenyum, lalu berkata dengan tanpa ragu, "Hehehe .... Tuan Gerald begitu cerdas, mana mungkin nggak tahu tujuan kedatanganku. Pangeran Nivan pernah menyelamatkan hidupku dan memperlakukanku seperti tamu terhormat, aku tentu saja harus membalas budinya. Aku harus membantunya menyelesaikan masalah, aku harap Tuan Gerald nggak merasa terganggu.""Nona Anna bisa bicara begitu terus terang, sungguh sifat yang langka. Mana mungkin aku merasa terganggu," kata Luther sambil tersenyum. Dia awalnya mengira Anna akan berpura-pura mengatakan kata-kata manis, tetapi Anna ternyata begitu terus terang. Hal ini memang membuatnya terkesan.Anna terus meletakkan bidaknya, lalu berkata sambil tersenyum, "Tuan Gerald, sejujurnya,
Kediaman Nivan sangat besar sampai seperti sebuah labirin. Meskipun Luther memiliki denah bangunannya, dia tetap harus meneliti jalannya saat bergerak di dalamnya. Bagaimanapun juga, denah dan kenyataan tetap memiliki sedikit perbedaan.Di bawah bimbingan pelayan wanita itu, Luther berbelok sana sini selama sepuluh menit baru akhirnya sampai di sebuah paviliun kecil yang memiliki taman. Paviliun itu luas dan penuh dengan kicau burung serta wangi bunga. Suasananya juga tenang dan damai, tempat persembunyian yang sangat baik."Tuan Gerald, silakan beristirahat di sini. Kalau ada perlu, silakan panggil aku kapan pun," kata pelayan itu sambil memberi hormat pada Luther dan tatapannya terlihat lembut serta kagum. Dia sudah menyaksikan penampilan Luther di arena latihan tadi dan tahu pria ini adalah tamu kehormatan Nivan juga. Jika bisa merebut hati tokoh yang begitu hebat, mungkin nasibnya akan langsung berubah."Nggak perlu, kamu boleh pergi sekarang. Aku nggak butuh dilayani," kata Luther
"Pedang yang begitu cepat! Pengamatan yang sangat tajam!""Nggak disangka, jurus andalan Jenderal Benton bisa dihancurkan begitu saja. Sungguh tak terbayangkan!""Aku kira Jenderal Benton bisa membalikkan keadaan kita, tapi pada akhirnya dia tetap kalah."Melihat pedang besar yang patah dan ekspresi Benton yang terlihat terkejut, semua orang pun mulai berbisik-bisik. Mereka semua tahu jelas betapa kuatnya Benton. Sebagai seorang ahli grandmaster tahap sempurna, Benton hampir tak terkalahkan saat memegang pedang besarnya. Namun, pada saat kritis, jurus Benton malah dipatahkan dengan satu tebasan pedang Luther.Kekalahan Benton yang begitu mendadak dan mengejutkan, banyak orang yang merasa sayang. Mereka mengira dia hanya kurang beruntung, padahal dia memiliki peluang untuk menang.Namun, di mata ahli yang sebenarnya, keadaannya sama sekali berbeda. Dengan kondisi Benton yang sedang melancarkan jurus pemungkas dan tubuh yang sedang terikat, Luther malah masih mampu melayangkan serangan p
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m